MotoGP memiliki akar sejarah yang lebih kuat di Indonesia, dengan adanya pebalap lokal yang sukses di ajang internasional. Keberhasilan mereka telah membangun rasa bangga nasional dan identifikasi masyarakat terhadap olahraga ini. Sebaliknya, F1 seringkali dipandang sebagai olahraga yang asing dan kurang terhubung dengan budaya Indonesia.
2. Aksesibilitas dan Biaya
Biaya untuk menyaksikan balapan F1 secara langsung di sirkuit jauh lebih mahal dibandingkan dengan MotoGP. Selain itu, siaran langsung dan liputan MotoGP lebih mudah diakses oleh masyarakat Indonesia, sementara F1 memiliki hak siar yang lebih terbatas dan mahal.
3. Pemasaran dan Promosi
Promotor MotoGP di Indonesia telah melakukan upaya pemasaran dan promosi yang lebih efektif dalam menjangkau masyarakat luas. Mereka mengadakan acara-acara dan aktivitas yang melibatkan penggemar secara langsung, sehingga membangun hubungan yang lebih erat dengan masyarakat.
4. Ikon dan Idola
MotoGP memiliki beberapa pebalap Indonesia yang menjadi idola dan ikon bagi masyarakat, seperti Dimas Ekky Pratama dan Gerry Salim. Keberadaan mereka telah meningkatkan daya tarik dan identifikasi masyarakat terhadap olahraga ini.
Kesimpulan:
Penelitian ini mengungkapkan bahwa perbedaan popularitas antara MotoGP dan F1 di Indonesia disebabkan oleh kombinasi faktor sejarah, budaya, aksesibilitas, biaya, pemasaran, dan keberadaan ikon lokal. MotoGP memiliki keunggulan dalam hal akar sejarah yang lebih kuat, lebih banyak pebalap lokal yang sukses, serta biaya dan aksesibilitas yang lebih terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
Temuan ini memberikan wawasan berharga bagi pemangku kepentingan dan promotor olahraga balap di Indonesia. Dengan memahami
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H