Mohon tunggu...
Shirley
Shirley Mohon Tunggu... Lainnya - Berpengalaman sebagai Apoteker di sebuah rumah sakit

Saya menyukai alam, musik, dan sejarah dunia. "Bacaan yang baik menyehatkan pikiran sebagaimana olahraga yang tepat menyehatkan raga."

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pasien Judol Nasional Meningkat Tajam, Adakah Pertolongan Medis?

15 November 2024   23:05 Diperbarui: 17 November 2024   10:44 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Podcast Cipto Mangunkusumo Hospital dengan topik "Dampak Kecanduan Judi Online"

Diperkirakan 96 persen mereka yang gangguan candu judi memiliki sedikitnya satu gangguan psikis lainnya, umumnya adalah kecanduan narkoba, gangguan perilaku impulsif, gangguan mood, dan gangguan cemas (Potenza, M.N., et al., Nature Reviews Disease Primers, Vol. 5, No. 51, 2019).  

Menurut Psikologis Shane Kraus, PhD, pimpinan Laboratorium perilaku adiksi di Universitas Nevada, Las Vegas, orang-orang dengan penghasilan rendah adalah kelompok yang rentan karena memiliki keinginan yang besar untuk menang besar. 

Selain itu kelompok rentan lainnya adalah anak muda dan laki-laki. Lebih dari 5 persen anak muda dan dewasa muda yang berjudi menjadi pecandu. Laki-laki lebih tinggi daripada wanita dengan perbandingan 2 banding 1. 

Area otak yang dipengaruhi oleh kecanduan atau adiksi (Foto:jouneypure.com)
Area otak yang dipengaruhi oleh kecanduan atau adiksi (Foto:jouneypure.com)
Dilansir dari situs American Phychological Association (APA), sebuah studi meta-analisis menemukan beberapa penelitian yang memperlihatkan aktivitas otak yang lebih sedikit pada bagian striatum ventral pasien judi patologis dan pecandu narkoba, yaitu ketika seseorang mengantisipasi penghargaan terkait uang (Luitjten,M., et al., JAMA Psychiatry, Vol. 74, N0.4, 2017). Bersama dengan penemuan lainnya, hasil studi ini menunjukkan bagian otak ini berandil dalam perilaku impulsif para penjudi. 

Kemudian juga diketahui volume yang lebih kecil pada amigdala dan hipokampus pecandu judi, di mana kedua area ini berkaitan dengan pembelajaran emosional dan regulasi stres. 

Penelitian pada otak manusia juga menjelaskan mengapa remaja secara khusus lebih rentan untuk berjudi. Manusia pada awal usia 20-an adalah kelompok yang paling pesat pertumbuhannya dalam berjudi. Banyak anak-anak yang memulainya di usia lebih muda lagi. 

Perkembangan otak terutama bagian korteks prefrontal yang mengatur impulsivitas dan kemampuan mengambil keputusan secara khusus lebih terlambat berkembang pada anak laki-laki, dibandingkan dengan perempuan. 

Sains menemukan adanya peningkatan konektivitas pada sistem 'reward' (penghargaan) di otak dan penurunan aktivitas pada area korteks prefrontal pada pecandu judi dan pecandu narkoba. Penurunan aktivitas pada area korteks prefrontal menerangkan mengapa orang yang candu judi cenderung sulit mengendalikan keinginan mereka dibandingkan orang lain. Mereka sulit untuk mengambil keputusan yang rasional ketika berkaitan dengan penghargaan segera 'immediate rewards' versus penghargaan nantinya 'later rewards' dan konsekuensi-konsekuensinya. Mereka dapat dengan cepat menggali lobang yang semakin menjerumuskan hidupnya. 

Dengan menguraikan detail-detail otak ini maka terapi-terapi baru bermunculan, misalnya stimulasi bagian korteks prefrontal pada pecandu game online terbukti membantu dalam mengembangkan kemampuan mereka untuk meregulasi emosi dan candunya (European Neuropsychopharmacology, Vo.36, 2020). 

Dokter Kristiana, Sp. KJ juga menginformasikan kalau pasien adiksi judol ditangani dengan modalitas berupa trans-magnetic stimulation di RSCM.  Alat ini mengirimkan gelombang elektromagnetik ke otak bagian depan sehingga 'stop system' pada pecandu diaktifkan sehingga perilakunya lebih terkendali sehingga mengurangi keinginannya untuk bermain judi. 

Dukungan keluarga dan support group

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun