... tiba-tiba ... dia ada di situ ... Clara ... dia sedang duduk sendirian di tepi jalan, menangis sedih. Kita berhenti dan saling memandang. Apa yang terjadi? Apakah dia kehilangan boneka Barbienya? Apakah dia jatuh dan terluka? Mana ibunya? Mana mobilnya? Kita saling bertanya siapa yang akan menghampiri Clara. Aku segera menggeleng. Aku tidak mau. Aku tidak mau Clara membentak aku lagi. Seno dan Dina juga tidak mau. Akhirnya Listi maju mendekati Clara.
"Clara, ada apa?" Clara menangis makin keras. Dia bilang, "Oh Listi, ibuku tiba-tiba sakit. Ibu tidak bisa menjemput aku. Ibu menyuruh aku pulang bersama Susi yang tinggal dekat aku, tapi Susi sudah pulang duluan dengan teman-temannya yang lain. Rumahku jauh, aku takut berjalan pulang sendiri, tapi aku juga kuatir sekali mengenai ibuku. Aku sayang sekali sama Ibu. Aku takut Ibu sakit keras. Oh! Huu ... huu ..."
Tiba-tiba aku merasa kasihan pada Clara. Aku juga sayang pada ibuku, dan aku tidak tahu harus bagaimana kalau ibuku sakit. Aku berlutut dekatnya dan menyentuh tangannya pelan-pelan.
"Ayo kita jalan bersama ke rumah kamu. Ya kan, teman-teman?" Aku melihat ke teman-temanku. Mereka mengangguk, "Ya tentu, kita jalan bersama Clara."
Clara menghapus air matanya dengan punggung tangannya dan bertanya dengan ragu, "Benar? Kamu benar mau jalan pulang denganku?" Aku mengangguk dan menarik tangannya untuk bangkit.
"Pasti. Kita ingin menjenguk ibumu. Siapa tau ibumu membutuhkan dokter."
Tiba-tiba Clara memelukku, "Terima kasih! Maaf ya tadi pagi aku tidak mengijinkan kamu main dengan Barbieku."
Aku cuma senyum. "Udahlah lupakan saja. Ayo, kita pergi! Ibumu menunggu!"
~^~^~^~^~^~
Terima kasih kepada Ibu Mathilde.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H