Bagi mereka, seni dan budaya seharusnya menjadi jembatan untuk membangun pemahaman dan persahabatan lintas budaya, bukan untuk memperdalam perpecahan politik.Â
"Seni dan budaya seharusnya menyatukan kita, bukan memecah belah. Boikot ini kontraproduktif dan hanya akan memperburuk situasi," terang Bayu, seniman asal Kabupaten Bandung.
Melibatkan para musisi dalam dialog yang konstruktif, menurut mereka, lebih efektif untuk membawa perubahan positif daripada mengisolasi atau memboikot mereka.
Para penentang gerakan boikot juga menitikberatkan bahwa selain meredam ruang diskusi dan kerjasama, boikot dapat menimbulkan konsekuensi ekonomi yang signifikan. Di Israel, konser musik internasional menjadi sumber pendapatan penting bagi industri pariwisatanya, perhotelannya, dan jasa lainnya.
"Boikot bisa sangat merugikan, tidak hanya musisi dan promotor lokal, tapi juga pekerjaan dan perekonomian lokal secara lebih luas," jelas Doni pengamat dan ekonom yang pro-Israel.
Boikot dikhawatirkan dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan dan pendapatan bagi banyak orang, serta mengganggu perekonomian lokal secara keseluruhan. Dampak sosialnya pun dikhawatirkan dapat memicu perpecahan masyarakat di Israel termasuk komunitas musik global, serta membatasi kebebasan berekspresi artistik.Â
Selain itu, sejumlah kritikus gerakan boikot berpendapat bahwa musisi yang melakukan konser di Israel atau bekerja sama dengan perusahaan yang berkaitan dengan Israel belum tentu terbukti sebagai pro-Israel, mereka berpandangan bahwa hal tersebut masih terbilang abu-abu dan belum bisa dipastikan kebenarannya.
Dukungan Terhadap Gerakan Boikot
Dibalik gerakan boikot musisi pro-Israel, terdapat argumen moral yang kuat. Para pendukung gerakan boikot meyakini bahwa gerakan ini adalah bentuk protes sah terhadap kebijakan Israel terhadap Palestina, seperti pendudukan, pembangunan, dan blokade Gaza.
"Boikot adalah cara untuk mengatakan kepada Israel bahwa tindakan mereka terhadap rakyat Palestina itu salah dan tidak dapat diterima," kata Rizka, aktivis pro-Palestina.
Landasan moral ini diperkuat oleh prinsip-prinsip hak asasi manusia universal dan keadilan sosial. Mereka menyuarakan isu-isu seperti kesetaraan, otonomi politik, dan hak asasi bagi rakyat Palestina.