Mohon tunggu...
Shirley
Shirley Mohon Tunggu... Lainnya - Berpengalaman sebagai Apoteker di sebuah rumah sakit

Saya menyukai alam, musik, dan sejarah dunia. "Bacaan yang baik menyehatkan pikiran sebagaimana olahraga yang tepat menyehatkan raga."

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pasien Judol Nasional Meningkat Tajam, Adakah Pertolongan Medis?

15 November 2024   23:05 Diperbarui: 17 November 2024   10:44 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Area otak yang dipengaruhi oleh kecanduan atau adiksi (Foto:jouneypure.com)

Masalah kecanduan judi online (judol) meningkat secara signifikan di tahun 2024 ini.  Pakar adiksi Indonesia Dr. dr. Kristiana Siste, Sp.KJ mengatakan judol sudah menjadi bencana kesehatan nasional. 

Penelitian oleh Departemen Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menunjukkan prevalensi masalah judi online (problematic gambling) nasional di tahun 2022 adalah 2 persen, dan meningkat tajam menjadi 8,3 persen di tahun 2024. Selain terjerat judol, pelaku juga biasanya terjerat pinjaman online (pinjol) dan kemudian memiliki masalah kesehatan yang serius, dari depresi hingga bunuh diri. 

Di RSCM sendiri data terakhir dari Januari hingga Oktober 2024, sekitar 46 pasien dirawat inap karena judol dan 120 pasien berobat rawat jalan. Jumlah ini naik tiga kali lipat dibandingkan tahun 2023 untuk pasien rawat inap dan hampir dua kali lipat peningkatannya untuk jumlah pasien rawat jalan. Ini barulah data dari satu rumah sakit di DKI Jakarta. 

Peningkatan yang signifikan ini disebabkan karena semakin mudahnya situs-situs judol diakses melalui media sosial. Dari penelitian yang dilakukan oleh Departemen Psikiatri RSCM, diketahui media sosial adalah akses terbesar mereka yang terlibat judol. Iklan-iklan judol sangat mudah diakses oleh anak remaja hingga orang dewasa. 

Populasi terbanyak pasien yang datang berobat ke RSCM karena judol adalah dari rentang usia 18 hingga 35 tahun. Namun ada juga mereka yang usianya di luar rentang usia tersebut di atas (outliers), misalnya diketahui ada remaja usia 14 tahun yang dirawat karena kecanduan trading. 

Juga ada pasien yang usianya di atas 60 tahun. Namun rentang usia terbanyak adalah di antara 18 dan 35 tahun, di mana usia tersebut adalah usia-usia produktif dan mereka adalah tulang punggung keluarga. 

Kebanyakan dari mereka yang terjerat judol berawal dari iseng-iseng atau diajak teman. Hanya untuk have fun atau kesenangan pribadi karena ada faktor rasa senang dan adrenalin yang meningkat. 

Namun yang terjadi selanjutnya adalah tumbuhnya perasaaan yakin bisa mencari uang dengan cara cepat dan mudah. Hal ini biasanya terjadi pada orang-orang dengan karakter kepribadian impulsivitas tinggi, di mana ada perasaan mendesak di mana segala sesuatu bisa dicapai dengan cepat dan mudah (instan). Impulsivitas tinggi inilah yang menghantarkan seseorang ke fase candu. 

Dalam keadaan tidak berjudi, mereka yang terjerat judol bisa mengatakan kalau sesungguhnya mereka tidak selalu menang karena ada faktor probabilitas dalam berjudi dan mereka bahkan mengetahui bahwa situs judi bisa mengatur kapan seseorang dimenangkan dan kapan dibuat kalah. 

Namun saat berjudi, mereka tidak mampu lagi berpikir demikian. Apa yang mereka rasakan justru adalah adanya keyakinan kalau mereka punya kekuatan untuk menang dan mereka harus dan mampu membalas kekalahan-kekalahan yang sudah dialami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun