Saat ini, dunia hiburan Indonesia sedang ramai diperbincangkan terkait isu boikot artis yang dinilai memiliki standar ganda. Perbincangan tersebut berlangsung panas dalam aplikasi X. Di satu sisi, beberapa artis K-Pop seperti NCT, Jeon Somi, Siwon, Aespa, Blackpink, dan masih banyak lagi, di boikot karena dianggap mendukung zionisme melalui kerjasama dan soft selling produk-produk perusahaan yang berhubungan dengan Israel. Namun di sisi lain, penyanyi sekaligus penulis lagu dari Amerika Serikat, Bruno Mars, yang secara terbuka menyatakan kecintaannya pada Israel dan pernah tampil di Tel Aviv pada 4 Oktober 2023 lalu, tidak mengalami boikot. Bahkan, konsernya di Indonesia bulan September 2024 mendatang, malah diperpanjang beberapa hari.
Perbedaan perlakukan ini menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi dan juga keadilan dalam penerapan boikot terhadap artis. Apakah benar boikot itu hanya ditujukan kepada artis tertentu, atau ada faktor lain yang mendasarinya?
Mayoritas masyarakat Indonesia beranggapan bahwa kerjasama dengan perusahaan yang berkaitan atau memiliki hubungan dengan Israel seperti Starbuck dan McDonalds dianggap sebagai bentuk dukungan terhadap zionisme, sebuah ideologi yang dinilai menindas rakyat Palestina. Beberapa idol (sebutan artis K-Pop), seperti Jeon Somi dan Jisoo Blackpink, telah melakukan soft selling berupa unggahan gambar dirinya bersama dengan produk merek-merek tersebut, yang memicu reaksi keras dari penggemar dan aktivis di beberapa negara, termasuk Indonesia.Â
Dalam perjalanannya, Israel telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap rakyat Palestina, dan aksi boikot K-Pop dianggap sebagai upaya untuk menekan Israel dan menunjukkan solidaritas serta kepedulian terhadap Palestina. Mengingat popularitas global K-Pop yang cukup besar, boikot ini bisa jadi momentum untuk mengirim pesan kuat kepada komunitas internasional tentang pentingnya dukungan terhadap hak asasi manusia.
Sebaliknya, Bruno Mars, meskipun secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap Israel dan pernah tampil di Tel Aviv, tidak dilakukan boikot dengan alasan kerinduan fans Bruno Mars untuk menyaksikan sang idola secara langsung. Menurut sebagian masyarakat Indonesia yang tidak melakukan boikot pada Bruno Mars, dukungan musisi asal Amerika Serikat tersebut terhadap Israel masih simpang siur dan belum jelas kebenarannya. Padahal, berdasarkan bukti yang beredar pada media sosial X, menunjukkan bahwa Bruno Mars secara terang-terangan mendukung Israel.Â
Sebuah kontroversi muncul setelah beredar bukti di media sosial X bahwa Bruno Mars secara terang-terangan mendukung Israel. Akun X bernama @2pacshacute mengutip artikel yang ditulis oleh The Times of Israel dengan judul "Pop superstar Bruno Mars declares his love for Tel Aviv in first-ever Israel show", artikel tersebut menyebutkan bahwa Bruno Mars menyatakan cintanya pada Tel Aviv pada konser pertamanya di Israel, 4 Oktober 2023 lalu.Â
Akun X @2pacshacute mengutip pemberitaan tersebut dengan caption "Guys, he's a zionist. He said himself that he loves isnotreal (Israel). Please don't support him" atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti "Teman-teman, dia zionis. Dia bilang dia mencintai Israel. Tolong jangan berikan dukungan padanya", tulis akun itu. Akun tersebut menganggap Bruno Mars sebagai zionis dan meminta untuk tidak memberikan dukungan pada penyanyi bernama asli Peter Gene Hernandez itu.
Menurut artikel The Times of Israel, yang ditulis pada 5 Oktober 2023 lalu, Bruno Mars menyanyikan lagu "I Love You" dalam bahasa Ibrani di hadapan lebih dari 60 ribu penonton di Yarkon Park, Tel Aviv. Dalam momen emosional tersebut, Bruno Mars menyapa penggemar dengan lagu spesial "Ano Ohev Otatch" (aku mencintaimu), menciptakan pengalaman musik yang mendalam bagi para penggemarnya di Israel.
Dalam konser perdananya tersebut, Bruno Mars tidak hanya membawakan lagu-lagu hitsnya tetapi juga menunjukkan penghargaannya kepada para penggemarnya di Israel dengan menyapa menggunakan sapaan khas Yahudi "shalom" juga disertai teriakan hangat "calling all my lovelies", yang memperkuat ikatan Bruno Mars bersama para penggemarnya di Tel Aviv. Tidak hanya itu, dia bahkan mengubah lirik lagu "Marry You" untuk mengungkapkan rasa cinta mendalamnya pada kota tersebut dengan kata-kata "Tel Aviv, I Think I Want to Marry You!".Â
Bruno Mars juga menyatakan rasa syukur atas kesempatan untuk berbagi momen istimewa dengan penggemar setianya di Tel Aviv. Penampilannya tersebut bukan hanya sebuah pertunjukan musik biasa, melainkan juga sebuah pernyataan tentang persahabatan dan hubungan yang mendalam antara seniman dan negara yang dipujanya. Dukungan Bruno Mars kepada Israel terlihat jelas dalam setiap aspek penampilannya, yang menciptakan pengalaman tak terlupakan bagi penggemarnya di Tel Aviv.
Namun, fakta-fakta tersebut tidak menggoyahkan niat para penggemar Bruno Mars, khususnya penggemar di Indonesia. Mereka masih berbondong-bondong untuk datang ke konser sang idola. Â Perlu diketahui, semua kategori tiket untuk konser Bruno Mars di Jakarta pada 13-14 September yang dijual dalam general sale pada pukul 10.00, hari Sabtu, 29 Juni 2024 lalu telah habis terjual. Termasuk tiket VIP 1 yang harganya mencapai Rp 7, 6 juta. Informasi mengenai kehabisan tiket konser Bruno Mars di Jakarta pada tanggal 13-14 September 2024 ini dapat dilihat langsung pada situs pembelian tiket brunomarsinjakarta.com, yang menunjukkan bahwa tiket habis hanya dalam waktu 4 jam. Promotor konser, PK Entertainment, juga mengonfirmasi hal tersebut melalui Instagram story mereka.Â
Dalam video yang diunggah, Bruno Mars mengumumkan penambahan jadwal konser pada 11 September 2024 di Jakarta International Stadium (JIS), Tanjung Priok, Jakarta Utara, sebagai respons terhadap antusiasme luar biasa dari penggemarnya di Jakarta. Pada video tersebut, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Bruno Mars mengatakan, "Jakarta, kalian luar biasa. Saya menambahkan pertunjukan ketiga saya di Jakarta pada 11 September di Jakarta International Stadium. Tidak Sabar bertemu kalian disana".
Perdebatan tentang boikot artis yang terjadi di Indonesia memunculkan pertanyaan mengenai konsistensi dan keadilan. Boikot terhadap artis K-Pop yang melakukan soft selling dan bekerja sama dengan brand yang terafiliasi Israel gencar dilakukan, namun Bruno Mars yang terang-terangan mendukung Israel justru mendapatkan sambutan yang hangat melalui tiket konsernya yang habis terjual di Jakarta.
Ketidakadilan dalam penerapan kegiatan boikot ini menimbulkan berbagai spekulasi. Apakah boikot ini bermotif politik, kebencian personal terhadap artis K-Pop, terkait popularitas, atau ketidaktahuan masyarakat terhadap bukti dukungan Bruno Mars untuk Israel?
Fakta menunjukkan bahwa Bruno Mars secara terbuka menyatakan cintanya kepada Israel dalam konser perdananya di Tel Aviv. Bukti seperti lirik lagu yang diubah, sapaan "shalom", dan pernyataannya di media Israel tersebar di media sosial X. Namun, sepertinya penggemar Bruno Mars di Indonesia tidak terpengaruh. Tiket konser yang habis terjual menunjukkan ketidakpedulian terhadap isu boikot dan dukungan Bruno Mars terhadap Israel.
Boikot terhadap artis K-Pop dan konser Bruno Mars yang malah ramai oleh penggemar, menunjukkan standar ganda dalam penerapan boikot serta menimbulkan pertanyaan tentang keadilan dan konsistensi. Berkaitan dengan ini, sangat diperlukan edukasi dan kesadaran yang lebih tinggi dari masyarakat untuk menghindari standar ganda dan mengupayakan boikot yang efektif untuk menyampaikan pesan. Isu ini sebaiknya dijadikan sebagai momentum untuk meningkatkan pemaham kita tentang konflik Israel-Palestina dan mendorong supaya tercipta boikot yang adil dan konsisten.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H