Usianya kini 11 tahun. Dulu ia mungkin tidak berdaya meminta tolong. Saat ini ia bisa. Tidak dipungkiri kemarahan dan kesedihan kehilangan ibunda tersayang telah menggantung selama 8 tahun.
Di gubuk kecil di Lampung Tengah, ia dan adiknya tinggal bersama nenek mereka. Tidaklah mudah hidup mereka. Ia harus menjadi buruh tani dan kuli untuk membantu sang nenek yang ekonominya tidaklah mudah. Harus pula hidup dengan kenangan yang "tidak selesai" juga.
Akhir Juli 2023, ia memutuskan menyampaikan ingatan masa kecilnya itu kepada presiden Jokowi dan Kapolri. Judulnya permintaan tolong untuk menangkap ayahnya sendiri yang telah membunuh ibunya di 2015 silam. Ya, sang ibu dibunuh di depan matanya oleh ayahnya sendiri.
Adiknya yang kini berusia 9 tahun ikut memegang foto almarhumah ibunda. Sambil tertunduk mendampingi abangnya, ia terus menyeka air mata yang tidak bisa lagi dibendungnya di depan kamera. Sedang ia sendiri, seorang anak berusia 11 tahun, dengan suara yang lembut namun yakin meminta agar ayah mereka dapat segera ditangkap. Tak lupa ia katakan terima kasih di akhir permintaan tolongnya itu.
Permintaan tolongnya pun menjadi viral. Polisi langsung bergerak dan pada dini hari sang ayah berhasil ditangkap di sebuah kabupaten di Kalimantan Barat.
Diketahui saat pembunuhan itu terjadi, kedua orang tuanya itu telah bercerai. Sang ayah saat itu datang untuk menginap di rumah nenek tempat mantan istri dan kedua anaknya itu tinggal. Sang ayah datang dengan alasan kangen dan ingin sahur serta berbuka puasa bersama di bulan Ramadhan. Namun, keesokan harinya malah keduanya cekcok. Di depan pintu rumah, sang ayah yang emosi mengambil senjata tajam (sajam) di dapur dan menusuk ibu mereka.
Sang ibu sempat dirawat sebelum kemudian meninggal sepekan kemudian. Ketua RT saat itu menjadi orang pertama yang menolong saat itu, sedang sang ayah melarikan diri dan diketahui telah menikah dengan perempuan lain di Kalimantan.
Ia yang masih kecil itu masih mengingat saat-saat mengikuti ayahnya yang mengambil sajam dan menghabisi ibunya.
Dari kisah nyata ini, kita bisa berhitung bahwa sang anak masih berusia sekitar 3 atau 4 tahun saat ia menyaksikan kejadian yang menimpa ibunya, sedangkan adiknya masih berusia 1-2 tahun dan diberitakan belum bisa berjalan saat itu. Ia sendiri mengaku mengingat betul detik-detik ayahnya menggunakan sajam untuk menghabisi ibunya.
“Tragedinya tahun 2015 di depan saya sendiri. Saya waktu itu masih kecil,” kata sang anak.
Ingatan balita