Lingkungan  memberi  pengaruh  pada  perkembangan  pribadi  individu melalui penanaman nilai-nilai, norma-norma, maupun aturan-aturan yang dianut dalam suatu masyarakat.Â
Salah isatu ituntutan idari ilingkungannya iadalah imanusia iharus imampu imenyesuaikan idiri idengan iindividu ilain isesuai idengan inorma, iaturan, inilai-nilai iyang iberlaku idi imasyarakat, ibaik idi idalam imaupun idi iluar ikelompok. iDi ilingkungan iIndonesia isecara iumum, ianak ilaki-laki idan iperempuan imemiliki iperbedaan iperlakuan idan persepsi yang diaplikasikan.Â
Perbedaan ini menyebabkan iadanya ipengaruh isecara ifisik idan ipsikologi idari imasing-masing igender. iPerbedaan iini ijuga iyang imembentuk istigma igender iterhadap ilaki-laki idan iperempuan, dimana masing-masing dituntut untuk berperilaku selayaknya gender masing-masing.
Salah satu bentuk perilaku iyang idianggap imenyimpang idari iperan igender iini iadalah itransgender, iyaitu iorang-orang iyang imengidentifikasikan iseksualnya isecara igender iberbeda idari ijenis ikelaminnya isecara biologis. Kehadiran seorang waria merupakan  suatu proses yang panjang, baik secara individual maupun sosial. Â
Secara individual iantara ilain, ilahirnya iperilaku iwaria itidak ilepas idari isuatu iproses iatau idorongan iyang ikuat idari idalam i idirinya, ibahwa ifisik imereka itidak isesuai idengan ikondisi ipsikis, ihal iini imenimbulkan ikonflik ipsikologis idalam idirinya. iMereka imempresentasikan iperilaku iyang ijauh berbeda dengan laki-laki, tetapi bukan sebagai perempuan.Â
Permasalahannya tidak sekedar menyangkut masalah moral idan iperilaku iyang idianggap tidak iwajar, inamun imerupakan idorongan iseksual iyang isudah imenetap i idan imemerlukan ipenyaluran. i iBerbagai idorongan seksual waria belum sepenuhnya dapat diterima oleh masyarakat, secara normatif tidak ada kelamin ketiga di antara laki-laki dan perempuan.
Transgender merupakan suatu ibentuk iperilaku ibaik ioleh iindividu imaupun ikelompok iyang imenggunakan iatribut igender idi iluar idari iyang idikonstruksikan ioleh imasyarakat, iyang idianggap imenyimpang idari iperang igender i(laki-laki atau perempuan), Perlu idigaris ibawahi ibahwa itransgender idan itranseksual iadalah ipermasalahan iyang iberbeda, yang membedakan keduanya adalah transgender belum pasti merupakan transeksual, karena iorang iyang imengubah isifat idan iperilakunya iberbanding iterbalik idengan ikodratnya ibelum itentu imengubah ijenis ikelaminnya.
Pada iumumnya imasyarakat imasih imenganggap iperilaku itransgender isebagai isuatu iperilaku iyang imenyimpang idari inilai-nilai inorma isosial iyang idianut. Di dalam masyarakat, perilaku ini imasih idianggap isebagai isuatu iperilaku iyang idianggap itabu, isebagaimana ianggapan imasyarakat iberagama isebagai iwujud idari pemaknaan agama bahwa perilaku kelompok transgender merupakan idosa ibesar ikarena isejatinya ikelompok iini itelah imengubah iapa iyang itelah idigariskan iTuhan  ketika kemudian orang-orang ikeluar idari ibatas iyang idigariskan iTuhan imaka idengan isendirinya imereka iakan imendapat istigma inegatif idari imasyarakat isebagai ipendosa itermasuk halnya transgender yang melakukan pernikahan sejenis.
Dalam ipandangan ilain, ipola ipikir imasyarakat ikota isaat iini isudah isemakin imaju idan imulai imembuka idiri ipada iperubahan-perubahan di sekitarnya. Banyak masyarakat menyuarakan bentuk dukungan terhadap kelompok itransgender iuntuk imemiliki ihak iselayaknya imanusia ipada iumumnya.Â
Kelompok imasyarakat iini isetuju idengan iadanya isikap isaling imenghargai iantara imasyarakat idengan kelompok transgender untuk idapat ihidup iberdampingan isecara idamai itanpa iada idiskriminasi iterhadap ikelompok ilainnya. iPenerimaan iitu iterjadi isalah isatunya idikarenakan imasyarakat imenganggap ikaum iwaria idapat imemberi ikeuntungan isosial, iekonomi idan ipolitik ipada imereka. Meski terkesan memanfaatkan, hanya saja kondisi ini juga dapat imemberi ikeuntungan ipada iwaria iuntuk itetap imembangun ihubungan isosial idengan ianggota imasyarakat iyang imelakukan iproses isosial itersebut.
Pelegalan iterhadap ikelompok itransgender imasih idipermasalahkan, isebagaimana ikelompok iLGBT iyang ilainnya imendapatkan ipenolakan idan iperdebatan iyang iserupa. iJika idilihat ilebih imendasar itentang ihak iyang idiperjuangkan, ikelompok LGBT (termasuk transgender) tidak sepenuhnya meminta legalisasi karena mereka mengetahui bahwa hal tersebut "menyimpang", idan isadar ibahwa iLGBT imerupakan igolongan iminoritas. iPenegakan ikeadilan iyang iinginkan iadalah ipenghapusan idiskriminasi idalam ikehidupan ibermasyarakat.
Dalam ikacamata inormatif iagama idan ietika imasyarakat ikonvensional, ikeberadaan ikaum itransgender i imenjadi isesuatu ihal iyang itertolak idengan isendirinya. iHal iini idikarenakan iaturan iumum iyang iberlaku isenantiasa itidak imenyediakan itempat bagi ihidupnya iaktivitas-aktivitas iyang idianggap inegatif idan itidak isesuai idengan ikoridor ikesusilaan, iapalagi ibagi ikelompok isosial iyang itelah imenerima citra dan stigma yang dekat dengan nuansa iseperti ipelacuran idan iperbuatan imaksiat ilainnya. Kelompok itransgender idapat ibertahan ihingga isekarang iini ilebih idikarenakan ibahwa ipada ibeberapa isisi itertentu, imasyarakat imulai imembuka idiri iterhadap ikesetaraan idan ilebih ibisa imenerimanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H