Mohon tunggu...
Shinta Nur Kholila
Shinta Nur Kholila Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswi BIASA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Generasi Tak Berbudaya "Judgemental"

7 November 2017   10:41 Diperbarui: 7 November 2017   12:01 1638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi tak Berbudaya "Judgemental"

Judge masuk ke dalam bahasa gaul atau bahasa jaman now, yaitu ragam bahasa Indonesia nonstandard yang lazim digunakan oleh anak muda. Arti judge sendiri adalah menghakimi. Menurut saya judge sendiri ialah dimana seseorang atau individu yang menilai atau mengecap orang lain dengan keras atas kesan pertama yang dilihatnya tanpa melalui proses mendalami orang tersebut.

Maraknya judgemental zaman sekarang membuat budaya generasi bangsa ini semakin miris. Seiring perkembangan tekonologi, banyak individu  yang menyalahgunakan sosial media sebagai kecaman atau cibiran di akun media seseorang. Tuntutan untuk hidup sempurna seringkali membuat seseorang bersikap kritis dan menghakimi, bahkan menghukum orang lain. Seringkali seseorang menilai orang lain dengan ukuran yang sangat ketat, sedangkan untuk dirinya sendiri ukuran itu menjadi longgar.

Ini adalah sikap yang berbahaya bagi bangsa ini, jangan jadikan "Judgemental" sebagai budaya, hobi, tapi jadikan "judge" sebagai koreksi diri. Sering menjudge orang lain tanpa adanya bukti atau fakta dapat mengakibatkan kualitas diri seorang menurun, menimbulkan berbagai masalah yang tidak jelas sumbernya, tentunya menjadikan hidup orang lain menderita dan tidak tenang yang akhirnya menimbulkan masalah baru bagi orang tersebut.

Nah untuk itu hilangkan atau hindari budaya "judge" karena mencibir seseorang di berbagai sosial media tidak baik juga karena akan merugikan orang lain, menjadikan seseorang lebih dikenal jelek padahal belum tau seluk beluknya.

Saya terinspirasi dengan secangkir lagu dari seorang dalang, pelukis, pemusik dan juga seorang budayawan yaitu "Sujiwo Tedjo". Lewat lagu "Sugih Tanpo Bondho" ini, saya lebih mengerti dan memahami bahwa kita sebagai penerus generasi bangsa yang berkualitas seharusnya kita berpegang pada prinsip dan falsafah kita baik-baik agar dalam setipa langkah dan setiap tindakan kita mencerminkan prinsip-prinsip muliayang dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun kepada alam sekitarnya.

 

Sugih tanpo bondho

Kaya tanpa harta

Digdoyo tanpo aji

Tak terkalahkan tanpa kesaktian

Trimah mawi pasrah

Menerima juga pasrah

Sepi pamrih tebih ajrih

Jika tanpa pamrih tak perlu takut

Langgeng tanpo susah, tanpo seneng

Kekal tanpa susah, tanpa suka

Anteng mantheng sugeng jeneng

Tidak macam-macam membuat nama baik terjaga

Suatu permasalahan pandanglah dengan kacamata pengetahuan dengan lingkup yang luas maka engkau akan berada pada titik tengah permasalahan. Jangan pernah hukumi suatu permasalahan akan baik dan buruknya. Tapi bukan berarti baik itu tidaklah buruk dan buruk itu tidaklah baik. Kalau engkau lakukan hal itu maka baik dan buruk itu tidak akan pernah berdampingan dan sering bertabrakan satu sama lain.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun