Mohon tunggu...
Shinta Rahardja
Shinta Rahardja Mohon Tunggu... Tutor - Penulis puisi spontan

Puisiku hanya respon saat kau 'ada', puisimu kuunggah saat mengingatmu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maaf

4 April 2019   21:21 Diperbarui: 4 April 2019   21:24 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maaf jika aku tak perhatian
Maaf jika aku mengabaikan
Maaf jika aku mengecewakan
Maaf jika aku tak berperasaan

Maaf jika aku tak peduli
Maaf jika aku tak empati
Maaf jika aku tak simpati
Maaf jika aku tak berbudi

Maaf jika aku diam
Maaf jika aku muram
Maaf jika aku terpejam
Maaf jika aku bungkam

Maaf jika aku gusar
Maaf jika aku ingkar
Maaf jika aku langgar
Maaf jika aku menghindar

Maaf jika aku jauh
Maaf jika aku acuh
Maaf jika aku lusuh
Maaf jika aku rapuh

Maaf jika kau bimbang
Maaf jika kau tak riang
Maaf jika kau tak tenang
Maaf jika kau tak senang

Maaf jika kau letih
Maaf jika kau perih
Maaf jika kau sedih
Maaf jika kau merintih

Maaf jika kau resah
Maaf jika kau gerah
Maaf jika kau marah
Maaf jika kau gelisah

Maaf jika kau curiga
Maaf jika kau bertanya
Maaf jika kau menduga
Maaf jika kau prasangka

Maaf jika kau rindu
Maaf jika kau sendu
Maaf jika kau kelabu
Maaf jika kau cemburu

Maaf jika kau benci
Maaf jika kau emosi
Maaf jika kau antipati
Maaf jika kau tak sudi

Ada yang tak bisa aku katakan
Ada yang tak bisa aku jelaskan
Ada yang tak bisa aku kabarkan
Ada yang tak bisa aku tunjukkan

Ada yang tak bisa aku berikan
Ada yang tak bisa aku bicarakan
Ada yang tak bisa aku sampaikan
Ada yang tak bisa aku perlihatkan

 Satu yang pasti
Akan aku penuhi
Karena telah berjanji
Entah esok atau nanti

Tak perlu menjadi sempurna
Untuk bisa memberi cinta
Dan tak perlu menghiba
Untuk menerima cinta

Ia datang dengan tiba tiba
Kepada hati yang terbuka
Dan ia tumbuh bersemi
Pada hati yang suci

Aku
Rindu
Padamu
Yang terkait
Di kaki langit
Yang terserak
Di antara semak
Yang tergantung
Di puncak gunung
Yang kian tenggelam
Di laut biru yang dalam
Yang seringkali terbuang
Di antara berjuta bintang
Yang sesekali tersembunyi
Di sudut terdalam relung hati
Terkadang sulit untuk diungkap
Di mulut yang tak sempat terucap

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun