Mohon tunggu...
Sherly  Ros
Sherly Ros Mohon Tunggu... Insinyur - live is free

Mungkin dia adalah salah satu yang ga bisa kita gapai! Maafkann kalau ada kata yang typo atau penggunaan tanda baca yang salah, pemula. Tidak suka membaca tapi suka bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Keajaiban Adalah Nama Lain dari Kerja Keras

5 Februari 2021   18:36 Diperbarui: 5 Februari 2021   18:44 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku berdiri sendirian dijalanan kosong sendirian. Matahari bersinar terang dan jam tidak pernah salah menunjukkan pukul 12.00, lalu aku bertanya-tanya pada diriku "Apakah ini siang hari atau tengah malam?"

"Hidup adalah lelucon yang baru saja dimulai."-W.S. Gilbert

Dalam hidup, orang-orang mengalami kecelakaan. Mereka juga tersesat. Ini pasti sulit, tapi ingat pasti ada jalan keluar jika kita berusaha. Ketika kamu mengalami kesulitan daripada mengatakan 'Kill Me' bilang saja 'Heal Me'. Manusia itu lemah dan rapuh. Makhluk bodoh yang hanya menyesal setelah kehilangan sesuatu yang berharga.

"Kenyataannya, anda tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Hidup adalah pengendaraan yang gila dan tidak ada yang menjaminnya." -Eminem.

Hari berganti hari selalu datang dan menjumpai diriku. Mengapa esok harus ada? Mengapa harus ada? Mengapa aku dilahirkan di dunia. Tiap hari aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri  "Mengapa aku lahir didunia yang sama sekali tidak ada yang memihakku, bahkan keluarga pun tidak apalagi teman-teman" Seingatku saat aku masih kecil pun tak ada yang peduli. Dunia sama sekali tidak adil. Sampai sekarang aku masih ingat bahwa aku pernah dibawa kerumah sakit karena aku memakan makanan yang sudah kadaluarsa disitu aku sampai harus dirawat, tetapi mereka tidak pernah ada. Rasanya seperti hampa sekali ketika kita hidup tanpa ada yang peduli kepada kita.

"Kesalahan orang lain terletak pada mata kita, tetapi kesalahan kita sendiri terletak di punggung kita." -Ruchert

"Bunuh diri", ya! itu pernah terlintas di pikiranku tapi apa dayaku, aku tidak bisa melakukannya. Bisa dibilang aku tidak bersyukur dan itu benar dan apa yang harus aku syukuri? Aku pun tak yakin bahwa diriku masih bertahan didunia ini sampai sekarang. Setiap aku melakukan sesuatu pasti selalu saja salah dimata mereka. Mereka tak menyukaiku. Mereka tak pernah peduli padaku kemana aku pergi, apa yang aku sukai, apa yang aku impikan, mereka tak peduli. Sakit hati ini. Dan mereka itu orangtuaku sendiri. Kata orang keluarga itu harta yang paling beharga, tetapi diriku saja tidak dianggap berharga bagi keluargaku. Rumah? Rumah yang harusnya sebagai istana yang mewah tapi bagiku rumah adalah sebuah tumpukan sampah. Dan sampah itu keluarganya sendiri.

Namaku Sherly Luckyas mendengar nama ku pasti kalian tidak asing lagi dengan artinya. Ya, keberuntungan tetapi aku tidak seberuntung namaku. Aku selalu merasa akulah orang yang paling tidak beruntung. Walaupun aku tahu masih ada orang yang tidak seberuntung diriku. Orang lain yang tidak mengenal keluarga ku pasti menggap keluargaku adalah keluarga yang harmonis karena kami kaya. Tapi tidak untuk yang mengenal keluargaku. Mereka tau apa yang sebenarnya dialami keluargaku. Menurutku mereka lebih tau keluargaku dari pada aku. Kebutuhan ku memang selalu terpenuhi tapi apa daya kalau aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari mereka. Seperti berusaha tetapi sebenarnya seemuanya itu sia-sia.

Setiap kali sebelum berangkat ke sekolah mereka selalu ribut dirumah bahkan hal sepele pun mereka ributkan. Rasanya aku ingin mengungkapkanya seperti angin topan yang mengamuk. Mendengarnya saja membuatku sangat kesal, karena bagiku pagi hariku dipenuhi teriakan-teriakan mereka yang seharusnya tidak untuk aku dengar. Itulah sebabnya aku takut akan hari esok. Aku selalu membawa emosiku ke sekolah. Aku saja tidak bisa menahan dan menenangkan emosi. Aku selalu marah kepada apapun dan aku tidak bisa mengontrolnya. Teman- temanku pun tidak berani untuk menenangkan atau menghibur diriku. Teman-temanku tahu mengapa aku selalu marah tiap pagi hari saat datang kesekolah. Dan tidak ada yang berani untu mendekati aku karena mereka tau aku akan marah. Aku tidak mau ada orang lain yang merasa kasihan padaku. Aku tahu mereka peduli padaku tapi aku tidak tau cara mengucapkannya kepada mereka. Aku selalu terbawa suasana. Mungkin karena aku sudah terbiasa sendiri dan tidak ada yang peduli.

Teman? Ya aku punya banyak teman, tetapi sayangnya aku tidak punya sahabat. Terkadang aku  selalu iri, bukan untuk orang yang bekeluaga harmonis, tetapi aku iri dengan orang yang mempunyai sahabat yang selalu ada, yang selalu menghabiskan waktu bersama, tertawa bersama, berbagi cerita bersama. Tetapi aku sangat tertutup apalagi untuk menceritakan tentang keluargaku. Bisa dibilang aku sangat membutuhkan seseorang yang dapat menenangkanku karena aku tau aku sendiri tidak bisa.

Hari tetap berjalan. Sampai aku duduk di bangku SMA hari-hariku selalu sama. Ingin sekali aku menutup mataku untuk selamanya. Tetapi aku selalu tak sanggup melakukannya. Aku selalu menganggap diriku sebagai pengecut dan tidak berguna. Aku sangat takut untuk menghadapi hari esok dan aku takut harus berakhir seperti ini untuk selamanya. Mereka benar benar tidak peduli. Bahkan urusan sekolahku pun mereka menyuruh orang lain untuk mengurusnya. Aku merasa mereka benar-benar tidak menganggap aku ada. Kalau mereka tidak mau menganggap aku, mengapa mereka melahirkan aku.

"Aku tidak mau seperti ini aku mau memulai dengan yang baru. Aku tidak mau seperti kemarin aku mau memulai dari hari ini", kata-kata yang selalu diucapkan ku ketika aku mau hidupku berubah. Kata orang lakukanlan apa yang kita sukai untuk menemukan jadi diri kita dan itu akan membatu diri kita. Aku pun mencoba memulai untuk melakukannya.

"Hidup itu bukan soal menemukan diri Anda sendiri, hidup itu membuat diri Anda sendiri." - George Bernard Shaw.

Saat di SMA aku mencoba untuk ikut kegiatan ekstrakulikuler dan itu musik. Awalnya aku tidak mau tapi aku tetap harus mencoba. Aku masuk ekstrakulikuler musik karena aku bisa bermain gitar dan piano dan hanya itulah yang aku bisa. Aku pun tidak tau apakan ini akan berhasil atau tidak. Hasilnya setelah beberapa bulan aku mengikuti kegiatan ekstrakulikuler musik ini, aku sangat menyukainya. Aku sampai-sampai lupa apa yang terjadi pada diriku sebelumnya. Mungkin ini karena waktu, aku lupa waktu karena aku melakukan hal yang aku sukai. Dan aku tidak sendirian, Aku ditemani temanku yang baru aku kenal sejak SMA yaitu Tian. Aku dan Tian sering mengabiskan waktu bersama dengan yang lainnya. Tetapi tetap saja ketika aku pulang ke rumah hal itu tetap sama saja, aku masih mendengarkan mereka bertengkar. Dan sekarang dengan menenangkan diriku, akumengalihkannya dengan bermain gitar atau mendengarkan musik. Sekarang aku sudah menemukan cara menenangkan diriku. Aku merasa senang tepapi disisi lain aku merasa tidak senang.

Dan setelah beberapa lama aku berteman dengan Tian,aku jadi suka camping denganya dan aku sedikit menjadi terbuka, aku berbagi cerita tentang musik, lagu kesukaanku, dan sedikit tentang keluargaku. Tidak seperti respon teman lainnya saat aku bercerita tentang keluargaku yang selalu menunjukkan wajah sedih, respon Tian sangat berbeda dia sangat pintar mengahlikan pembicaraan mungkin karena Tian tau apa yang selanjutnya akan terjadi.

Tanpa sadar ternyata aku baru mengetahui bahwa musik benar-benar fashionku. Mungkin aku  tidak pintar dalam pelajaran atau lainnya, tetapi tentang musik aku tau sengalanya. Setiap orang pasti memiliki kemampuannya masing-masing. Sampai akhirnya aku mendalami dunia musik ini dan aku tidak sendirian aku dibantu oleh Tian. Kami jadi sering mengedit lagu, mengaransemen lagu dan sekarang akmi sudah bisa membuat lagu. Mungkin sudah ribuan lagu yang kami ciptakan dan semuanya tersimpan dilaptopku. Beberapa lagu yang kami buat pun, sering kami bawakann bersama tim musik laiinya untuk acara-cara festival atau lainnya. Sudah banyak sekali acara-acara yang kami datangin. Dan hasil yang kami dapatkan itu bukan untuk kami tetapi kami kumpulkan dan kami berikan kepada panti asuhan dan panti jompo.Rasanya senang sekali melihat apa yang telah dikerjakan selama ini diberikan kepada orang yang lebih penting mendapatkannya dan melihat mereka merasa senang dan tersenyum membuat kami untuk selalu bekerja keras.

Saat di panti asuhan kami bermain bersama anak-anak disana tetapi aku melihat ada satu anak perempuan yang tidak ikut bermain, anak itu sedang membaca buku ditempat yang tenang. Aku pun mendekatinya dan ternyata buku yang dia baca adalah Alkitab. Wow! Aku sempat berpikir sebentar sebelum menyapanya, ketika anak lain sedang asik bermain tetapi dia sedang membaca Alkitab. Aku pun lansung menyapanya dan bertanya "De kenapa tidak ikut main dengan yang lainnya?". Dan jawaban anak itu membuat aku terdiam " Membaca Alkitab lebih menyenangkan ka dari pada bermain". Disitu aku tidak bisa berkat-kata lagi dan aku bertanya "Apa kamu tidak bosan hanya dengan membaca Alkitab saja disini?", bahkan aku saja jarang sekali menyentuh apa lagi membacanya. Jawabnya "Kenapa harus bosan ka bagiku ini sangat menyenangkan, aku bisa mengetahui banyak hal dari Alkitab" dari situ pun aku lansung merasa tersindir, aku yang selalu merasa tidak bersyukur apa yang telah aku dapatkan terlebih bakatku dalam bermain musik. Aku tahu sekarang semua bakat yang aku punya di musik ini adalah pemberian Tuhan.

Dari situ aku berpikir lagi sudah lama sekali aku tidak pergi ke gereja aku merasa diriku sangat jauh dengan Tuhan. Aku pun mulai mendekatkan diri kepada Tuhan, mulai pergi ke gereja dan selalu mengucapkan syukur. Seketika saat aku sedang digereja aku merenungkan diri atas perbuatan dan keluargaku selama ini. Dan tiba-tiba seorang pendeta menghampiriku dan dia bertanya kepadaku "Apa yang sedang anda alami?" Aku kaget ketika pendeta bertanya seperti itu. Aku pun tanpa sadar menjelaskan tentang situasi dan keluargaku saat ini. Kata-kata yang ia berikan sangat masuk kehatiku dan membuat hati ini tergerak.

Pulang dari gereja aku yang awalnya jarang sekali berbicara dengan orangtuaku, memberanikan diri untuk mengungkapkan apa isi hatiku kepada mereka. Aku tidak tau keberanian ini muncul dari mana. Dan seketika itu orangtuaku yang mendengar aku berbicara dengan tegas mereka menangis, mamah dan papah minta maaf kepadaku. Aku pun langsung menangis dan aku tidak percaya dengan kata-kataku ini dapat mengubah semuanya. Senang? Ya, aku senang sekali. Dan aku sangat menyesal pernah berpikiran untuk bunuh diri.

"Kamu tidak bisa kembali dan mengubah awal saat kamu memulainya, tapi kamu bisa memulainya lagi dari di mana kamu berada sekarang dan ubah akhirnya." - C.S Lewis

Besoknya kami memulai dari awal, tidak ada kata terlambat untuk memulai ini, aku membuka diri kepada orantuaku dan begitu pun mereka walaupun kami masih belum terbiasa dan masih merasa canggung. Aku mengajak mereka untuk pergi ke gereja. Untuk pertama kalinya kami  pergi ke gereja bersama-sama. Senang sekali  hati ini. Dan aku mengajak mereka bertemu dengan pendeta yang pernah menghampiri diriku. Dan disitu kami lansung berdoa bersama untuk mengucap syukur.

Saat itu pun aku tidak pernah takut lagi untuk menghadapi hari esok karena aku mengandalkan Tuhan disetiap rencanaku. Dan aku salah menggap diriku tidak beruntung. Setelah ini aku merasa didunia ini aku lah yang paling beruntung. Aku juga menyampaikan tujuanku saat aku lulus sekolah kepada orangtuaku. Aku mau melanjutkan pendidikan ku ke dunia musik dan mereka menyetujuinya dan disitu aku merasa sangat bersyukur.

Setelah lulus SMA aku dan Tian berpisah. Tian melanjutkannya ke luar negeri karena orangtuanya, dan aku baru sadar Tian tidak pernah cerita tentang keluarganya padaku. Aku melanjutkan kuliah di Institut Kesenian Jakarta. Entah mengapa aku merasa sedih saat Tian pergi rasanya seperti aku harus kehilangan. Dan tanpa sadar aku menyukai Tian. Menyesal sekali hati ini saat tidak bisa mengatakannya kepada Tian. Dalam hidup, mungkin kita pernah merasa kehilangan. Tapi kelak kita akan mendapatkan lebih.

Setelah lulus kuliah aku menjadi berpengetahuan lebih tentang musik. Karya-karya ku juga sudah banyak. Karya ku pun sudah ada beberapa yang dibawakan oleh penyanyi Indonesia. Aku berterimakasih kepada Tian yang sudah membantuku mungkin tanpanya aku juga tidak dapat menemukan diriku. Dan aku masih tidak tahu bagaimana kabar Tian sekarang karena kami lost contact.

Dari hasil kerja kerasku aku tak lupa untuk selalu berbagi kepada yang lain. Saat aku mendatangi tempat panti asuhan yang sama, tetapi saat aku kesana aku tidak menemukan anak perempuan itu. Aku baru sadar bahwa yang membuat hidupku untuk berubah berawal dari anak itu. Aku pun bertanya kepada penjaga panti asuhan dan katanya "Sherly sudah diapdosi oleh keluarga yang baru." dan disitu aku baru tau bahwa nama anak itu sama dengan namaku dan aku tak sempat bertanya kepadanya. Ingin rasanya aku bertemu dengannya dan berterimakasih.

Hiduplah berdasarkan kenyataan, jangan berdasarkan rumor. Hiduplah dengan cara bagaimana kamu ingin hidup.

 

Keajaiban Adalah Nama Lain dari Kerja Keras

Aku berdiri sendirian dijalanan kosong sendirian. Matahari bersinar terang dan jam tidak pernah salah menunjukkan pukul 12.00, lalu aku bertanya-tanya pada diriku "Apakah ini siang hari atau tengah malam?".

"Hidup adalah lelucon yang baru saja dimulai."-W.S. Gilbert

Dalam hidup, orang-orang mengalami kecelakaan. Mereka juga tersesat. Ini pasti sulit, tapi ingat pasti ada jalan keluar jika kita berusaha. Ketika kamu mengalami kesulitan daripada mengatakan 'Kill Me' bilang saja 'Heal Me'. Manusia itu lemah dan rapuh. Makhluk bodoh yang hanya menyesal setelah kehilangan sesuatu yang berharga.

"Kenyataannya, anda tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Hidup adalah pengendaraan yang gila dan tidak ada yang menjaminnya." -Eminem.

Hari berganti hari selalu datang dan menjumpai diriku. Mengapa esok harus ada? Mengapa harus ada? Mengapa aku dilahirkan di dunia. Tiap hari aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri  "Mengapa aku lahir didunia yang sama sekali tidak ada yang memihakku, bahkan keluarga pun tidak apalagi teman-teman" Seingatku saat aku masih kecil pun tak ada yang peduli. Dunia sama sekali tidak adil. Sampai sekarang aku masih ingat bahwa aku pernah dibawa kerumah sakit karena aku memakan makanan yang sudah kadaluarsa disitu aku sampai harus dirawat, tetapi mereka tidak pernah ada. Rasanya seperti hampa sekali ketika kita hidup tanpa ada yang peduli kepada kita.

"Kesalahan orang lain terletak pada mata kita, tetapi kesalahan kita sendiri terletak di punggung kita." -Ruchert

"Bunuh diri", ya! itu pernah terlintas di pikiranku tapi apa dayaku, aku tidak bisa melakukannya. Bisa dibilang aku tidak bersyukur dan itu benar dan apa yang harus aku syukuri? Aku pun tak yakin bahwa diriku masih bertahan didunia ini sampai sekarang. Setiap aku melakukan sesuatu pasti selalu saja salah dimata mereka. Mereka tak menyukaiku. Mereka tak pernah peduli padaku kemana aku pergi, apa yang aku sukai, apa yang aku impikan, mereka tak peduli. Sakit hati ini. Dan mereka itu orangtuaku sendiri. Kata orang keluarga itu harta yang paling beharga, tetapi diriku saja tidak dianggap berharga bagi keluargaku. Rumah? Rumah yang harusnya sebagai istana yang mewah tapi bagiku rumah adalah sebuah tumpukan sampah. Dan sampah itu keluarganya sendiri.

Namaku Sherly Luckyas mendengar nama ku pasti kalian tidak asing lagi dengan artinya. Ya, keberuntungan tetapi aku tidak seberuntung namaku. Aku selalu merasa akulah orang yang paling tidak beruntung. Walaupun aku tahu masih ada orang yang tidak seberuntung diriku. Orang lain yang tidak mengenal keluarga ku pasti menggap keluargaku adalah keluarga yang harmonis karena kami kaya. Tapi tidak untuk yang mengenal keluargaku. Mereka tau apa yang sebenarnya dialami keluargaku. Menurutku mereka lebih tau keluargaku dari pada aku. Kebutuhan ku memang selalu terpenuhi tapi apa daya kalau aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari mereka. Seperti berusaha tetapi sebenarnya seemuanya itu sia-sia.

Setiap kali sebelum berangkat ke sekolah mereka selalu ribut dirumah bahkan hal sepele pun mereka ributkan. Rasanya aku ingin mengungkapkanya seperti angin topan yang mengamuk. Mendengarnya saja membuatku sangat kesal, karena bagiku pagi hariku dipenuhi teriakan-teriakan mereka yang seharusnya tidak untuk aku dengar. Itulah sebabnya aku takut akan hari esok. Aku selalu membawa emosiku ke sekolah. Aku saja tidak bisa menahan dan menenangkan emosi. Aku selalu marah kepada apapun dan aku tidak bisa mengontrolnya. Teman- temanku pun tidak berani untuk menenangkan atau menghibur diriku. Teman-temanku tahu mengapa aku selalu marah tiap pagi hari saat datang kesekolah. Dan tidak ada yang berani untu mendekati aku karena mereka tau aku akan marah. Aku tidak mau ada orang lain yang merasa kasihan padaku. Aku tahu mereka peduli padaku tapi aku tidak tau cara mengucapkannya kepada mereka. Aku selalu terbawa suasana. Mungkin karena aku sudah terbiasa sendiri dan tidak ada yang peduli.

Teman? Ya aku punya banyak teman, tetapi sayangnya aku tidak punya sahabat. Terkadang aku  selalu iri, bukan untuk orang yang bekeluaga harmonis, tetapi aku iri dengan orang yang mempunyai sahabat yang selalu ada, yang selalu menghabiskan waktu bersama, tertawa bersama, berbagi cerita bersama. Tetapi aku sangat tertutup apalagi untuk menceritakan tentang keluargaku. Bisa dibilang aku sangat membutuhkan seseorang yang dapat menenangkanku karena aku tau aku sendiri tidak bisa.

Hari tetap berjalan. Sampai aku duduk di bangku SMA hari-hariku selalu sama. Ingin sekali aku menutup mataku untuk selamanya. Tetapi aku selalu tak sanggup melakukannya. Aku selalu menganggap diriku sebagai pengecut dan tidak berguna. Aku sangat takut untuk menghadapi hari esok dan aku takut harus berakhir seperti ini untuk selamanya. Mereka benar benar tidak peduli. Bahkan urusan sekolahku pun mereka menyuruh orang lain untuk mengurusnya. Aku merasa mereka benar-benar tidak menganggap aku ada. Kalau mereka tidak mau menganggap aku, mengapa mereka melahirkan aku.

"Aku tidak mau seperti ini aku mau memulai dengan yang baru. Aku tidak mau seperti kemarin aku mau memulai dari hari ini", kata-kata yang selalu diucapkan ku ketika aku mau hidupku berubah. Kata orang lakukanlan apa yang kita sukai untuk menemukan jadi diri kita dan itu akan membatu diri kita. Aku pun mencoba memulai untuk melakukannya.

"Hidup itu bukan soal menemukan diri Anda sendiri, hidup itu membuat diri Anda sendiri." - George Bernard Shaw.

Saat di SMA aku mencoba untuk ikut kegiatan ekstrakulikuler dan itu musik. Awalnya aku tidak mau tapi aku tetap harus mencoba. Aku masuk ekstrakulikuler musik karena aku bisa bermain gitar dan piano dan hanya itulah yang aku bisa. Aku pun tidak tau apakan ini akan berhasil atau tidak. Hasilnya setelah beberapa bulan aku mengikuti kegiatan ekstrakulikuler musik ini, aku sangat menyukainya. Aku sampai-sampai lupa apa yang terjadi pada diriku sebelumnya. Mungkin ini karena waktu, aku lupa waktu karena aku melakukan hal yang aku sukai. Dan aku tidak sendirian, Aku ditemani temanku yang baru aku kenal sejak SMA yaitu Tian. Aku dan Tian sering mengabiskan waktu bersama dengan yang lainnya. Tetapi tetap saja ketika aku pulang ke rumah hal itu tetap sama saja, aku masih mendengarkan mereka bertengkar. Dan sekarang dengan menenangkan diriku, akumengalihkannya dengan bermain gitar atau mendengarkan musik. Sekarang aku sudah menemukan cara menenangkan diriku. Aku merasa senang tepapi disisi lain aku merasa tidak senang.

Dan setelah beberapa lama aku berteman dengan Tian,aku jadi suka camping denganya dan aku sedikit menjadi terbuka, aku berbagi cerita tentang musik, lagu kesukaanku, dan sedikit tentang keluargaku. Tidak seperti respon teman lainnya saat aku bercerita tentang keluargaku yang selalu menunjukkan wajah sedih, respon Tian sangat berbeda dia sangat pintar mengahlikan pembicaraan mungkin karena Tian tau apa yang selanjutnya akan terjadi.

Tanpa sadar ternyata aku baru mengetahui bahwa musik benar-benar fashionku. Mungkin aku  tidak pintar dalam pelajaran atau lainnya, tetapi tentang musik aku tau sengalanya. Setiap orang pasti memiliki kemampuannya masing-masing. Sampai akhirnya aku mendalami dunia musik ini dan aku tidak sendirian aku dibantu oleh Tian. Kami jadi sering mengedit lagu, mengaransemen lagu dan sekarang akmi sudah bisa membuat lagu. Mungkin sudah ribuan lagu yang kami ciptakan dan semuanya tersimpan dilaptopku. Beberapa lagu yang kami buat pun, sering kami bawakann bersama tim musik laiinya untuk acara-cara festival atau lainnya. Sudah banyak sekali acara-acara yang kami datangin. Dan hasil yang kami dapatkan itu bukan untuk kami tetapi kami kumpulkan dan kami berikan kepada panti asuhan dan panti jompo.Rasanya senang sekali melihat apa yang telah dikerjakan selama ini diberikan kepada orang yang lebih penting mendapatkannya dan melihat mereka merasa senang dan tersenyum membuat kami untuk selalu bekerja keras.

Saat di panti asuhan kami bermain bersama anak-anak disana tetapi aku melihat ada satu anak perempuan yang tidak ikut bermain, anak itu sedang membaca buku ditempat yang tenang. Aku pun mendekatinya dan ternyata buku yang dia baca adalah Alkitab. Wow! Aku sempat berpikir sebentar sebelum menyapanya, ketika anak lain sedang asik bermain tetapi dia sedang membaca Alkitab. Aku pun lansung menyapanya dan bertanya "De kenapa tidak ikut main dengan yang lainnya?". Dan jawaban anak itu membuat aku terdiam " Membaca Alkitab lebih menyenangkan ka dari pada bermain". Disitu aku tidak bisa berkat-kata lagi dan aku bertanya "Apa kamu tidak bosan hanya dengan membaca Alkitab saja disini?", bahkan aku saja jarang sekali menyentuh apa lagi membacanya. Jawabnya "Kenapa harus bosan ka bagiku ini sangat menyenangkan, aku bisa mengetahui banyak hal dari Alkitab" dari situ pun aku lansung merasa tersindir, aku yang selalu merasa tidak bersyukur apa yang telah aku dapatkan terlebih bakatku dalam bermain musik. Aku tahu sekarang semua bakat yang aku punya di musik ini adalah pemberian Tuhan.

Dari situ aku berpikir lagi sudah lama sekali aku tidak pergi ke gereja aku merasa diriku sangat jauh dengan Tuhan. Aku pun mulai mendekatkan diri kepada Tuhan, mulai pergi ke gereja dan selalu mengucapkan syukur. Seketika saat aku sedang digereja aku merenungkan diri atas perbuatan dan keluargaku selama ini. Dan tiba-tiba seorang pendeta menghampiriku dan dia bertanya kepadaku "Apa yang sedang anda alami?" Aku kaget ketika pendeta bertanya seperti itu. Aku pun tanpa sadar menjelaskan tentang situasi dan keluargaku saat ini. Kata-kata yang ia berikan sangat masuk kehatiku dan membuat hati ini tergerak.

Pulang dari gereja aku yang awalnya jarang sekali berbicara dengan orangtuaku, memberanikan diri untuk mengungkapkan apa isi hatiku kepada mereka. Aku tidak tau keberanian ini muncul dari mana. Dan seketika itu orangtuaku yang mendengar aku berbicara dengan tegas mereka menangis, mamah dan papah minta maaf kepadaku. Aku pun langsung menangis dan aku tidak percaya dengan kata-kataku ini dapat mengubah semuanya. Senang? Ya, aku senang sekali. Dan aku sangat menyesal pernah berpikiran untuk bunuh diri.

"Kamu tidak bisa kembali dan mengubah awal saat kamu memulainya, tapi kamu bisa memulainya lagi dari di mana kamu berada sekarang dan ubah akhirnya." - C.S Lewis

Besoknya kami memulai dari awal, tidak ada kata terlambat untuk memulai ini, aku membuka diri kepada orantuaku dan begitu pun mereka walaupun kami masih belum terbiasa dan masih merasa canggung. Aku mengajak mereka untuk pergi ke gereja. Untuk pertama kalinya kami  pergi ke gereja bersama-sama. Senang sekali  hati ini. Dan aku mengajak mereka bertemu dengan pendeta yang pernah menghampiri diriku. Dan disitu kami lansung berdoa bersama untuk mengucap syukur.

Saat itu pun aku tidak pernah takut lagi untuk menghadapi hari esok karena aku mengandalkan Tuhan disetiap rencanaku. Dan aku salah menggap diriku tidak beruntung. Setelah ini aku merasa didunia ini aku lah yang paling beruntung. Aku juga menyampaikan tujuanku saat aku lulus sekolah kepada orangtuaku. Aku mau melanjutkan pendidikan ku ke dunia musik dan mereka menyetujuinya dan disitu aku merasa sangat bersyukur.

Setelah lulus SMA aku dan Tian berpisah. Tian melanjutkannya ke luar negeri karena orangtuanya, dan aku baru sadar Tian tidak pernah cerita tentang keluarganya padaku. Aku melanjutkan kuliah di Institut Kesenian Jakarta. Entah mengapa aku merasa sedih saat Tian pergi rasanya seperti aku harus kehilangan. Dan tanpa sadar aku menyukai Tian. Menyesal sekali hati ini saat tidak bisa mengatakannya kepada Tian. Dalam hidup, mungkin kita pernah merasa kehilangan. Tapi kelak kita akan mendapatkan lebih.

Setelah lulus kuliah aku menjadi berpengetahuan lebih tentang musik. Karya-karya ku juga sudah banyak. Karya ku pun sudah ada beberapa yang dibawakan oleh penyanyi Indonesia. Aku berterimakasih kepada Tian yang sudah membantuku mungkin tanpanya aku juga tidak dapat menemukan diriku. Dan aku masih tidak tahu bagaimana kabar Tian sekarang karena kami lost contact.

Dari hasil kerja kerasku aku tak lupa untuk selalu berbagi kepada yang lain. Saat aku mendatangi tempat panti asuhan yang sama, tetapi saat aku kesana aku tidak menemukan anak perempuan itu. Aku baru sadar bahwa yang membuat hidupku untuk berubah berawal dari anak itu. Aku pun bertanya kepada penjaga panti asuhan dan katanya "Sherly sudah diapdosi oleh keluarga yang baru." dan disitu aku baru tau bahwa nama anak itu sama dengan namaku dan aku tak sempat bertanya kepadanya. Ingin rasanya aku bertemu dengannya dan berterimakasih.

Hiduplah berdasarkan kenyataan, jangan berdasarkan rumor. Hiduplah dengan cara bagaimana kamu ingin hidup.

~en

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun