“You are the karambol of my eye” atau “You’re my kang mbecak, you’re reality”
Oke yang barusan maksa.
Tengah malam itu, saya terkagum dengan Devina yang fasih menggambar alisnya menjadi dua bukit. Plus matahari di antara keduanya. Begitu pula ketika Devina yang anggun mengkover lagu secara bilingual, Enggres lan Jawa.
“I’m only human. And I bleed when I fall down”
“Aku mek menungsa. Aku berdarah nek tiba”
Menakjubkan. Christina Perri dan Nurhana perlu diduetkan lewat kreativitas Devina. Dengan Manthous sebagai produsernya, pasti akan jadi lagu yang disukai di Suriname.
Hal lain yang perlu dikagumi dari Devina adalah kefasihannya dalam misuh. Kata asyu begitu pas makhrajil huruf dan tajwidnya. Panjangnya dua harakat, tak lebih dan tak kurang. Sungguh pas, enak di telinga.
Medoknya pun gurih, mengutip Indro Warkop. Sekali lagi soal pakem. Lazimnya gadis ayu bakal melorot tingkat keayuannya seketika dia ngomong medok. Tapi apa daya itu semua ditepis Devina. Medoknya Devina aduhai dan semlohai. Sangat renyah dan elegan. Bahkan ia pun bangga dan mengaku gilo kalau ngomong lo-gue. Wahai saudara sejawat, sesuku, selidah medok, Lestarikan kebanggaan terhadap medok.
Saya sudah saja celotehan ndak jelas ini. Pengen sih makin ngalor-ngidul lagi, tapi sayang eek-ku sudah di ujung.
Susah memang kalau sudah di ujung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H