Akhirnya, fokus dalam memperbaiki kelemahan akan membatasi proses dan kemampuan perkembangan diri kita sendiri.
Padahal, kita cenderung mendapatkan hasil lebih baik saat menggunakan kekuatan. Kita juga merasa senang hati dalam melakukannya tanpa keterpaksaan.
Bukti menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan secara keseluruhan, berfokus pada kekuatan merupakan strategi yang lebih baik daripada memperbaiki kelemahan.
Dalam psikologi, pendekatan ini memiliki cabangnya tersendiri yang disebut sebagai psikologi positif. Â
Dalam psikologi positif, ada yang disebut sebagai "signature strengths" yang merupakan sifat positif terkuat seorang individu, yang membentuk inti identitas seseorang.
Konsep ini menekankan agar kita lebih fokus untuk menggunakan kekuatan, alih-alih bertitik berat pada memperbaiki kelemahan.
Seperti orang yang hendak menebang pohon dengan kapak. Agar pohon cepat tumbang, kita harus mengasah bagian kapak yang tajam, bukan justru mengasah pangkal kapak yang tumpul.
Pangkal kapak yang tumpul bisa saja diasah menjadi tajam, tapi akan membutuhkan waktu dan energi berlipat dibanding mempertajam sisi yang memang sudah tajam.
Atau dalam perumpamaan lain, fokus pada menambal perahu yang bocor tidak akan membawa kita kemana-mana.
Kebocoran jelas harus ditambal, namun setelah itu perhatian mesti diarahkan pada upaya mengendalikan layar untuk membawa kita pada tujuan.
Lebih jauh, berfokus pada kekuatan akan menghasilkan keunggulan. Kita juga akan senang hati mengerjakan apa yang menjadi kekuatan kita, alih-alih ogah-ogahan dan sekedar menggugurkan kewajiban.