Jadi intinya, menurut saya membimbing toxic friend ke 'jalan yang lurus' jauh lebih penting dan humanis daripada menggunakan sudut pandang ke-aku-an lalu meninggalkannya karena alasan tidak mau repot dan terbebani. Membuatnya sadar dan mau berubah tentunya lebih bermanfaat daripada pergi begitu saja seolah membiarkan sikapnya yang bukan tidak mungkin dapat terulang lagi kepada teman- temannya yang lain.Â
Toh seorang teman yang tulus seharusnya mengerti bahwa nasihat dan saran, bahkan cekcok dan perbedaan pendapat dalam pertemanan adalah hal wajar demi kebaikan.Â
Namun di sisi lain, bukan berarti kita juga mengabaikan diri kita demi 'menyelamatkan' orang lain. Jika memang sudah tidak bisa ditolerir dan semua semakin memburuk tak terkendali, enyah saja lah. Let them go. Masih ada hati dan jiwa yang lebih layak diperjuangkan: Diri Sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H