Mohon tunggu...
Shilvia Yulianti S
Shilvia Yulianti S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Mahasiswa Jurnalistik yang memiliki ketertarikan untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meugang, Tradisi Istimewa Perayaan Kemenangan di Tanah Serambi Mekah

30 Juni 2024   10:33 Diperbarui: 30 Juni 2024   14:00 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana penuh kehangatan dan kebersamaan yang mewarnai momen spesial ini dapat kita rasakan bahkan ketika kita berdiri di sudut halaman masjid. Puluhan masyarakat Gampong Keutapang dan sekitarnya berkumpul, membawa hasil masakan meugang mereka, seperti gulai, sie reuboh, daging asam keueng dan kari, untuk dibagikan kepada yatim piatu dan dhuafa.

"Meugang merupakan momen bagi kita untuk dapat berbagi kebahagiaan dan saling membantu saudara kita," ujar Muhammad Ramli, pemuka agama Islam Masjid Baitussalam.

Bagi anak yatim piatu dan dhuafa, tradisi meugang ini menjadi momentum yang sangat dinanti tiap tahunnya. Hilya, salah satu anak yatim piatu yang ikut mengantri di halaman masjid mengungkapkan bahwa hidangan istimewa yang ia terima tidak hanya memanjakan perutnya, tapi juga menghangatkan hati dan membawa kebahagian untuknya.

"Terimakasih sama semua warga Aceh yang sudah memberikan hidangan hasil meugang ini kepada kami, hidangan ini sangat menggugah selera dan tentunya membuat kami bahagia," kata Hilya sembari tersenyum lebar, menampakkan deretan gigi putih miliknya.

Pada tradisi meugang ini, masyarakat Aceh telah menunjukkan kedermawanan dan kepedulian mereka terhadap sesama. Tidak hanya yatim piatu dan dhuafa saja, hidangan meugang juga dibagikan kepada para pekerja jalanan dan masyarakat sekitar.

Bagi generasi muda Aceh, terutama yang ada diperantauan, tradisi meugang menjadi pengingat akan identitas dan budaya mereka. 

"Meugang merupakan warisan leluhur yang harus kita lestarikan," kata Salman, mahasiswa yang berkuliah di Pulau Jawa.

Namun, di era modernisasi ini, tradisi meugang tentunya tidak luput dari berbagai tantangan. Generasi muda cenderung memilih hidangan praktis daripada meluangkan waktu untuk membuat hidangan meugang secara tradisional. 

Tengku Hamzah mengatakan, "Perkembangan zaman dan juga kesibukan kita dapat menyebabkan tradisi meugang menjadi semakin terburu-buru," Hamzah menekankan perlunya untuk menanamkan nilai-nilai meugang kepada generasi muda agar tradisi ini tetap terjaga.

Semangat untuk berbagi dalam tradisi meugang tidak hanya memberi kehangatan di hati, tapi juga menjadi pengingat terhadap nilai-nilai luhur budaya Aceh. Meugang bukan hanya soal makanan lezat, melainkan juga tentang rasa syukur, kebersamaan, dan kepedulian terhadap sesama. 

Tradisi ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sesungguhnya datang dari berbagi dan membantu sesama. Meugang perlu dilestarikan untuk membangun Aceh yang lebih sejahtera dan berbudaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun