Ia juga sering ikut terjun ke medan perang, salah satunya perang Uhud, ketika kaum muslimin kocar-kacir, Aisyah dengan keberaniannya justru maju terdepan bersama beberapa kaum perempuan untuk memberi minum kepada para mujahid yang terluka.
Dengan demikian¸ sifat pemberani yang ditunjukkan Aisyah menghancurkan stereotip bahwa wanita adalah makhluk lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Munculnya Aisyah di medan perang merupakan bukti bahwa syariat islam tidak mengukung wanita seperti yang dikira oleh sebagian besar orang terutama orang-orang barat yang menganut paham feminisme. Pemahaman mereka tentang islam sangat salah dan tidak mendasar, karena sejatinya syariat islam sangat menjaga dan memuliakan wanita.
3. Keteguhan Jiwa Yang Kuat
Aisyah sang wanita teladan ini selain mempunyai sifat cerdas dan pemberani, beliau juga mempunyai sifat teguh dalam kebenaran. Keteguhannya sangat terlihat ketika fitnah melesat bagai panah kepadanya.
Ia difitnah telah berselingkuh dengan seorang sahabat yang bernama Shafwan bin Mu’aththal. Fitnah ini dilontarkan oleh pemimpin kaum munafik Abdullah bin Ubay bin Salul kemudian disebarkan oleh beberapa orang, di antaranya Misthah bin Atsatsah, Hassan bin Tsabit, dan Hamnah binti Jahys.
Meskipun fitnah perselingkuhannya telah tersebar di seluruh Kota Madinah, Aisyah tetap teguh pada pendiriannya bahwa ia berada diatas kebenaran. Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta'ala membenarkan kesucian Aisyah dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 12.
4. Dermawan Dan Rendah Hati
Dermawan dan rendah hati, dua sifat yang susah untuk diterapkan, dimana detik ini orang-orang sibuk menumpuk harta dan pelit memberi sedekah.
Detik dimana orang-orang berbangga diri dengan kekuasaannya. Sebagai seorang muslimah sepatutnya mengambil contoh dari yang sifat-sifat dan kemuliaan akhlak Aisyah yang benar-benar mewarisi sifat ayahnya, Abu Bakr Ash-Shiddiq.
Abdullah bin Zubair berkata “ Aku tidak pernah melihat dua wanita yang lebih dermawan melebihi Aisyah dan Asma binti Abu Bakr Ash-Shiddiq. Aisyah dia mengumpulkan sesuatu dengan sesuatu, ketika sudah terkumpul banyak, dia membagi-bagikannya, adapun Asma, maka sedikitpun dia tidak menyimpan untuk besok.” ( Hadist Riwayat Bukhari).