Misalnya, dalam pengelolaan anggaran negara yang tidak transparan, dana publik bisa dialokasikan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu tanpa terdeteksi.Â
Ketidakjelasan prosedur administrasi dan kurangnya akses masyarakat terhadap informasi membuat korupsi sulit diungkap. Jika proses pengambilan keputusan berlangsung di balik layar tanpa adanya pengawasan publik, maka peluang terjadinya korupsi akan semakin tinggi.
Selain faktor sistemik, korupsi juga sering kali didorong oleh keserakahan individu. Banyak pejabat publik atau politisi yang sudah memiliki kekayaan, namun tetap melakukan tindakan korupsi demi memperkaya diri lebih lanjut.Â
Motif pribadi seperti keserakahan dan ketamakan ini tidak bisa diabaikan dalam memahami mengapa seseorang memilih untuk terlibat dalam korupsi, meskipun mereka tahu tindakan tersebut melanggar hukum dan merugikan banyak orang.
Dampak dari korupsi sangatlah besar dan meluas, terutama terhadap kesejahteraan masyarakat. Salah satu dampak paling nyata adalah meningkatnya kemiskinan dan kesenjangan sosial. Dana yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, sering kali disalahgunakan oleh para pejabat korup.Â
Akibatnya, masyarakat miskin menjadi semakin sulit mendapatkan akses ke layanan dasar, sementara kelompok elit yang terlibat dalam korupsi semakin kaya. Korupsi memiskinkan rakyat secara sistematis karena hak-hak mereka diabaikan demi kepentingan segelintir orang.
Selain itu, korupsi juga berdampak buruk pada kualitas layanan publik, khususnya di sektor pendidikan dan kesehatan. Ketika anggaran untuk kedua sektor ini dikorupsi, fasilitas pendidikan dan kesehatan menjadi kurang memadai, bahkan dalam kondisi yang memprihatinkan.Â
Guru, tenaga medis, dan staf pendukung lainnya tidak mendapatkan dukungan yang layak, sehingga kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat pun menurun. Hal ini memperburuk ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, terutama bagi masyarakat miskin yang sangat bergantung pada fasilitas publik.
Tidak hanya itu, korupsi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Ketika korupsi menjadi hal yang biasa dan pelaku korupsi sering kali lolos dari hukuman, masyarakat menjadi semakin apatis terhadap pemerintah dan proses politik.
 Mereka merasa bahwa aspirasi mereka tidak diperhatikan dan bahwa institusi pemerintahan hanya ada untuk melayani kepentingan segelintir orang kaya dan berkuasa.Â
Akibatnya, kepercayaan terhadap demokrasi melemah dan partisipasi politik menurun, yang pada gilirannya mengancam stabilitas sosial dan politik suatu negara.