Masa Lalu Candi Muara Jambi
Keberadaan Candi Muara Jambi pertama kali ditemukan oleh seorang tentara Inggris bernama SC Crooke pada tahun 1820-an. Terletak di Kecamatan Maro Sebo dan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi, di tepi Sungai Batanghari, candi ini disebut-sebut oleh banyak sejarahwan sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Candi Muara Jambi adalah candi dengan corak Buddhisme.
Penelitian dan pemugaran mulai dilakukan pada tahun 1975 setelah diketahui fungsi candi ini pada zaman dahulu sebagai tempat pendidikan agama Buddha. Situs ini juga dijadikan sebagai kawasan cagar budaya nasional (KCBN) yang dapat diakses oleh umum.
Revitalisasi menjadi semakin signifikan saat ini setelah beberapa temuan baru di situs Candi Muara Jambi. Salah satunya adalah arca Buddha perunggu dari abad ke-6. Arca ini cukup berat walau ukurannya kecil yaitu hanya bagian kepala saja. Penemuan arca ini membalikkan pendapat lama bahwa Kerajaan Muara Jambi baru ada di abad ke-7.
Selain arca kepala Buddha, tim arkeologi juga menemukan artefak lain seperti pecahan-pecahan genting yang cukup banyak dan kayu bekas tiang-tiang.Â
Penemuan ini mengindikasikan dulunya sudah ada bangunan yang dibangun di atas struktur bata dengan konstruksi kayu dan beratap genting sehingga hal ini merubah pandangan kalau arsitektur candi yang selama ini dianggap sama dengan candi-candi di Jawa yang umumnya dari bawah sampai atas dibangun dari batu semua atau  dari bata semua.
Dari  struktur yang khas ini juga dapat diperkirakan peruntukannya, antara lain bangunan candi digunakan untuk menyimpan arca Buddha dan untuk ritual yang berhubungan dengan ajaran Buddha.
Penggalian (ekskavasi) yang terus dilakukan semakin dalam sampai ditemukannya dasar bangunan dan tidak adanya aktivitas manusia yang lain juga memperkuat investigasi terkait dengan usia candi ini.Â