Kedua, pada skrip pemrograman pasti terdapat perintah daftar pengirim nomor, pada bagian tersebut seseorang bisa menentukan berapa jumlah nomor pengirim. Pada tahap ini lah jumlah spam telepon yang akan masuk ditentukan. Contohnya sederhana dengan Python menggunakan Twilio: Setelah memasukan nomor target kedalam perintah, masukan jumlah nomor pengirim seperti berikut ini:
# Daftar nomor pengirim (spoofed numbers)
fake_numbers = [f"+1{str(i).zfill(10)}" for i in range(100)] Â # Membuat 100 nomor acak
Setelah skrip dijalankan, maka secara otomatis sistem akan melakukan panggilan ke nomor target menggunakan 100 (atau sesuai perintah) nomor acak untuk melakukan spam telepon menggunakan file XML yang di hosting untuk memberikan pesan suara atau sekedar menganggu penerima panggilan.Â
Biasanya hal ini dilakukan oleh sekelompok orang, namun sangat mungkin juga dilakukan seorang diri, tergantung maksud dan tujuannya. Karena hanya dengan mengandalkan jaringan internet dan pengetahuan pemrograman, seseorang dapat melakukannya.Â
Lantas yang menjadi pertanyaan, mengapa teknologi seperti ini diciptakan jika membahayakan? Pada dasarnya, bahasa pemrograman dimanfaatkan untuk banyak hal yang bermanfaat, berbagai software yang telah kita manfaatkan juga merupakan hasil pemrograman.Â
Dalam hal ini, tindakan sejenis biasanya dimanfaatkan untuk Verivikasi Otomatis (OTP), layanan pesan otomatis, untuk menyampaikan informasi produk (dengan izin pelanggan), notifikasi otomatis seperti pengingat jadwal, broadcast pesan massal kepada karyawan atau pelanggan, dan masih banyak lagi manfaatnya.Â
Namun, kita tidak akan luput dari penyalahgunaan teknologi yang begitu pesat saat ini. Oleh karena itu, diperlukan langkah yang tepat untuk menyikapi perkembangan teknologi dengan penuh tanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H