Mohon tunggu...
S Herianto
S Herianto Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Katanya orang-orang, saya penulis, fotografer, designer grafis, dan suka IT. Bisa jadi. Tulisan saya juga ada di www.cocokpedia.net

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membaca Teknik Menulis "Bakat Menggonggong", Dea Anugrah

5 Maret 2018   09:16 Diperbarui: 7 Maret 2018   18:10 1507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: IsolaPos.com

Awalnya seorang teman menawariku untuk membaca buku cerita bagus tentang teknik menulis, tapi bukan buku teori---justru buku yang memang benar-benar berisi cerita. Ia menunjukkan bagaimana si penulis mengurai ceritanya dengan berbagai teknik. Ia---temanku yang menawariku membaca buku cerita itu---juga menunjukkan bagian-bagian kisan dalam buku itu yang membuatnya terpukau. Salah satu penggalannya adalah berikut.

Rik, temanku, adalah penulis yang bagus dan manusia yang baik tetapi tolol. Ia adalah penulis yang bagus dan manusia yang baik tetapi tolol dan akhirnya mati karena paru-parunya berair. Ia adalah penulis yang bagus dan manusia yang baik tetapi tolol dan akhirnya mati karena paru-parunya berair, dua tahun lebih cepat daripada perkiraanku. Ia adalah penulis yang bagus dan manusia yang baik tetapi tolol dan akhirnya mati karena paru-parunya berair, dua tahun lebih cepat daripada perkiraanku, tanpa pernah dipedulikan orang. - Kisah Sedih Kontemporer.(halaman 65)

Cuplikan itu ia dapat dari IG (tahu kan, apa itu IG?). temanku yang menawariku membacanya itu terus bercerita tentang kelebihan dan kemanisan cara berkisah Dea Anugrah. Benar-benar menjengkelkan.

Akhirnya, aku yang juga penulis yang tak pernah tergoda dengan cara berkisah orang lain juga luluh. Aku yang juga penulis yang tak pernah tergoda dengan cara berkisah seperti Dea Anugrah, akhirnya memburu buku itu. Aku bilang tidak tergoda, kok malah bahasaku sudah meniru salah satu tekniknya. Wah, bahaya! Belum dapat pinjaman bukunya sudah bisa meniru seolah-olah teknik yang Dea lakukan seperti virus yang ganas, mudah menyebar dan menjangkit.

Dengan perantara teman yang menawariku untuk membaca buku cerita bagus tentang teknik menulis itu, akhirnya aku diberi rekomendasi untuk meminjamnya ke teman dia. Dia mempunyai teman bernama Iva Misbah sedangkan ia sendiri bernama Arum Endah Muh. Hampir tengah malam, dengan ijin sebelumnya akan menjemput malam-malam ke rumah Iva, akhirnya kudapatkan buku merah itu, 'Bakat Menggonggong.'

Hey, Dia, sori ya bukannya aku merelakan diri menjadi endorse-mu atau mengiklankan dirimu supaya bukumu cetak ulang berkali-kali. Bukumu sengaja kugeletakkan di kasur walaupun tergoda untuk membacanya, aku cuek. Tak tahan juga rasanya, akhirnya tergoda membaca dan rela ketularan.

Bukunya tipis, murah, jenis kertasnya juga murah, covernya juga murah, bisa jadi harga cetaknya juga murah. Bakat menggonggongnya yang memang mahal. Maaf, tidak memujimu. Kita sama-sama cowok, bro! Bukunya tipis, murah, jenis kertasnya juga murah, covernya juga murah, bisa jadi harga cetaknya juga murah yang diterbitkan oleh Buku Mojok, entah di kota mana, terbit tahun 2016 dan ber-ISBN. Bukunya tipis, murah, jenis kertasnya juga murah, covernya juga murah, bisa jadi harga cetaknya juga murah cukup layak disebut sebagai buku.

Storyofjho dalam blog-nya menyebut Dea bajingan. Storyofjho menyebutnya bajingan karena memang takjub dengan bakat Dea yang benar-benar menggonggong dengan manis. Dea tidak khawatir dengan pembacanya akan tidak paham atau bingung, bukan menjadi tanggung jawabnya. Dea tidak khawatir dengan pembacanya akan tidak paham atau bingung dengan teknik berkisahnya yang bermacam-macam juga tidak penting. Yang penting baginya adalah menulis dengan kreatif. Itu saja. Wah, aku telah teracunimu. Bahasaku dari tadi telah berubah menjadi pesakitan. Hahaha.

Salah satu teknik bercerita Dea adalah kalimat yang panjang, tapi enak dibaca padahal menurut para master penulis cerita menulis agar tidak membosankan pembaca adalah dengan menggunakan kalimat-kalimat pendek. Justru aku banyak membaca kalimat-kalimat pendek pada penulis yang bukan Dea, malah memang sangat membosankan, mengundang kantuk. Entah belajar dari mana ia---yang pasti teknik yang ia punya merupakan buah dari berprosesnya---proses kreatif yang mungkin membutuhkan pengalaman dan waktu yang lama dan panjang.

Bagaimana ia merangkai kalimat semacam ini?

Kita tahu Pemuda E sedang gelisah. Sama gelisahnya dengan seekor coro yang tergelincir ketika melakukan pendaratan darurat dan mendapati dirinya dalam posisi terbalik. Ia sedang marah. Sama marahnya dengan seorang taipan Arab yang diberitahu bahwa seluruh penghuni haremnya sedang haid, kecuali seorang saja, yang sudah menopause dan bahkan tidak akan membangkitkan birahi seekor keledai. (halaman 2)

Bagaimana ia merangkai kalimat semacam ini? Bagaimana ia dapat merangkai pemuda, coro, taipan Arab, menopause, dan keledai? Ada-ada saja. Membaca bukunya bisa menjadi bodoh yang menggembirakan mungkin ya? Benar-benar gila, gila-gila benar. Pesanku, membaca buku gila ini, hati-hati. Jangan sampai teracuni. Fokus, ekstra fokus. Berdoa yang banyak. Sekian dariku tentang orang itu dan karyanya. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun