Mohon tunggu...
Shevin Meilani Oslan
Shevin Meilani Oslan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Menyukai hal-hal yang berkaitan dengan karya fiksi, musik, film

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengulik Makna Simbolik Lagu "Nanti Kita Seperti Ini" Karya Batas Senja Melalui Kacamata Semiotika Saussure

21 November 2023   14:14 Diperbarui: 21 November 2023   14:23 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Batas Senja merupakan grup band indie asal Bandar Lampung yang tengah viral di media sosial. Terbentuk pada bulan Agustus 2016 dengan beranggotakan Masitong (vokal/gitar), Bela (vokal), Anjas (bass), Petol (cuk), Erwin (gitar), dan Elzino (drum), semuanya dapat berpadu dengan baik, membawakan lagu-lagu yang enak didengar.

Sepanjang kariernya, Batas Senja telah menghasilkan banyak karya diantaranya "Alenia" sebagai karya debutnya, "Kertas dan Pena", "Kan Menua", dan masih banyak lagi. Namun di antara semua karyanya terdapat satu yang membuat kepopuleran Batas Senja melejit tinggi hingga dikenal banyak orang yaitu "Nanti Kita Seperti Ini" yang dirilis pada 27 September 2022. Kepopulerannya ditunjukkan dengan jumlah penonton pada video liriknya di platform Youtube yang menyentuh hingga 15 juta penonton dan pada bulan November 2023, menduduki tangga lagu ke 7 di platform Spotify dengan kategori Hot Hits Indonesia.

Masitong merupakan komposer dan penulis lagu "Nanti Kita Seperti Ini". Selain menulis ia juga merangkap sebagai vokal, music director, sekaligus bertanggung jawab dalam proses mixing dan mastering. Setelah kurang lebih 11 bulan berlalu, Batas Senja mengunggah video musiknya di platform Youtube, lebih tepatnya pada 5 Agustus 2023. Masitong sebagai penulis cerita, dengan formasi baru, vokal yang dibawakan oleh Masitong, Carrisa, dan Erika, musik video "Nanti Kita Seperti Ini" mendapatkan 15 Juta penonton. 


Pendekatan Semiotika Ferdinand de Saussure

Semiotika merupakan disiplin ilmu atau metode analisis yang digunakan dalam mengkaji makna dalam sebuah tanda. Dalam semiotika, tanda dipahami sebagai sesuatu yang mewakili yang lain. Saussure menjelaskan bahwa setiap tanda bahasa terdiri atas dua sisi, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Keduanya saling berhubungan karena penanda sebagai imaji bunyi (a sound image) dan petanda sebagai konsep atau makna imaji (tanda) tersebut. Baik penanda maupun petanda, keduanya memiliki relasi arbitrer. Arbitrer atau manasuka maksudnya, imaji bunyi dan konsep tanda bahasa berhubungan secara atau sewenang-wenang atau sesuka hati. Setiap individu dapat menginterpretasikan suatu makna sesukanya. Bisanya sifat manasuka terjadi karena setiap orang memiliki pengalaman hidup yang berbeda, baik dari sisi sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lainnya.

Lagu merupakan salah satu objek yang dapat dikaji dengan pendekatan semiotika. Dalam sebuah lagu, lirik bukan hanya penciptaan, bukan hanya sekedar susunan kata atau kalimat, namun terdapat makna yang terkandung di dalamnya. Lirik menjadi media penyampaian pesan seorang musisi atau penyair kepada pendengarnya. Melalui lirik-lirik lagu yang disusun sedemikian rupa, sang pencipta merepresentasikan pikiran dan perasaannya. Perpaduan antara alunan instrumen musik dan lirik lagu (penanda) dapat menciptakan suasana dan gambaran imajinasi (petanda) tertentu kepada pendengar, dapat pula menciptakan makna-makna yang beragam.

Mengulas Makna Simbolik Lirik Lagu dengan Pendekatan Semiotika Saussure

  • "Ini gambaran kita suatu hari nanti, Set'lah sekian lama kita jalani, Lewati masa-masa yang berarti"
    Bait pertama, pembuka lagu menunjukkan bagaimana seseorang membayangkan tentang masa depan, setelah keduanya melalui perjalanan hidup bersama, membentuk momen-momen tak terlupakan dan berarti dalam hubungan mereka.

  • "Kini, ku sudah yakin pada satu hati, Yang kurasa tepat untuk temani, Sekarang hingga aku tua nanti"
    Bait kedua menggambarkan seseorang yang yakin untuk berkomitmen dengan satu orang. Ia merasa yakin orang tersebut dapat mendampingi sepanjang hidupnya, hingga mereka tua.

  • "Sederhana, Bahagia ini lengkap sudah, Sama-sama, Hingga nanti ajal kita tiba" dan "Hingga nanti kita tutup mata"
    Bait ketiga menggambarkan bahwa kebahagiaan itu sederhana, tidak perlu sesuatu yang rumit dan besar untuk menggapainya. Asalkan bisa bersama-sama menghadapi suka dan suka hingga akhir hayat.

  • "Ingin punya rumah 'tuk tempat bermesra, Kau dipanggil ibu, sementara aku ayah",
    Bait keempat menggambarkan keinginan dan pengharapan seseorang untuk memiliki rumah sebagai tempat yang nyaman dan penuh cinta, tempat untuk saling bertukar cerita, membentuk hubungan yang lebih intim, serta niat untuk membentuk keluarga kecil bersama.

  • "Bertukar cerita di ruang k'luarga, Bercengkerama dan menimang buah hati kita" dan "Bertukar cerita hingga lelap mata, Lalu datang pagi, kau memasak, ku bekerja"
    Menggambarkan seorang yang membayangkan suasana hangat dan penuh cinta dalam keluarga. Berkumpul, saling bertukar cerita, berbagi pengalaman, menghabiskan waktu hingga terlelap. Menumbuhkan rasa kasih sayang dan kebersamaan dengan keluarga kecil.

  • "S'moga saja, Niat baik 'kan terwujud seg'ra, Asal kita, Percaya Dia Maha Segalanya"
    Menggambarkan pengharapan dan keyakinan bahwa segalanya akan baik-baik saja dan akan segera terwujud, asalkan kita percaya dan berserah kepada Tuhan.

  • "Jangan dulu lelah, yakin semua indah, Pejamkanlah mata, pada-Nya kita berserah"
    Bait terakhir menggambarkan sebuah motivasi atau dorongan untuk tetap kuat. meyakini diri bahwa masa depan akan indah dan percaya kepada Tuhan dalam menempuh perjalanan hidup.

Makna Simbolik Non-Verbal

Tidak hanya tanda verbal yang berupa kata-kata, tetapi sebuah tanda juga dapat berupa nonverbal. Tanda nonverbal dapat berupa bahasa tubuh, seperti sikap tubuh, mimik wajah, gerakan tangan, bahkan intonasi suara. Tanda nonverbal lagu "Nanti Kita Seperti Ini" karya Batas Senja, ditunjukkan melalui duet antara penyanyi laki-laki (Masitong) dan perempuan (Carissa dan Erika). Hal tersebut memunculkan makna simbolik nonverbal, yang dapat dimaknai bahwa kedua pihak memiliki pengharapan dan mimpi yang sama terhadap hubungan mereka di masa depan.

Kesimpulan 

Melalui analisis menggunakan pendekatan teori semiotika Ferdinand de Saussure, mengenai penanda (signifier) dan petanda (signified), dapat dipahami bagaimana sebuah lagu mengandung makna simbolik baik secara verbal maupun nonverbal. Tanda verbal dapat ditunjukkan melalui liriknya, sedangkan tanda nonverbal ditunjukkan melalui cara lagu tersebut dibawakan oleh sang penyanyi.

Makna verbal lagu "Nanti Kita Seperti Ini" yaitu perpaduan antara pengharapan, kesederhanaan cinta, dan kepercayaan pada Tuhan, sedangkan makna nonverbal dapat dilihat dari pembawaan lagu yang dibawakan oleh lawan jenis, secara bersamaan, hal tersebut dapat dimaknai bahwa setiap makna verbal itu merupakan keinginan dan pengharapan kedua belah pihak.

Tanda-tanda yang terdapat dalam lagu "Nanti Kita Seperti Ini" memberikan kesempatan bagi setiap pendengar untuk menginterpretasikan secara bebas, sehingga setiap pemaknaan dapat berbeda dari setiap individu, sesuai dengan latar belakang dan pandangan hidup masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun