Penulis memutuskan untuk pulang setelah mendapat surat rujukan ke RSCM dari bu dokter. Tindakan di sana pun tidak mungkin dilakukan malam itu juga, apalagi kalau sampai di ruang operasi. Yang menandakan satu untuk mengetahui hal menjadi lebih gawat, yaitu apabila penulis muntah saat minum atau makan sesuatu. Sampai itu terjadi, keadaan mungkin akan baik-baik saja.
Makanan tertahan di pertengahan ketika menelan sesuatu bukan pertama kalinya dialami penulis. Sepertinya ia mengalami kecenderungan seperti ini. Menelan obat dengan ukuran besar pun merupakan masalah baginya.
Ditambah lagi, mungkin penulis punya kebiasaan buruk tidak mengunyah makanan dengan seksama sampai hancur dan lembut. Kunyah, kunyah, kunyah, terus langsung glek. Kadang ukuran makanan masih lumayan besar dan itu mudah sekali untuk tertahan di tengah jalan. Nasi sering bisa membantu melancarkan jalan, tetapi tetap ada risiko untuk membuat penulis tercekik walau makanan itu sudah lanjut ke saluran pencernaan kalau memang terlalu besar dan berhenti di sana.
Apa yang diajarkan sedari kecil untuk mengunyah selama 32 kali itu memang benar adanya. Bukan hanya supaya makanan lebih mudah dicerna dan diserap gizinya, tetapi juga agar makanan itu lebih mudah masuk ke perut sejak awal.
Nabi Muhammad SAW pun meneladani hal yang sama. Beliau bahkan mengunyah makanannya 40 kali karena akan membuat perut kita senang memproses makanan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H