Kemudian, konsep Will to Power adalah sebuah indikator manusia unggul ketika ia berjuang untuk menjadi yang berkuasa bagi dirinya sendiri. Konsep ini ialah sebuah sarkasme terhadap lingkungan dan keluarga yang judgemental. Dimana kedua hal tersebut merupakan faktor terpenting bagi seseorang ketika ia mengalami kesulitan untuk mencari Will to Power dalam dirinya. Perlu digarisbawahi, perubahan besar dalam diri seseorang lahir dari perubahan kecil yang signifikan dan terus menerus.
  Intinya, saya belajar banyak. Dari pemikiran Nietzsche, beliau mengutamakan kekuatan untuk kepercayaan pada diri sendiri agar "krisis identitas" itu dapat diatasi. Penekanan ini menjadi bukti nyata bahwa setiap manusia mampu berkuasa atas dirinya sendiri tanpa harus dikuasai oleh pemikiran orang lain. Individualisme yang keras seperti ini, terkadang membantu saya dan kita dalam menjaga pentingnya memiliki sebuah identitas dalam hidup, tanpa harus menggunakan identitas orang lain sebagai bukti pencapaian kebahagiaan kita, yang sebenernya tidak bahagia tapi dipaksakan untuk bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H