Mohon tunggu...
Sherly Amanda
Sherly Amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

content creator

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kepemimpinan R.A. Kartini

14 Desember 2023   13:00 Diperbarui: 14 Desember 2023   13:18 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.gurupendidikan.co.id/ra-kartini/

                                                                                                                              R.A. KARTINI

Nama : Kartini
Nama Lain : Raden Ayu Kartini
Lahir : Jepara , 21 April 1879
Wafat : Rembang, 17 September 1904
Agama : Islam
Pasangan : K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Orangtua : R.M. Sosroningrat (Ayah), M.A. Ngasirah (Ibu)
Gelar : Pahlawan Emansipasi Wanita

 BIOGRAFI R.A. KARTINI

RA Kartini menerima pendidikan karena mewarisi darah bangsawan dari ayahnya. Hingga usia dua belas tahun, dia belajar banyak hal, termasuk bahasa Belanda, di ELS (Europese Lagere School). Ada tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Untuk dipingit, anak perempuan yang sudah berusia 12 tahun harus tinggal di rumah.

Keinginan untuk belajar RA Kartini tidak surut dalam situasi yang sulit. Dia menggunakan kemampuan bahasa Belandanya untuk membaca buku dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi Belanda. Salah satu kawan bercerita yang sering dia gunakan adalah Rosa Abendanon. Ketika dia berbicara dengan Abendanon, dia merasa tertarik untuk berpikir maju seperti perempuan Eropa. Dia bermaksud untuk mengangkat perempuan asli, yang saat itu sangat dibatasi oleh tradisi kuno. Pengetahuan Kartini berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaan juga cukup luas.

Kartini menikah dengan KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, bupati Rembang yang sudah memiliki tiga istri, pada 12 November 1903. Setelah menikah, suaminya mendukung semua impian Kartini, termasuk pembangunan sebuah sekolah khusus wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang.

Kartini melahirkan Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904. Kartini meninggal dunia pada 17 September 1904, hanya berselang empat hari setelah melahirkan. RA Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, setelah meninggal dunia pada usia 25 tahun.

Setelah kematian Kartini, salah satu temanya di Belanda, Mr. JH Abendanon, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda, mengumpulkan dan menerbitkan surat-suratnya dalam sebuah buku yang disebut "Door Duisternis tot Licht" atau Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku ini diterbitkan pada tahun 1911, jadi hanya orang Belanda yang bisa membacanya. Selanjutnya, buku Habis Gelap Terbitlah Terang: Buat Pikiran diterbitkan dalam bahasa Melayu oleh Balai Pustaka pada tahun 1922.


Pada 2 Mei 1964, Presiden Sukarno menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964. Sampai hari ini, 21 April adalah hari lahir Kartini.

Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau partisipatif. Pemimpin berkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :

  • Wewenang pemimpin tidak mutlak
  • Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
  • Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
  • Komunikasi berlangsung secara timbale balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun sesame bawahan
  • Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar
  • Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan
  • Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat
  • Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya, saling menghormati

Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Kartini tergolong dalam gaya kepemimpinan demokratis, dimana ia dapat mendelegasikan wewenang pada pengikutnya dalam membangun kepartipasian serta kepercayaan pengikutnya untuk menyelesaikan suatu tugas dan tanggungjawabnya serta dapat bertindak tepat tanpa pengarahan langsung dari pemimpinnya.

BUKTI IMPLEMENTASI KARTINI DALAM KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS 

Sekarang ada bukti nyata dari pahlawan wanita Kartini, jika kita ingat bagaimana dia membantu wanita membebaskan diri dari penderitaan dan ketidaktahuan akan pendidikan. Dibandingkan dengan pria, wanita saat ini jauh lebih sukses. Wanita hebat selalu mendukung pria sukses dari belakang. Kartini tidak mengajarkan wanita untuk bersembunyi di balik pria atau bergantung pada pria; sebaliknya, dia mengajarkan mereka untuk berdiri di belakang pria dan membantunya sukses. Sebab, kesuksesan seorang pria selalu bergantung pada kemampuan seorang wanita yang membantunya, baik secara langsung maupun tidak langsung. 

Kartini juga mengajarkan wanita Indonesia untuk tidak hanyut dalam kelemahan mereka, tetapi untuk menggunakan kelemahan mereka sebagai sarana untuk terus berusaha. Itu berusaha untuk menjadi panutan di mana pun dan meninggalkan kebodohan dengan belajar terus menerus. Wanita memang lemah, tetapi mereka tidak menggunakan kelemahan mereka untuk bermanja atau bermalas-malasan dalam melakukan tugas sehari-hari. Betapa banyak wanita yang berani dan gigih berhasil menjadikan nama mereka seharum nama Kartini. 

Sebenarnya, Kartini bukanlah Kartini yang mampu mengangkat senjata dan melawan semua penjajah. Dia adalah wanita yang, karena kelemahan alaminya, menyayangi wanita Indonesia. Karena kelemahan itu, dia menggunakannya sebagai senjata untuk memerdekakan negara ini dari penjajahan dan penindasan hak wanita. Kartini sudah memberikan wanita kebebasan untuk belajar setinggi mungkin.

 Karena wanita memiliki tulang rusuk yang bengkok dan harus diluruskan dengan kelembutan dan kebaikan, Kartini memberikan hukuman kepada kaum pria yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap istrinya. Bahkan Kartini tidak pernah membatasi wanita dalam hal pekerjaan mereka sendiri; dia hanya membatasi mereka dalam konteks kewajaran dan tidak melanggar sifat alami wanita sebagai makhluk yang lemah dan mulia.

                                                                                                                              KESIMPULAN  

Jadi, kesimpulan yang bisa saya ambil selaku penulis bahwasanya gaya kepemimpinan yang digunakan R.A Kartini dalam memimpin adalah demokratis karena beliau membela hak emansipasi wanita yang selalu direndahkan oleh para lelaki pada zaman dahulu, beliau berhasil membuktikan bahwa wanita tidak hanya bisa diam saja mengerjakan tugas di rumah tetapi juga bisa membantu dan belajar sampai ke pendidikan tertinggi seperti hal-nya lelaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun