“Iyo, nona. Hehehe.”
Itu baru satu. Lain di Jayawijaya, lain juga di Tolikara…
Sekolah Internasional di Pedalaman Hutan Rimba Papua
Apa yang kalian pikirkan kalau mendengar dua patah kata, “sekolah internasional”? Apakah sekolah yang berada di kota besar dengan segala macam fasilitas mewahnya? Atau sekolah dengan murid-murid yang setiap harinya diantar-jemput naik mobil kinclong?”
Percaya nggak kalau di Kabupaten Tolikara, tepatnya di Distrik Bokondini terdapat sebuah sekolah berstandar internasional? Yappp, ada loh. Namanya Ob Anggen School. Ob Anggen dalam bahasa setempat (bahasa Lanny, Papua) artinya “bibit unggul”, itu kata salah seorang KSK di kantor yang asli lahir-besar disana. Sementara itu, kalau masyarakat sini biasa menyebutnya Sekolah Barat. Kalau suka nonton Alenia’s Journey, pasti tahu sekolah ini.
Distrik Bokondini merupakan distrik yang sangat minim akan fasilitas penunjang kehidupan – sama seperti distrik-distrik lain pada umumnya di Kabupaten Tolikara – seperti listrik. Tapi Ob Anggen School memiliki pembangkit listrik sendiri. Sekolah ini juga memiliki fasilitas internet sendiri, juga nomor telepon selular sendiri. Bayangkan saja, ketika sudah berada di distrik ini maka kita akan betul-betul terputus komunikasi dengan dunia luar – karena sinyal operator lokal tidak menjangkau hingga ke tempat-tempat seperti ini. Dan kalau mau tetap komunikasi lancar, maka kita harus beli nomor lagi di Ob Anggen School, kalau saya sih bilangnya nomor Bokondini. Harganya seratus ribu rupiah, belum termasuk pulsa. Hahahaha, mahal kan? Jangkauan sinyalnya pun hanya disekitar wilayah Ob Anggen School saja, kira-kira seperti dari kampus STIS sampai apotek K-24 bawah jembatan. Lewat dari situ, sinyalnya sudah hilang. Tapi, selama berada dalam jangkauan wilayah ini, kita bisa teleponan dan sms-an dengan siapapun se-Indonesia, tentunya dengan tariff yang jauh lebih mahal. Maklumlah, di pedalaman…
Anak-anak yang sekolah di tempat ini biasanya merupakan anak-anak dari masyarakat sekitar, atau ada juga anak-anak yang berasal dari kampung-kampung pedalaman di sekitarnya. Kampung di Papua bukan seperti kampung di Jawa loh ya... Sekampung-kampungnya di Jawa, kebanyakan masih bisa ditembus pakai motor. Tapi, disini yang namanya kampung, betul-betul di tengah hutan belantara. Kalian nggak akan sangka kalau ada orang yang tinggal disana. Karena memang jalan masuknya pun harus menembus hutan dan hanya bisa dengan berjalan kaki. Just imagine that...