Mohon tunggu...
Shirley
Shirley Mohon Tunggu... Lainnya - Berpengalaman sebagai Apoteker di sebuah rumah sakit

Saya menyukai alam, musik, dan sejarah dunia. "Bacaan yang baik menyehatkan pikiran sebagaimana olahraga yang tepat menyehatkan raga."

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ketika Anak Ingat Ibu yang Dibunuh Ayah Sendiri

30 Juli 2023   01:30 Diperbarui: 30 Juli 2023   21:02 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis tidak tahu kronologis hingga anak tersebut membuat video permintaan tolong kepada presiden dan kapolri untuk menangkap ayahnya yang menjadi pembunuh sang ibu. Menjadi dilema, karena keluarga dari pihak ibu tentu menginginkan keadilan dengan setidaknya ditangkapnya ayahnya yang telah membunuh ibunya tersebut. Sang anak yang juga mengetahui dan besar kemungkinan terus diceritakan akan tragedi yang terjadi pada akhirnya menyadari perbuatan ayahnya adalah suatu kejahatan yang perlu mendapatkan hukuman. 

Penulis menduga besar kemungkinan tragedi itu terus dibicarakan dengan kedua anak tersebut sehingga ingatan akan peristiwa itu pun menjadi kokoh.

Dikutip dari inquirer.com, satu dari tiga wanita mengalami kekerasan dari pasangannya, baik mantan suami ataupun pacar. Hampir separuh dari wanita yang mati terbunuh adalah dibunuh oleh pasangannya saat itu atau mantannya. Di Amerika, lebih dari tiga wanita setiap harinya dibunuh oleh pria yang berhubungan intim dengan mereka. Sering kali juga, wanita memiliki anak dengan pria yang melakukan kekerasan dan membunuh mereka. 

Maraknya berita kekerasan terhadap perempuan di media sosial Indonesia menunjukkan situasi di Indonesia saat ini tampaknya juga tidak jauh dari kondisi seperti di luar tersebut. 

Peristiwa seorang ibu yang dibunuh oleh pasangannya sendiri tentunya meninggalkan trauma dan kesedihan mendalam bagi anak-anaknya, khususnya bila hal itu terjadi ketika sang anak masih berusia sangat muda. Dampak tragedi ini terhadap kehidupan anak di masa yang akan datang telah diteliti di Swedia. Mereka menyimpan data dari sekelompok besar anak-anak yang ibunya dibunuh oleh ayahnya. Hasil penelitian ini diterbitkan di The Journal of Clinical Psychiatry.

Sistem di negara Swedia menyediakan data yang handal untuk penelitian tersebut. Para peneliti mempunyai data 494 orang anak yang ibunya dibunuh oleh ayah mereka dari tahun 1973 hingga 2009. Anak-anak ini diikuti perkembangannya hingga lebih dari 37 tahun, di mana prilaku mereka dibandingkan dengan kelompok anak yang tidak mengalami peristiwa demikian.

Hasilnya, dibandingkan dengan kelompok anak yang tidak mengalami peristiwa duka tersebut, anak-anak yang mengalami ibunya dibunuh oleh bapaknya saat mereka berusia di bawah 18 tahun, menunjukkan peningkatan enam kali dirawat karena gangguan kesehatan mental mayor atau gangguan penggunaan bahan-bahan terlarang ataupun terlibat dalam prilaku yang membahayakan diri sendiri.

Sedangkan mereka yang di atas usia 18 tahun ketika ayahnya membunuh ibunya, menunjukkan empat kali risiko perilaku bunuh diri. Baik yang usia di bawah maupun di atas 18 tahun, keduanya menunjukkan adanya risiko melakukan kejahatan dengan kekerasan.  

Penelitian terkini juga menegaskan anak-anak yang kehilangan salah satu orang tuanya karena dibunuh oleh pasangannya, membutuhkan skrining, rujukan, dan terapi yang mampu menolong mereka untuk membantu mengendalikan arah kehidupannya dari kondisi syok, sedih, dan juga terkait hak asuh dan konflik di antara keluarga besar. Banyak yang membutuhkan intervensi lebih lanjut untuk menghadapi akibat jangka panjang dari peristiwa duka tersebut.

Berbagai penelitian melaporkan gangguan pasca traumatik (Post-Traumatic Stress Disorder/PTSD), gangguan kelekatan atau keterikatan emosional (attachment disorder), gangguan penyesuaian (adjustment disorder), dan gangguan prilaku dan emosional berulang yang mengganggu orang lain (conduct disorder). Ada anak yang juga memikirkan untuk bertemu dengan orang tuanya yang telah pergi dan hal ini memicu pikiran untuk bunuh diri.

Penting sekali bagi keluarga yang merawat dan mereka yang berinteraksi untuk mengetahui dampak peristiwa tersebut kepada anak-anak ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun