Mohon tunggu...
Singgah Sima Dewi
Singgah Sima Dewi Mohon Tunggu... Freelancer - Plants Enthusiast

Menanam, mengakar, tumbuh, merekah dan berkembang biak dalam kebaikan sabda alam. Semoga bermanfaat 😊👌.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Catatan Ziarah Mesir 1 : Pertama Kali Berkunjung ke Makam Imam Syafi'i (Mausoleum of Imam Al-Shafi'i) yang Berada di Kota Mati Cairo

16 Desember 2023   18:33 Diperbarui: 30 Desember 2023   13:58 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mausoleum of Imam al-Shafi'i (Sumber : Dokumen Pribadi)

Waktu itu adalah hari ke 12 saya menginjakkan kaki di Mesir. Hari Jum'at, 2 Juni 2023 pagi-pagi saya diminta oleh suami saya untuk bersiap-siap, katanya dia ingin mengunjungi suatu tempat, dan saya diajak untuk ikut. 

Selama 12 hari di Mesir saya belum pernah pergi jauh, paling-paling hanya keluar di dekat rumah seperti ke pasar atau ke toko roti, karena saat itu suami saya masih sibuk untuk persiapan ujian kuliah termin 2, jadi belum bisa untuk pergi-pergi. 

Namun di hari itu di sela-sela hari ujian, tiba-tiba suami saya mengajak saya untuk pergi ke suatu tempat, tadinya saya mengira kalau saya akan diajak berziarah ke makam Sayyidina Husein, karena hari-hari sebelumnya ia seringkali bilang kalau rindu sekali berziarah ke makam Sayyidina Husein.

Saya hanya ingat untuk sampai ke tempat tujuan, dari Hay Asyir kami sekali naik bus, sekali naik tremco dan sekali naik tuk-tuk melewati beberapa pasar, salah satunya adalah pasar hewan. Kami sampai di sebuah kawasan yang cukup ramai dengan orang yang berdagang dari mulai makanan, pakaian hingga souvenir. 

Setelah melewati para pedagang, kami sampai di gerbang berwarna biru dengan bangunan berwarna cream yang sangat artistik dibelakangnya. Sampai di depan gerbang, saya masih belum tau saya sedang dimana dan ini tempat apa. Lalu saya diajak masuk, setelah masuk barulah saya paham jika ternyata kami sedang berada di Makam Imam Syafi'i. Sebelumnya saya tidak pernah membayangkan bisa sampai sini untuk berziarah langsung ke Makam Imam Syafi'i, seorang imam madzhab besar yang namanya sangat masyhur sepanjang zaman.

Makam Imam Syafi'i atau kalau di Maps tertulis Mausoleum of Imam al-Shafi'i beralamat di Al Abageyah, El Khalifa, Cairo. Berada di sebuah komplek yang sering disebut kawasan kota mati, karena sepanjang kawasan itu adalah pemakaman.

Melansir dari Wikipedia  Makam Imam Syafi'i adalah makam yang didedikasikan untuk Imam Al-Syafi'i, salah satu dari empat Imam Sunni yang mendirikan sekolah fikih Islam Sunni Syafi'i. Terletak di Jalan Imam Syafi'i di Kota Orang Mati, Kairo, makam ini merupakan ciri khas arsitektur gaya Ayyubiyah dan signifikansi sejarah.

Bagi saya yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Mesir, tentu melihat segala sesuatunya dengan antusias kadang sampai ketingkat gumunan, bagi saya semua yang ada di Mesir itu unik. 

Saat bus mulai jalan, sepanjang jalanpun saya memandang dengan antusias, saya perhatikan setiap orang yang berbicara meskipun saya tidak mengerti bahasanya, saya memandang keluar melihat jalanan ada beberapa motor yang bersliweran di jalan raya. Pengendara motor disini memang tidak banyak, jalanan di dominasi oleh pengendara mobil dan angkutan umum.

Untuk menuju tempat tujuan, kami sekali naik bus dengan seat 2-1 yang biasa di kenal oleh para Mahasiswa/i Indonesia yang ada di sini dengan sebutan "Bus 80 Coret", saya suka sekali naik bus ini karena seatnya lega, ongkos naik bus ini juga sangat terjangkau yaitu 6 LE atau sekitar Rp. 3.000,- untuk rate saat ini.

Saat berada di dalam bus ini saya melihat para penumpang sepertinya sangat enggan menyia-nyiakan waktunya di perjalanan, beberapa dari mereka memegang mushaf kecil dan membacanya selama di perjalanan ada juga yang sibuk memencet tasbih digitalnya tanda sedang berdzikir ada juga yang menggunakan tasbih kalung, beberapa yang lain mengenaikan headset atau airpods dan nampak dilayar hp nya video kajian ceramah atau juga murottal.

Di dalam Bus 80 Coret (Sumber: Dokumen Pribadi)
Di dalam Bus 80 Coret (Sumber: Dokumen Pribadi)

Setelah naik bus kami naik tremco sekali, tremco adalah angkutan umum yang lebih kecil dari bus, kalau di Indonesia mungkin di sebutnya angkot. Di dalam tremco rasanya sedikit sesak, karena mobil yang tidak terlalu besar dan seatnya penuh dengan penumpang, ongkos naik angkutan umum satu ini juga lumayan terjangkau sama dengan bus yaitu 6 LE atau sekitar Rp. 3.000,- untuk rate saat ini. 

Cara pembayarannya juga cukup berbeda dengan di Indonesia, jika di Indonesia penumpang turun baru kasih uang ke sopir, atau saat mau turun penumpang kasih uangnya langsung ke sopir, tapi kalo di Mesir kita memberikan uang ke penumpang siapapun yang ada di seat depan kita dan penumpang yang ada di depan kita akan memberikan uang ke penumpang yang paling depan dan dekat dengan sopir, penumpang paling depan menghimpun semua uang dari belakang dan menghitungnya, lalu menyerahkan ke sopir sambil memberi tau semua tujuan pemberhentian para penumpang. 

Suasana di Dalam Tremco (Sumber: Dokumen Pribadi)
Suasana di Dalam Tremco (Sumber: Dokumen Pribadi)

Saat turun dari tremco, kami melewati pasar dan di sepanjang jalan beberapa orang menyapa kami, meskipun tidak saling kenal dengan sapaan salam, "Assalaamu'alaikum". Setelah beberapa saat kami berjalan, akhirnya kami menemukan tuk-tuk yang kosong untuk kami naiki menuju Makam Imam Syafi'i. 

Tuk-tuk atau di Indonesia yang lebih akrab dengan sebutan bajaj ini, masih banyak beroprasi di Mesir, bahkan masih menjadi transportasi utama yang mengangkut penumpang dari jalan raya menuju daerah-daerah dalam atau gang-gang kecil. 

Namun saat naik tuk-tuk adrenalin saya terpacu, saya beristighfar berkali-kali. Jangan berharap jalannya akan pelan-pelan saat kamu naik tuk-tuk disini, bahkan dengan lingkungan dan orang-orang seramai itu berlalu lalang di jalan, supir tuk-tuk tetap bisa melaju dengan cepat. Dengan skill sopir yang handal untuk memainkan stang ke kanan dan ke kiri dan kelihaian dalam membunyikan klakson, semua alang rintang yang ada di depan bisa dilewati. Meskipun beberapa kali dikejutkan dengan orang-orang yang rasanya hampir ketabrak, sepertinya pemandangan seperti itu disini sudah biasa. Ongkos naik tuk-tuk menuju Makam Imam Syafi'i adalah 15 LE atau sekitar Rp. 7.500,- untuk rate saat ini.

Tuk-Tuk (Sumber: Dokumen Pribadi)
Tuk-Tuk (Sumber: Dokumen Pribadi)

Mengutip dari Imcnews.id, Mesir adalah negara tertua di dunia. Dari kebanyakan bangunan-bangunan yang ada di Mesir termasuk rumah sewa yang kami tinggali terlihat sangat klasik, dinding-dinding bangunannya unfinished, jarang ada sentuhan warna-warni modern masa kini, kebanyakan yang terlihat adalah lingkungan padat dengan bangunan-bangunan kotak bertingkat dengan warna natural pasir atau cream. Jalan-jalan menuju pemukiman warga juga masih natural pasir jarang ada sentuhan aspal atau sejenisnya.

Di Mesir juga mempunyai salah satu PR besar sama seperti di Indonesia yaitu persoalan sampah dan kebersihan lingkungan, masih banyak terlihat sampah yang berserakan atau tumpukan-tumpukan sampah yang pastinya butuh waktu yang panjang untuk mengelolanya, tumpukan-tumpukan sampah seringkali menjadi tempat tinggal anjing, ya di sini banyak sekali anjing liar, bahkan sepertinya populasinya lebih banyak dibanding kucing. Untung sebelumnya di Indonesia saya cukup sering lihat anjing jadi disini saat bertemu dengan anjing liar sudah tidak takut lagi.

Terlepas dari itu semua, menurut saya Mesir sampai kapanpun tetap akan menjadi negara yang istimewa, unik, menarik dan wajib untuk dikunjungi, salah satunya karena sejarah-sejahnya yang masyhur di kancah internasional.  

Melansir dari artikel Tareq Albana, Mesir di juluki sebagai Ummud Dunya yang artinya ibunya dunia karena dari sinilah peradaban-peradaban besar dunia terlahir. Mesir adalah negara yang yang sangat kaya akan peradaban, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, selain itu juga kaya akan Sejarah-sejarahnya yang sangat populer di dunia, seperti Kisah Nabi Musa, Yusuf, Firaun hingga Ratu Cleopatra.

Mesir mempunyai ibukota bernama Kairo. Kairo bisa disebut sebagai kota tertua dunia, di kota ini terdapat situs-situs bersejarah yang amat berperan dalam peradaban maju di abad-abad silam. Di sana banyak makam-makam para ulama, dan juga jejak-jejak para nabi. Selama berada di Mesir, ada hal yang memang sangat sayang sekali jika dilewatkan, salah satunya adalah berziarah ke makam-makam para ulama dan makam cucu nabi.

Saya merasa beruntung sekali bisa singgah di Mesir dan berziarah ke makam ulama besar yaitu Imam Syafi'i. Siapa yang tidak kenal dengan Imam Syafi'i?. Seorang imam madzhab besar dalam sejarah, yang ajaran-ajarannya dianut hingga kini oleh umat Islam di manca negara, termasuk Indonesia. Bagi kita umat Islam di Indonesia tentu sangat familiar dengan Imam Syafi'i, karena kita beribadah menggunakan mazhab Imam Syafi'i.

Melansir dari kemenag.go.id, Imam Syafi'i adalah seorang ulama besar, mujtahid mutlak, pembaharu agama setiap 100 tahun sekali, dan juga pendiri mazhab fiqih yang masyhur diikuti, termasuk masyarakar muslim di Indonesia.

Nama Imam Syafi'i adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin Syafi' bin as-Sa'ib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin al-Muthalib bin Abdu Manaf bin Qushay. 

Ia lahir di Askelon (Askolan) Gaza, Palestina pada tahun 15 Hijriah. Pada usia 2 tahun, setelah ayahnya wafat, Syafi'i kecil dibawa oleh ibunya ke Mekah. Setelah dewasa, ia dua kali berkunjung ke Baghdad. Di sana ia menyusun qaul-qaul qadim atau mazhab lamanya. Setelah itu, ia menuju Mesir dan tinggal di sana pada tahun 199 Hijriah. Di sana ia menyusun qaul-qaul jadid atau mazhab barunya.

Kecerdasan dan kejeniausannya sudah tampak sejak kecil dan saat setelah dewasa, ia berhasil menjadi mujtahid yang brilian. Pada usia 7 tahun, ia sudah hapal Al-Quran. Hapal kitab al-Muwatha karya Imam Malik pada usia 10 tahun. Pada usia 15 tahun, ia sudah mampu berfatwa memenuhi permintaan para ulama lain dan siapa saja yang membutuhkan. Namun, tidaklah ia berfatwa kecuali setelah menghapal 10.000 hadis. 

Imam Syafi'i setiap hari satu kali mengkhatamkan Al-Quran. Bahkan, di bulan Ramadhan, ia mengkhatamkannya hingga 60 kali di luar bacaan Al-Quran pada saat shalat dengan suara yang sangat merdu. 

Sama halnya dalam ibadah malamnya. Setiap malam, Imam Syafi'i selalu bangun di sepertiga malam. Bahkan, di akhir-akhir hayatnya, ia selalu menghidupkan malamnya. Di sepertiga malam, ia selalu bangun. Ia tidak kurang membaca ayat 50, bahkan sampai 100 ayat. Tidaklah melewati ayat tentang rahmat kecuali memohon kepada Allah. Dan tidaklah melewati ayat tentang azab kecuali berlindung kepada-Nya.

Imam Syafi'i tutup usia di Fustath (Kairo), pada hari Kamis, akhir bulan Rajab 204 Hijriah dalam usia 54 tahun. Jenazahnya dikebumikan di Qarrafah ash-Shughra yang sekarang dikenal sebagai komplek pemakaman para wali yang ada di Kairo, Mesir. Di tempat pemakamannya terdapat pelataran atau halaman yang pernah dimakmurkan oleh Sultan Shalahuddin Yusuf dan dibangun kubah di atas pusaranya oleh Raja Kamil Muhammad. Dan kubah itu pun masih ada hingga sekarang.

Kami sampai di pelataran Makam Imam Syafi'i pagi hari di hari Jumat, sekitar jam 10 an. Suasana saat itu cukup ramai peziarah yang kebanyakan adalah ibu-ibu warga Mesir dan para perempuan dengan wajah-wajah asia, sepertinya para mahasiswi asal Indonesia. 

Saat berada di dekat makam, suami saya langsung mengajak saya mencari tempat untuk duduk dan berdoa. Selesai berdoa, sayapun diajak untuk melihat lebih dekat ke Makam Imam Syafi'i. Semua peziarah seperti mendapatkan ketenangan jiwa saat berada disini, sayapun merasakannya, terasa sejuk, tenang dan damai. Para peziarah memandang khusuk ke arah makam dan tak henti-hentinya berdo'a untuk melepas rindu kepada sang imam. Adapula seorang ibu paruh baya yang terlihat memandang haru ke makam sang imam, ia berdo'a dan memutari makam sang imam sambil membersihkan debu-debu yang menempel pada riling kayu penutup makam menggunakan sapu tangan yang ia bawa. Anak-anakpun juga banyak yang ikut berziarah, tak kalah antusiasnya dengan orang-orang dewasa.

Makam Imam Syafi'i (Sumber: Dokumen Pribadi)
Makam Imam Syafi'i (Sumber: Dokumen Pribadi)

Sayangnya kami tidak bisa berlama-lama di Makam Imam Syafi'i karena sudah mendekati waktu solat Jumat, saya belum berkesempatan untuk melihat lebih jauh ke komplek makam, dan saya juga belum melihat Masjid yang diatas kubahnya ada hiasan perahu dari tembaga. Katanya perahu tersebut menjadi wadah untuk biji-bijian makanan merpati, tetapi juga menjadi kiasan yang menggambarkan bahwa dibawah ada Imam Syafi'i yang karena keluasan ilmunya disebut sebagai lautan ilmu.

Karna sudah dekat dengan waktu solat Jum'at, sayapun diajak untuk ikut solat jumat di Masjid tertua di kota Kairo yaitu Masjid Al-Azhar beralamat di El-Darb El-Ahmar, Kairo, sekitar 4-5 Km dari makam Imam Syafi'i. Suasana di masjid Al-Azhar sangat ramai sekali, sampai saya kesulitan mencari tempat untuk solat. Semua orang seperti antusias untuk melaksanakan solat Jumat di masjid ini tak terkecuali para lansia, wanita dan anak-anak.

Suasana di Dalam Masjid Al-Azhar (Sumber : Dokumen Pribadi)
Suasana di Dalam Masjid Al-Azhar (Sumber : Dokumen Pribadi)

er gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun