Dari banyaknya keluhan tentang perikanan budidaya yang tidak ramah lingkungan karena borosnya penggunaan air dan limbah dari pakan ikan, maka kementrian kelautan dan perikanan (KKP) memberikan jawaban tentang keluhan tersebut dengan menyosialisasikan teknologi recirculating aquaculture system ( RAS ).
teknologi recirculating aquaculture system ( RAS ) merupakan sistem budidaya ikan secara intensif dengan menggunakan infrastruktur yang memungkinkan pemanfaatan air secara terus menerus ( resirkulasi air ) . teknologi RAS ini menggunakan filter fisika , filter biologi, ultra ungu ( UV ), dan oksigen generator. Ini semua digunakan untuk mengontrol dan menstabilkan kondisi lingkungan ikan, mengurangi jumlah penggunaan air, dan meningkatkan tingkat hidup ikan.
Teknologi ini sudah lama sebenarnya dipakai di Norwegia dalam proses budi daya untuk menghemat air. Prinsip dasar RAS, yaitu untuk memanfaatkan air media pemeliharaan secara berulang-ulang dengan mengendalikan beberapa indikator kualitas air agar tetap pada kondisi prima.
RAS (Recirculating Aquaculture System) merupakan sistem budi daya ikan di mana air kolam disirkulasi kembali melalui proses sedemikian rupa sehingga kotoran ikan, sisa pakan serta senyawa gas beracun diolah dalam tangki pengendapan dan difiltrasi.
Setelah melalui proses tersebut, air yang mengalir kembali ke dalam kolam menjadi bersih dan tidak memiliki kandungan senyawa yang berbahaya.
Teknologi RAS adalah teknologi dengan menerapkan sistem budi daya ikan secara intensif dengan menggunakan infrastruktur yang memungkinkan pemanfaatan air secara terus menerus (sirkulasi air).
Untuk memenuhi kebutuhan ikan konsumsi, Indonesia juga mengadopsi teknologi ini dengan biaya peralatan yang lebih murah. Dengan biaya sebesar Rp 80 juta, pembudidaya sudah dapat membiayai pemasangan teknologi RAS yang dikembangkan.
Biaya tersebut meliputi pembelian alat-alat yang digunakan seperti O2 generator, tanki filter, venturi, blower, ultraviolet dan material lainnya.
Dengan biaya tersebut, pembudidaya sudah dapat memiliki peralatan yang bisa digunakan untuk pemakaian selama enam tahun. Termasuk murah dibandingkan dengan sistem yang serupa dan didatangkan langsung dari negara lain. Pasti akan mencapai ratusan juta rupiah.
Penerapan RAS tidak memerlukan wadah yang besar. Teknologi RAS cukup dilakukan pada bak kecil berkapasitas 10 ton air.
Penerapan RAS, seperti berikut:
Solid Removal
Pada step bertujuan menghilangkan bahan padat yang mencemari perairan. Pada saat ini dapat dilakukan penyaringan untuk menghilangkan limbah padat. Seperti sisa makan, feses maupun limbah.
Biofiltration
Pada step ini bertujuan untuk menghilangkan bahan pencemar yang tidak terlihat seperti amonia. Salah satu cara menghilangkan amonia dengan menggunakan filter biologi, melepaskan bakteri yang mampu merubah amonia menjadi nitrogen yang aman dilepaskan ke lingkungan.
Dissolve gas control
Pada step terakhir ini bertujuan menambah jumlah oksigen terlarut sehingga air yang dilepaskan banyak mengandung oksigen terlarut yang baikuntuk ikan budi daya.
Tujuan dari teknologi RAS ini adalah:
- Menghemat penggunaan air dan ruang.
- Kestabilan sistem dari gangguan cuaca dan lingkungan seperti hewan predator, hama penyakit dan lain-lain).
- Menaikkan efisiensi dan produktifitas ikan budi daya.
- Dapat diintegrasikan dengan budi daya lainnya seperti akuaponik, budi daya cacing sutra dan lainnya.
Akan tetapi, sistem ini memiliki kekurangan seperti:
- Sumber daya listrik yang lumayan besar dan harus cukup.
- Semakin mahal dan sensitif jenis ikan, maka semakin lengkap tahapan sistem resirkulasi yang dibuat.
- Tetap membutuhkan sumber air.
Faktor mendasar yang harus diperhitungkan dalam sistem resiruklasi, yaitu:
- Kekuatan Pompa
Kekuatan pompa harus melebihi kapasitas kolam. Misalnya volume kolam 2500 liter maka kekuatan pompa harus di atas 2500 liter/jam, seperti 5000 liter/jam.
- Desain Filter
Dalam pemilihan komponen sistem filtrasi harus memperhitungkan kepadatan dan jenis ikan yang dipelihara.
- Kapasitas Filter
Yang menentukan kapasitas tangka filter adalah jumlah pakan ikan dan kekuatan pompa yang digunakan. Semakin besar debit pompa semakin dalam panjang tangka filter.
Teknologi RAS dapat menaikkan produksi hingga 100 kali lipat. Dengan menggunakan RAS pada kolam nila, produksi akan mencapai 5.000 ekor per meter kubik, sementara jika menggunakan sistem konvensional hanya mampu mencapai 50 ekor saja.
Secara ekonomi dengan biaya instalasi sistem RAS senilai lebih kurang Rp80 juta dengan biaya penyusutan mencapai Rp13,3 juta pertahun dan biaya operasional berkisar Rp1,5 juta per bulan, maka setidaknya akan diraup pendapatan kotor hingga 100 juta per tahun atau lebih dari Rp8 juta rupiah per bulan.
Penerapan teknologi ini dapat dilakukan pada ikan budi daya seperti nila, lele dan ikan budi daya lainnya.
Kunci keberhasilan sistem produksi dengan resirkulasi adalah menggunakan komponen treatment air dengan biaya yang efektif dan efisien.
Referensi:
mongabay.co.id
aquaculture-mai.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H