Mohon tunggu...
Shinta Cahya Kinanti
Shinta Cahya Kinanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jambi - Ilmu Hukum

Saya berdedikasi untuk mencapai keunggulan akademik dan pengembangan pribadi. Dengan latar belakang dan pengalaman pendidikan yang kuat dalam berbagai program, saya telah menunjukkan kemampuan untuk mengatasi tantangan dan mendapatkan hasil yang signifikan. Keinginan saya untuk pembelajaran dan pertumbuhan yang berkelanjutan telah mendorong saya untuk mengambil inisiatif dalam mengeksplorasi bidang -bidang baru dan secara positif berkontribusi pada pembelajaran dan lingkungan profesional saya, dengan komitmen terhadap keunggulan, etos kerja yang kuat, dan kemampuan beradaptasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Generasi Terluka: Pelanggaran HAM terhadap Anak-Anak Palestina di Tengah Konflik Israel Vs Palestina

7 Juni 2024   00:15 Diperbarui: 7 Juni 2024   01:52 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: ketik.co.id

Salah satu konflik paling berlarut-larut dan kompleks dalam sejarah kontemporer, pertikaian antara Israel dan Palestina telah menyebabkan banyak korban jiwa dan menghancurkan dasar kehidupan masyarakat sipil yang tak bersalah. 

Di tengah sorotan internasional yang sering kali tertuju pada dimensi politik dan pertempuran bersenjata, satu aspek yang sering kali terabaikan namun memiliki implikasi yang sangat luas adalah masa depan generasi muda Palestina. 

Dampak konflik ini tidak hanya terbatas pada puluhan atau ratusan korban, bahkan hingga saat ini puluhan ribu individu telah menjadi korban dari perseteruan antara Palestina dan Israel. Konsekuensi yang ditimbulkan oleh konflik ini sangat merugikan, termasuk di antaranya warga sipil, perempuan, dan bahkan anak-anak. 

Di Palestina, anak-anak seharusnya menikmati masa kecil mereka dengan bermain dan belajar, namun mereka terpaksa hidup dalam kewaspadaan karena ancaman serangan yang tak terduga.

Generasi muda Palestina merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap dampak negatif yang disebabkan oleh konflik yang telah menghantam wilayah tersebut selama bertahun-tahun.

 Anak-anak Palestina berada dalam situasi yang rumit dan sulit karena terjebak dalam konflik bersenjata, ketidak stabilan politik, dan pembatasan yang menghalangi mobilitas dan akses terhadap sumber daya penting. Kondisi yang kompleks dan tidak pasti yang dihasilkan oleh konflik yang belum terselesaikan ini telah mengancam kesehatan mental anak-anak Palestina, memperkenalkan mereka pada perasaan tidak aman, trauma, dan stres jangka panjang yang berdampak pada perkembangan psikologis mereka.

Anak-anak Palestina telah menyaksikan kondisi yang penuh ketidakpastian dan kekerasan selama beberapa dekade terakhir. Mereka dihadapkan pada serangan udara, isolasi, pembatasan pergerakan, serta kekurangan sumber daya dasar seperti pangan, air bersih, dan layanan medis. Hal ini memberikan dampak serius terhadap kesehatan fisik dan mental mereka. Namun, meskipun demikian, banyak anak Palestina tetap gigih dalam menjaga mimpi dan aspirasi mereka, seperti bunga yang tumbuh di tengah reruntuhan.

  • Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Menurut hukum internasional, khususnya Konvensi Hak-hak Anak (KHA) atau lebih dikenal sebagai UN-CRC (United Nations Convention on the Rights of the Child) yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1989, anak-anak memiliki hak untuk hidup, hak atas pendidikan, dan hak untuk dilindungi dari kekerasan dan eksploitasi. Namun, dalam konflik Israel-Palestina, hak-hak dasar ini sering kali dilanggar, diantaranya :

1. Hak atas Kehidupan dan Keamanan : Di wilayah Palestina, khususnya di Gaza, anak-anak sering kali menjadi sasaran utama dalam tindakan kekerasan militer. Penggunaan kekuatan yang tidak seimbang oleh militer Israel dalam serangan terhadap pemukiman sering kali mengakibatkan korban jiwa di antara anak-anak. Sementara itu, di sisi lain anak-anak di Israel juga hidup dalam ketakutan akibat serangan roket yang dilancarkan oleh kelompok bersenjata di Palestina.

2. Hak atas Pendidikan : Sekolah sering kali menjadi target serangan atau digunakan sebagai tempat perlindungan, yang mengakibatkan gangguan serius terhadap pendidikan anak-anak. Banyak sekolah yang rusak atau tidak beroperasi dengan baik, sehingga anak-anak kehilangan kesempatan untuk belajar.

3. Hak atas Kesehatan : Konflik berkepanjangan telah menghancurkan infrastruktur kesehatan di Palestina, terutama di Gaza. Anak-anak yang terluka sering kali tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai, dan banyak yang menderita akibat kekurangan gizi dan penyakit yang seharusnya bisa dicegah.

4. Hak atas Perlindungan dari Kekerasan dan Eksploitasi : Anak-anak sering direkrut oleh kelompok bersenjata untuk berbagai peran, termasuk sebagai tentara anak. Ini merupakan pelanggaran serius terhadap hak mereka untuk dilindungi dari kekerasan dan eksploitasi.

Sumber gambar: pojoksatu.id
Sumber gambar: pojoksatu.id

Komunitas internasional memiliki tanggung jawab untuk memastikan perlindungan anak-anak di zona konflik. Organisasi internasional seperti PBB dan LSM non-pemerintah harus mengambil langkah-langkah konkret dan berkesinambungan untuk melindungi anak-anak Palestina dan mengakhiri spiral kekerasan serta pelanggaran HAM dalam konflik ini. Ini termasuk menekan pemerintah Israel agar mematuhi hukum internasional yang melindungi hak-hak anak, memberikan bantuan kemanusiaan yang diperlukan kepada anak-anak yang terkena dampak, dan memastikan mereka memiliki akses yang aman dan terjamin ke layanan pendidikan dan kesehatan.

Dengan demikian, pelanggaran HAM terhadap anak-anak Palestina dalam konflik Israel-Palestina adalah suatu tragedi yang tidak boleh diabaikan. Masa depan mereka sedang dirusak oleh kekerasan dan pertumpahan darah, dan saatnya bagi komunitas internasional untuk bersatu, mendengarkan suara mereka, dan bertindak untuk mengakhiri penderitaan yang tidak perlu ini sekaligus menyadari bahwa anak-anak adalah masa depan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka harus menjadi prioritas utama dalam menyelesaikan konflik yang telah berkecamuk selama bertahun-tahun lamanya. 

Penulis : Shinta Cahya Kinanti & Budi Ardianto, S.H., M.H.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun