Mohon tunggu...
Sherlyn Suhadi
Sherlyn Suhadi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMK Atisa Dipamkara

Halo! Hobiku menulis artikel berita jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

5 Cara Efektif Menghadapi Masalah Internal Diri Sendiri!

15 Oktober 2024   23:30 Diperbarui: 21 Oktober 2024   23:01 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikutip dari data theconversation.com, hampir 35% (setara 15,5 juta) remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia terdiagnosis memiliki setidaknya satu masalah kesehatan jiwa dalam survei I-NAMHS sehingga masuk ke dalam kategori ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan). Rasa kecemasan adalah masalah gangguan mental yang paling banyak muncul di antara remaja di Indonesia (26,7%). Ini disusul masalah terkait pemusatan perhatian atau hiperaktivitas (10,6%), depresi (5,3%), masalah perilaku (2,4%), dan stres pascatrauma (1,8%).

"Caraku untuk menghadapi masalah internal yang ada dalam diri sendiri, yaitu pertama, bisa menerima diri sendiri. Setelah itu, aku akan coba mengidentifikasi emosi, dengan mengenali dan memahami emosi, aku dapat lebih baik mengelola stres dan menemukan solusi yang tepat. Terakhir, aku akan refleksi diri dengan merenungkan pikiran, perasaan, dan tindakan yang diperbuat. Aku melakukan semua itu hingga saat ini dan terbukti efektif," ujar anak Gen-Z Kota Tangerang, Kaila Warnia, Senin (14/10/2024).

Aku harus menjaga diri sendiri dari masalah-masalah internal seperti itu agar kesehatan mentalku juga terjaga. Langkah pertama yang kupelajari dalam menghadapi masalah internal dalam diri sendiri adalah pentingnya menerima keadaan. Kecemasan, keraguan, dan rasa tidak percaya diri adalah bagian dari diriku. Aku tidak bisa melawannya atau berpura-pura bahwa itu tidak ada. Justru dengan menerima bahwa aku merasa cemas dan tidak percaya diri, aku bisa mulai mengambil langkah untuk mengatasinya. Ini bukan berarti aku menyerah pada perasaan tersebut, tetapi lebih kepada mengakui bahwa hal itu adalah bagian dari perjalananku.

Aku mulai belajar untuk berbaik hati pada diriku sendiri. Ketika aku merasa cemas atau ragu, aku mencoba untuk tidak menghakimi diriku sendiri. Aku berhenti mengatakan hal-hal seperti, "Kenapa aku harus merasa begini? Seharusnya aku bisa lebih kuat." Sebaliknya, aku mencoba untuk berkata, "Tidak apa-apa merasa seperti ini. Ini adalah bagian dari proses." Perubahan cara pandang ini mungkin terdengar sederhana, tetapi berdampak besar. Dengan menerima perasaanku, aku merasa lebih mampu untuk menghadapinya.

Langkah kedua yaitu, menghindari pola pikir negatif. Pola pikir negatif adalah sesuatu yang sangat sulit untuk diubah, terutama ketika itu telah menjadi bagian dari diri kita selama bertahun-tahun. Kritik-kritik paling keras yang kudengar bukan datang dari orang lain, melainkan dari diriku sendiri. Suara di dalam kepalaku sering kali berkata bahwa aku tidak cukup baik, bahwa aku akan gagal, atau bahwa orang lain akan mengecewakanku.

Namun, aku mulai menyadari bahwa pola pikir negatif ini tidak membantu. Sebaliknya, mereka hanya membuatku semakin tenggelam dalam kecemasan dan rasa tidak percaya diri. Cara mengatasinya, aku mencoba melatih diriku untuk mengubah dialog internal ini. Setiap kali aku mendengar suara negatif di dalam diriku, aku berusaha untuk menantangnya. Misalnya, jika aku berpikir, "Aku tidak akan berhasil," aku akan mencoba mengubahnya menjadi, "Aku mungkin akan menghadapi kesulitan, tetapi aku bisa belajar dan beradaptasi." Mengubah cara berbicara pada diri sendiri adalah proses yang sulit, tetapi setiap kali berhasil melakukannya, aku merasa lebih kuat.

Langkah selanjutnya, ketika merasa terlalu cemas, rasanya sulit sekali untuk mengambil tindakan apapun. Semua tampak terlalu berat. Namun, aku belajar bahwa langkah kecil adalah kuncinya. Alih-alih fokus pada hal-hal besar yang membuatku cemas, aku mencoba untuk memecahnya menjadi tindakan-tindakan kecil yang bisa kulakukan setiap hari. Misalnya, jika aku merasa cemas tentang proyek besar yang harus diselesaikan, aku mencoba memecahnya menjadi tugas-tugas kecil yang bisa kulakukan satu per satu. Fokus pada hal kecil ini membantuku untuk tetap bergerak maju, tanpa merasa kelelahan oleh besarnya tugas. Setiap kali menyelesaikan satu langkah kecil, aku merasa ada kemajuan, dan ini memberi dorongan percaya diri yang sangat kubutuhkan.

Aku juga belajar bahwa menghadapi masalah internal ini tidak harus dilakukan sendirian. Di sekelilingku, ada orang-orang yang peduli padaku, yang siap memberikan dukungan jika aku bersedia membuka diri. Awalnya, sulit bagiku untuk berbicara tentang kecemasan dan rasa tidak percaya diri yang kualami. Aku takut dianggap lemah atau terlalu sensitif. Namun, ketika mulai berbicara kepada teman-teman terdekat atau bahkan seorang terapis, aku merasa lebih tenang.

Berbicara tentang perasaanku, mendengar perspektif orang lain, dan menyadari bahwa aku tidak sendirian dalam perjuangan ini memberi kekuatan tersendiri. Kadang-kadang, hanya dengan mendengar orang lain berkata, "Aku juga pernah merasakan hal yang sama," itupun sudah cukup untuk membuatku merasa lebih baik.

Langkah terakhir yaitu, melakukan sesuatu yang disukai atau refreshing sangat membantuku dalam menghadapi tantangan internal dalam diri sendiri. Aku belajar untuk memperlambat pikiranku yang sering kali berlari terlalu cepat. Dengan melakukan sesuatu yang disuka dan membuat senang, perasaan dan pikiranku menjadi sangat membaik. Ini bukan berarti kecemasan atau rasa takut hilang begitu saja, tetapi aku merasa lebih mampu mengendalikannya. Setelah refreshing, aku akan melakukan refleksi terhadap diri sendiri, "Apakah aku memiliki kesalahan dan apakah aku tidak sebaik orang lain?" Dengan bertanya kepada diri sendiri, aku bisa merenung dan mendapatkan solusinya.

"Kekuatan sejati muncul saat kita berani menghadapi diri sendiri, bukan ketika kita sempurna, tapi ketika kita tetap melangkah meski ragu," ujar Ibu guru Kota Tangerang, Amanda Kartika, S.Pd, Senin (14/10/2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun