Mohon tunggu...
Shifana Maulidya
Shifana Maulidya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk lebih bahagia

Social Worker With Disability

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Semua Manusia Berhak Perang Lawan Corona

8 Oktober 2020   10:49 Diperbarui: 8 Oktober 2020   10:57 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao


Sudah menjelang akhir tahun. Kian hari pertambahan jumlah kasus terpapar Covid-19 cukup mengerikan. Bahkan mencapai angka empat ribu lebih. Itu yang tercatat, kan? Belum lagi yang tidak terdeteksi dan masih bebas berkeliaran ke sana kemari. Itu artinya, perjuangan kita melawan penyebarannya belum usai. Upaya kampanye kepatuhan protokol kesehatan juga masih gencar dilakukan. 

Puskesmas, karang taruna, PKK, perangkat desa, mahasiswa, relawan, sebagian besar kompak untuk mengkampanyekan cuci tangan pakai sabun dan pakai masker. Upaya- upaya banyak sudah yang dilakukan, agar persebaran virus ini dapat diminimalisir.

Sebuah kenyataan yang tak bisa dipungkiri, bahwa virus ini tersebar tak pandang bulu. Seseorang dapat terpapar, tanpa peduli apa latar belakang seseorang. Termasuk di dalamnya adalah rekan- rekan kita para penyandang disabilitas. 

Mereka juga menjadi kelompok yang cukup rentan terpapar Covid-19 ini. Pada jenis kedisabilitasan tertentu, upaya pendampingan oleh keluarga dan lingkungan sekitar menjadi sedikit lebih sulit. 

Pada kedisabilitasan intelektual, misalnya. Kemampuan daya tangkap dan melakukan aktifitas sehari- hari teman- teman kita ini mungkin membutuhkan bimbingan yang lebih intens dan penuh kesabaran dari keluarga yang mendampingi. Apalagi di tengah pandemi ini, ada kebiasaan baru yang harus dilakukan oleh mereka.

Mungkin bagi kita, cukup mudah untuk mematuhi anjuran (keharusan) untuk mencuci tangan pakai sabun dan memakai masker. Namun bagi rekan- rekan disabilitas intelektual, butuh usaha ekstra dan kemauan keras untuk memahami dan melakukan kebiasaan baru tersebut. 

Sebagai seorang pekerja sosial, hal ini menjadi tantangan tersendiri. Selain mengarahkan klien melakukan suatu kebiasaan, sekaligus mengarahkan keluarga dalam proses mendampingi klien secara berkelanjutan. Untuk itu, perlu sebuah strategi khusus agar apa yang dilatihkan dapat diterapkan sebagai sebuah kebiasaan bagi penyandang disabilitas intelektual. 

Saya biasanya melakukan hal ini sebagai sebuah tips yang cukup mungkin untuk diterapkan. Kunci pertama adalah menjelaskan suatu hal dan instruksi dengan sederhana dan mudah dipahami. 

Jelaskan kepada penyandang disabilitas intelektual bahwa cuci tangan pakai sabun dan memakai masker adalah upaya untuk terhindar dari penyakit. Sampaikan hal tersebut dengan semangat dan upayakan penyandang disabilitas intelektual juga terlibat dalam percakapan. Sehingga mereka lebih tertarik dan memahami apa yang dibicarakan.

Kedua, praktikkan cara mencuci tangan yang benar dengan cara mencontohkan langsung. Buatlah suasana menjadi menarik dan nyaman untuk mereka, sehingga dapat mengikuti instruksi dengan baik. 

Lakukan dengan sabar, praktikkan sambil menjelaskan dengan gamblang dan sederhana. Mulai dari membasahi tangan, mengambil sabun secukupnya, menggosok telapak tangan, punggung tangan, sela- sela jari, gerakan mengunci jari tangan, memutar- mutar ibu jari, lalu ujung jari kanan dan kiri, dan terakhir pergelangan tangan, lalu membilasnya sampai bersih. Sampaikan juga di akhir, apa saja manfaat mencuci tangan dengan sabun.

Ketiga, tips ampuhnya adalah sering mengulangi. Baik mengulangi penjelasan maupun mengulangi praktik. Karena, mengubah suatu perilaku menjadi sebuah kebiasaan bagi penyandang disabilitas intelektual membutuhkan waktu dan intensitas yang lebih sering. Ulangi tips pertama dan kedua, lakukan berulang- ulang agar lambat laun menjadi sebuah kebiasaan. Pada proses ini, seorang pekerja sosial mungkin tidak bisa secara intensif mendampingi klien setiap saat. 

Di sinilah peran keluarga dan lingkungan menjadi sangat penting dalam mendampingi. Konsistensi dan kekompakan pengasuh, keluarga, atau lingkungan terdekat menjadi kunci di mana penyandang disabilitas intelektual dapat mandiri. Tak hanya mengenai adaptasi kebiasaan baru Covid-19 ini, namun juga dalam aspek-aspek lain seperti activity daily living, kemampuan bina lingkungan, kondisi psikososial, dan lain sebagainya.

Semangat memerangi pandemi juga harus digelorakan kepada para penyandang disabilitas, tak terkecuali para penyandang disabilitas intelektual. Mereka berhak untuk dibimbing dan didampingi untuk terhindar dari paparan Covid-19 yang menyerang tak pandang bulu. Mari, berbuat semampu kita untuk dapat merangkul mereka yang perlu perhatian khusus. Masih banyak sisi lain di balik pandemi ini, yang juga perlu disentuh dan diperhatikan dan nyaris tenggelam tertimpa urusan perut dan urusan- urusan keos lainnya. (10/2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun