Ruang tamu ini sendiri dilengkapi dua set sofa dan kursi tamu, satu rak kaca dengan pernak-pernik souvenir yang Pak Yudi terima dari banyak daerah, dan sebuah lemari yang sarat dengan buku-buku tentang kriminal, hukum, dan psikologi. Yang terakhir ini terutama lebih untuk kepentingan Ari. Pak Yudi gemar menghadiahi buku untuk orang-orang terdekatnya dan Ari tentu saja termasuk kelompok itu.Â
Ari memastikan bahwa ia selalu berterima kasih atas apa yang ia terima dan membalasnya dengan mengurus segala keperluan rumah tangga Pak Yudi setelah istrinya meninggal dunia. Apalagi karena setelah itu Pak Yudi sudah tidak pernah peduli lagi dengan urusan apa pun di rumah. Hidupnya hanya berisi kerja, kerja, dan kerja.
"Berapa orang pembantu kau pekerjakan untuk mengurus rumah sebesar ini?" Suara Molly memecah keheningan.
"Tidak satu pun." Ari menggeretakkan giginya. Molly pikir ia tidak mampu mengurus semua ini?
Gadis itu memandanginya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ari berdiri dengan salah tingkah. "Kenapa?" tanyanya.
Molly memiringkan kepalanya. "Apa yang kau lakukan di rumah ini? Siapa dirimu sebenarnya?"
***
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H