Terlepas dari itu semua, menurut saya Mesir sampai kapanpun tetap akan menjadi negara yang istimewa, unik, menarik dan wajib untuk dikunjungi, salah satunya karena sejarah-sejahnya yang masyhur di kancah internasional. Â
Melansir dari artikel Tareq Albana, Mesir di juluki sebagai Ummud Dunya yang artinya ibunya dunia karena dari sinilah peradaban-peradaban besar dunia terlahir. Mesir adalah negara yang yang sangat kaya akan peradaban, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, selain itu juga kaya akan Sejarah-sejarahnya yang sangat populer di dunia, seperti Kisah Nabi Musa, Yusuf, Firaun hingga Ratu Cleopatra.
Mesir mempunyai ibukota bernama Kairo. Kairo bisa disebut sebagai kota tertua dunia, di kota ini terdapat situs-situs bersejarah yang amat berperan dalam peradaban maju di abad-abad silam. Di sana banyak makam-makam para ulama, dan juga jejak-jejak para nabi. Selama berada di Mesir, ada hal yang memang sangat sayang sekali jika dilewatkan, salah satunya adalah berziarah ke makam-makam para ulama dan makam cucu nabi.
Saya merasa beruntung sekali bisa singgah di Mesir dan berziarah ke makam ulama besar yaitu Imam Syafi'i. Siapa yang tidak kenal dengan Imam Syafi'i?. Seorang imam madzhab besar dalam sejarah, yang ajaran-ajarannya dianut hingga kini oleh umat Islam di manca negara, termasuk Indonesia. Bagi kita umat Islam di Indonesia tentu sangat familiar dengan Imam Syafi'i, karena kita beribadah menggunakan mazhab Imam Syafi'i.
Melansir dari kemenag.go.id, Imam Syafi'i adalah seorang ulama besar, mujtahid mutlak, pembaharu agama setiap 100 tahun sekali, dan juga pendiri mazhab fiqih yang masyhur diikuti, termasuk masyarakar muslim di Indonesia.
Nama Imam Syafi'i adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin Syafi' bin as-Sa'ib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin al-Muthalib bin Abdu Manaf bin Qushay.Â
Ia lahir di Askelon (Askolan) Gaza, Palestina pada tahun 15 Hijriah. Pada usia 2 tahun, setelah ayahnya wafat, Syafi'i kecil dibawa oleh ibunya ke Mekah. Setelah dewasa, ia dua kali berkunjung ke Baghdad. Di sana ia menyusun qaul-qaul qadim atau mazhab lamanya. Setelah itu, ia menuju Mesir dan tinggal di sana pada tahun 199 Hijriah. Di sana ia menyusun qaul-qaul jadid atau mazhab barunya.
Kecerdasan dan kejeniausannya sudah tampak sejak kecil dan saat setelah dewasa, ia berhasil menjadi mujtahid yang brilian. Pada usia 7 tahun, ia sudah hapal Al-Quran. Hapal kitab al-Muwatha karya Imam Malik pada usia 10 tahun. Pada usia 15 tahun, ia sudah mampu berfatwa memenuhi permintaan para ulama lain dan siapa saja yang membutuhkan. Namun, tidaklah ia berfatwa kecuali setelah menghapal 10.000 hadis.Â
Imam Syafi'i setiap hari satu kali mengkhatamkan Al-Quran. Bahkan, di bulan Ramadhan, ia mengkhatamkannya hingga 60 kali di luar bacaan Al-Quran pada saat shalat dengan suara yang sangat merdu.Â
Sama halnya dalam ibadah malamnya. Setiap malam, Imam Syafi'i selalu bangun di sepertiga malam. Bahkan, di akhir-akhir hayatnya, ia selalu menghidupkan malamnya. Di sepertiga malam, ia selalu bangun. Ia tidak kurang membaca ayat 50, bahkan sampai 100 ayat. Tidaklah melewati ayat tentang rahmat kecuali memohon kepada Allah. Dan tidaklah melewati ayat tentang azab kecuali berlindung kepada-Nya.
Imam Syafi'i tutup usia di Fustath (Kairo), pada hari Kamis, akhir bulan Rajab 204 Hijriah dalam usia 54 tahun. Jenazahnya dikebumikan di Qarrafah ash-Shughra yang sekarang dikenal sebagai komplek pemakaman para wali yang ada di Kairo, Mesir. Di tempat pemakamannya terdapat pelataran atau halaman yang pernah dimakmurkan oleh Sultan Shalahuddin Yusuf dan dibangun kubah di atas pusaranya oleh Raja Kamil Muhammad. Dan kubah itu pun masih ada hingga sekarang.