"Pangkal kapak yang tumpul bisa saja diasah menjadi tajam, tapi akan membutuhkan waktu dan energi berlipat dibanding mempertajam sisi yang memang sudah tajam."
Manusia diketahui condong pada apa yang disebut sebagai bias negatif (negativity bias).
Bias negatif membuat kita cenderung lebih memperhatikan hal negatif.
Kita lebih fokus pada kerugian daripada keuntungan, lebih merasa sakit ketika sedih dibanding merasa sukacita karena bahagia, lebih ingin memperbaiki dibanding memanfaatkan yang tidak rusak.
Pada taraf yang sehat, bias negatif tidaklah buruk. Di masa nenek moyang kita dulu, sensitif pada hal negatif akan memunculkan kehati-hatian yang pada akhirnya menghindarkan spesies manusia dari kepunahan.
Namun, terlalu berfokus pada upaya untuk memperbaiki yang rusak tidak akan mampu mengantarkan pada kesejahteraan yang optimal.
Apalagi dalam kehidupan dinamis jaman modern ini, pasti akan ada sesuatu yang tidak beres, akan selalu ada yang perlu diperbaiki, akan selalu muncul sesuatu yang tidak kita sukai. Â
Lebih jauh, manusia pasti juga memiliki kelemahan yang beberapa diantaranya mungkin terlalu sulit untuk diperbaiki.
Padahal, kualitas hidup amat bergantung pada ke mana kita mengarahkan perhatian.
Jika hanya berfokus pada masalah, maka upaya memperbaiki masalah akan mengisi semua ruang yang kita miliki, yang akan menyedot semua fokus dan energi kita. Â