Mohon tunggu...
Della Fadillah
Della Fadillah Mohon Tunggu... Lainnya - Ilmu Komunikasi UMY'18

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kurangnya Penerapan Etika Periklanan di Indonesia

19 April 2020   19:57 Diperbarui: 19 April 2020   20:02 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata active silver formula yang dimasukan ke dalam grafis iklannya, diharapkan meningkatkan kepercayaan calon konsumen terhadap produk dipemasaran. Jika dikaitkan dengan kode etik periklanan, iklan ini melanggaran etika.  hal ini bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi konsumen terhadap produk yang akan dikonsumsi. Khususnya konsumen yang sudah mengetahui iklan lifebuoy yang mengandung silver, silver sendiri bisa ditemui diperalatan medis.

Dalam periklanan yang dilakukan dalam konteks pemasaran terpadu, pertimbangan etika harus dilakukan (Junaedi, 2019). Terdapat banyak pelanggaran etika yang terjadi pada iklan televis Para pengiklan seringkali melakukan kesalahan-kesalahan dalam membuat iklan produknya. 

Selain itu, etika dalam iklan dianggap sebagai hal yang tidak penting karena pengusaha hanya mementingkan keuntungan melalui keberhasilan iklan yang dipasangnya. Memang benar setiap perusahaan harus mempunyai strategi pemasaran atau marketing yang baik untuk mencapai target penjualan. Namun, para pengiklanpun seharusnya memperhatikan etika dan krikteria yang baik dalam beriklan.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Bab III Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha pasal 3 yang berbunyi "Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha". untuk itu perlindungan konsumen tentang  Iklan televisi yang seharusnya menawarkan produk, ide maupun jasa keapada khalayak dengan jujur, berdasarkan fakta, akurat, dan tidak menyesatkan. 

Namun, terkadang produsen sering menggunakan kata-kata superlatif dan tanpa memberikan bukti pernyataan yang tertulis sebagai bukti dan bisa dipertanggungjawabkan. Pelanggaran yang dilakukan produsen dapat menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap produk tersebut. Oleh karena itu, produsen diharapkan memberikan informasi kebenaran sebuah produk. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun