Lakukan dengan sabar, praktikkan sambil menjelaskan dengan gamblang dan sederhana. Mulai dari membasahi tangan, mengambil sabun secukupnya, menggosok telapak tangan, punggung tangan, sela- sela jari, gerakan mengunci jari tangan, memutar- mutar ibu jari, lalu ujung jari kanan dan kiri, dan terakhir pergelangan tangan, lalu membilasnya sampai bersih. Sampaikan juga di akhir, apa saja manfaat mencuci tangan dengan sabun.
Ketiga, tips ampuhnya adalah sering mengulangi. Baik mengulangi penjelasan maupun mengulangi praktik. Karena, mengubah suatu perilaku menjadi sebuah kebiasaan bagi penyandang disabilitas intelektual membutuhkan waktu dan intensitas yang lebih sering. Ulangi tips pertama dan kedua, lakukan berulang- ulang agar lambat laun menjadi sebuah kebiasaan. Pada proses ini, seorang pekerja sosial mungkin tidak bisa secara intensif mendampingi klien setiap saat.Â
Di sinilah peran keluarga dan lingkungan menjadi sangat penting dalam mendampingi. Konsistensi dan kekompakan pengasuh, keluarga, atau lingkungan terdekat menjadi kunci di mana penyandang disabilitas intelektual dapat mandiri. Tak hanya mengenai adaptasi kebiasaan baru Covid-19 ini, namun juga dalam aspek-aspek lain seperti activity daily living, kemampuan bina lingkungan, kondisi psikososial, dan lain sebagainya.
Semangat memerangi pandemi juga harus digelorakan kepada para penyandang disabilitas, tak terkecuali para penyandang disabilitas intelektual. Mereka berhak untuk dibimbing dan didampingi untuk terhindar dari paparan Covid-19 yang menyerang tak pandang bulu. Mari, berbuat semampu kita untuk dapat merangkul mereka yang perlu perhatian khusus. Masih banyak sisi lain di balik pandemi ini, yang juga perlu disentuh dan diperhatikan dan nyaris tenggelam tertimpa urusan perut dan urusan- urusan keos lainnya. (10/2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H