Sinta merintis usaha kecil dan menengah keripik pisang di Lampung. Dengan ilmu yang diperolehnya, ia membagikannya kepada siapa  pun secara gratis
 Energi Sinta  tumpah ketika diajak berbicara tentang bisnis keripik pisang yang ia jalani. Tak sekadar mendapat untung dari bisnis itu, ia juga aktif berbagi cara mengelola usaha mikro, kecil, dan menengah dengan sukarela.
Toko Keripik Sinta yang terletak di Gang PU, Jalan Pagar Alam, Kelurahan Segala Mider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Lampung, kedatangan tamu puluhan pelajar dari Kabupaten Tanggamus yang ingin belajar berbisnis kuliner, akhir Januari 2023 Para pelajar ini disambut hangat oleh Sinta dan suaminya, Heru Kurniawan.
pada saat kunjungan ke toko pembuatan kripik Sinta,dia mempresentasikan tentang bagaimana pengalaman dia dan proses dia dalam membangun usaha keripik pisang lampung tersebut, dari mulai modal awal,jatuh bangunya usaha,merintis usaha,mengelola usaha sampai dititik sekarang yang sudah jauh lebih besar usaha keripik pisang lampung tersebut.
Dan Kita diajak melihat proses produksi keripik pisang yang dikerjakan di gedung belakang, tak jauh dari toko utama. Kita juga diberi kesempatan untuk berdiskusi langsung tentang bagaimana membangun usaha kuliner di ruang aula.
Tak seperti toko keripik pada umumnya, Sinta memang merancang tokonya sebagai tempat belajar usaha bagi siapa saja. Ia sering menerima kunjungan dari pelajar, mahasiswa, hingga kalangan buruh migran yang ingin belajar usaha keripik pisang
"Saya ingin lebih banyak orang yang bisa sukses menjadi pelaku usaha. Saya ingin pelaku UMKM yang bisa naik kelas dan berkembang menjadi lebih baik," ujar Sinta di tengah kesibukannya menerima tamu dan melayani pengunjung di tokonya di Lampung, Senin (30/1/2023).
Jatuh bangun yang pernah dialami Sinta dalam membangun usaha menjadi salah satu alasan terbesarnya untuk terus berbagi ilmu. Belasan tahun yang lalu, Sinta punya pengalaman berharga saat berjuang menyelamatkan usahanya yang hampir bangkrut.
Sinta sendiri sudah menjalani bisnis keripik pisang dari masih duduk di kelas III SMA pada tahun 2005. Saat itu, ia bertekad ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di tengah kesulitan ekonomi keluarganya.
Ia memulai bisnis dengan membeli 1-2 kilogram keripik dan mengemasnya dalam bungkusan kecil. Keripik kemasan itu ia jual Kembali seharga Rp 1.000 per bungkus kepada teman-temannya di sekolah.
Keuntungan dari usaha kecil itu terus dia tabung untuk biaya kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. waktu itu, Sinta harus pontang-panting membagi waktu untuk kuliah dan menitipkan dagangan keripiknya ke warung dan kantin.
Untuk mengasah kemampuan usahanya, ia mengikuti pelatihan cara pengolahan keripik pisang yang diadakan Dinas Perindustrian Kota Bandar Lampung. Ia juga mendapat kesempatan magang di salah satu pelaku usaha keripik pisang di Bandar Lampung yang telah lebih dahulu merint                                                     Â
Dari pengalaman itu, Sinta melihat peluang bisnis keripik pisang di Lampung masih sangat terbuka. Sambil kuliah, ia mempelajari seluk-beluk usaha keripik pisang. Ia juga aktif mengikuti berbagai kompetisi wirausaha untuk meningkatkan kapasitas dirinya.
Tahun 2007, Sinta pernah meraih peringkat ketiga saat mengikuti kompetisi wirausaha yang diadakan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. Setahun kemudian, ia kembali mengikuti Kompetisi Wirausaha Muda yang digelar Bank Mandiri dan berhasil meraih peringkat ketiga tingkat nasional.
Dia mendapat hadiah uang tunai sebesar Rp 15 juta dan pelatihan pengembangan usaha kecil menjadi perusahaan selama enam bulan. Uang itu ia gunakan untuk mengembangkan usaha dan membuka toko.
Untuk mencukupi kekurangan dana, Sinta memberanikan diri untuk meminjam modal usaha Rp 100 juta kepada bank. Uang itu ia pakai untuk membangun toko dan modal usaha agar produksi keripiknya bisa lebih banyak.
Beruntung, Sinta mendapat dukungan penuh dari Pemkot Bandar Lampung. Ia rutin mendapat pelatihan tentang pengolahan produk, pengemasan, hingga pemasaran digital. Ia juga mendapat bantuan peralatan untuk usaha, antara lain peralatan untuk menggoreng keripik dan alat pengering keripik pisang.
Pemerintah juga mendampingi Sinta dalam mengurus berbagai dokumen perizinan usaha dan sertifikat usaha. Produknya juga sering dipromosikan dalam berbagai acara pameran di dalam kota dan di luar kota.
Usaha keripik pisang Sinta semakin besar. Namun, pada tahun 2010, Sinta punya pengalaman pahit ditipu oleh rekan usahanya hingga harus menanggung utang Rp 1 miliar. Ia sempat terpuruk karena usahanya kala itu hampir bangkrut.
Namun, Sinta tidak mau menyerah. Ia mencicil utang dengan menjual sebagian aset yang ada. Beberapa hadiah kompetisi wirausaha, seperti sepeda motor hingga mas kawin dari suaminya, terpaksa ia jual demi menyelamatkan bisnis keripik pisang itu.
"Saya mendapat pelajaran berharga dari peristiwa itu dan harus fokus mengurus usaha. Saya melakukan banyak inovasi produk dan kemasan untuk meningkatkan penjualan," katanya.
Selain menciptakan keripik pisang beraneka rasa, Sinta juga membuat produk keripik pisang dengan berbagai bentuk, misalnya diiris dengan pisau bergerigi sehingga bentuknya lebih menarik. Ia juga menciptakan produk keripik pisang lumer yang diminati pasar.
Saat ini, ia juga membuat berbagai produk oleh-oleh baru, seperti pie pisang, bolu, hingga pisang goreng beku. Keseriusan Sinta menjaga kualitas produk membuat usahanya meraih piagam One Village One Produk sejak tahun 2018.
Sejak tahun 2014, ia dipercaya sebagai orangtua asuh buruh migran melalui program Mandiri Sahabatku. Hingga saat ini, Sinta telah membimbing ribuan buruh migran yang ingin mengembangkan usaha setelah kembali ke Indonesia.
Ia mengajari buruh migran yang bekerja di sejumlah negara mengenai cara berwirausaha keripik pisang. Pelatihan diberikan secara daring. Selain itu, Sinta juga menerima buruh migran yang ingin magang atau belajar secara langsung di tokonya. Beberapa buruh migran asli Jawa Timur dan Jawa Tengah yang sudah pulang lalu membuka usaha keripik pisang.
Tidak ingin sukses sendiri, Sinta juga mengajak para pelaku UMKM di Bandar Lampung untuk ikut naik kelas. Ia mendampingi pelaku usaha untuk mengurus berbagai dokumen izin usaha dan sertifikat produk.
Sebagai pelaku UMKM yang sudah memiliki pengalaman, Sinta menjadi pembuka jalan pelaku usaha baru ketika mereka ingin berkomunikasi dengan dinas dan perbankan. Ia juga menunjukkan peluang pasar yang bisa diraih pelaku usaha baru.
Saat ini, Sinta menjabat sebagai Ketua Koperasi Produsen Keripik Pisang Bangek. Ia membantu pembantu pelaku UMKM yang ingin mendapat program peminjaman modal usaha dengan bunga nol persen yang digulirkan Pemkot Bandar Lampung.
Dengan program itu, pelaku usaha amat terbantu karena bisa mendapat pinjaman modal usaha dari perbankan tanpa bunga. Bunga pinjaman itu dibayarkan oleh pemerintah.
Ia sangat paham, selain tekad dan kemauan pribadi, untuk mengembangkan usaha butuh dukungan, baik dari pemerintah, perbankan, maupun orang sekitar. Itu sebabnya ia ingin terus membangun ekosistem untuk mendukung pengembangan UMKM di Kota Bandar Lampung.
SINTA;
Lahir: Bandar Lampung, 24 Oktober 1986
Pendidikan:
- SD Negeri 2 Segalamider (1993-1999)
- SMP Negeri 10 Bandar Lampung (1999-2002)
- SMA Negeri 7 Bandar Lampung (2002-2005)
- S-1 Ekonomi Pembangunan Unila (2005-2011)
Pengalaman organisasi:
- Asosiasi Pengusaha Indonesia (2021)
- BPD Hipmi Lampung (2021) - Ketua Produsen Keripik Pisang Bangek (2020-sekarang)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI