Mohon tunggu...
Shidqi Surya Haikal
Shidqi Surya Haikal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Padjajaran

Seorang Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Padjajaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Hikikomori: Ketika Isolasi Menjadi Pilihan dalam Masyarakat Modern

24 Juni 2024   00:20 Diperbarui: 24 Juni 2024   08:25 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selain itu, terdapat sebuah program bernama "Rental Sister" yang dibentuk dengan tujuan membantu para hikikomori keluar dari kamar mereka dan kembali bergabung dengan masyarakat.

Kasus kenta yang menjadi bukti nyata dari efektivitas layanan "Rental Sister".  Kenta, yang mengisolasi dirinya akibat bullying di sekolah karena suaranya yang tinggi seperti wanita, memutuskan untuk menggunakan jasa "Rental Sister" dengan membayar ratusan hingga ribuan yen. 

Selama masa isolasinya, Kenta kehilangan arah dan bahkan pernah melakukan kekerasan terhadap orang tuanya. Namun, berkat bantuan layanan ini, ia mulai mampu keluar dari kamarnya untuk makan dan jalan-jalan bersama.

Terdapat kasus lain yang melibatkan seorang ayah bernama Haruto, yang anaknya mengisolasi diri selama hampir 20 tahun. Awalnya, anaknya masih keluar untuk membeli buku atau komik, namun kemudian benar-benar mengisolasi diri dan bahkan pernah memukul ibunya hingga tulang rusuknya patah. Meskipun ibunya meninggal, anak tersebut tetap berdiam di dalam kamar. 

Haruto akhirnya mencoba menggunakan jasa "rental kakak perempuan", dengan seorang bernama Atsuko yang berpengalaman menangani hikikomori. Atsuko berusaha berkomunikasi dengan menulis surat yang dimasukkan ke kamar anak tersebut.  

Fenomena hikikomori tidak hanya terjadi di Jepang, tetapi juga di negara lain seperti Korea Selatan. Kasus Yoo Seung-gyu, seorang pria Korea Selatan berusia 30 tahun, yang pernah mengalami hikikomori selama lima tahun. 

Selama masa itu, ia bahkan menghindari pergi ke kamar mandi untuk menghindari pertemuan dengan keluarganya. Yoo pertama kali menarik diri dari masyarakat pada usia 19 tahun, kemudian kembali untuk menjalani wajib militer, lalu mengasingkan diri lagi selama dua tahun.

Penyebab utama isolasinya adalah perasaan gagal memenuhi harapan masyarakat dan keluarga, serta ketidakmampuan berkomunikasi dengan orang tuanya tentang masalahnya. Yoo merasa terpaksa masuk universitas karena keinginan ayahnya, namun berhenti setelah satu bulan karena merasa tidak memiliki kebebasan memilih. 

Pada 2019, Yoo akhirnya keluar dari isolasi setelah bertemu dengan sesama mantan hikikomori melalui sebuah komunitas. Hal pertama yang ia mulai adalah dengan membersihkan apartemennya yang berantakan bersama saudaranya, kemudian pergi memancing ke laut. Pengalaman ini membuatnya merasa ada dan nyata kembali. 

Saat ini, Yoo telah berhasil keluar dari isolasi dan menjalankan perusahaan bernama "Not Scary" yang memberi dukungan kepada para pemuda pengurung diri lainnya.

Selain itu, saya juga pernah mengalami fase tersebut, sehingga saya bisa memahami mengapa banyak orang yang melakukan isolasi. Selama melakukan hal tesebut saya mendapatkan rasa aman dan nyaman ketika kita bisa menghindari tekanan dan ekspektasi sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun