Mohon tunggu...
Shera AmaliaGhaitsa
Shera AmaliaGhaitsa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah mahasiswa Jurnalistik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hobi saya membaca, menulis, bernyanyi, dan menari.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memori

2 Desember 2022   18:53 Diperbarui: 2 Desember 2022   18:54 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Reva itu sangat menyukai hujan, dia bahkan pernah jatuh ke kubangan air karena terpeleset hal itu tentu saja membuat aku tertawa jika mengingat bagaimana wajah Reva yang panik karena seragam putihnya kotor dan berakhir kami berlarian di bawah derasnya hujan karena Reva kesal denganku yang mengejeknya. Saat itu aku merasa euforia dan kemudian disforia.

Karena memori yang paling bahagia itu adalah kenangan terakhirku dengan Reva. "Jasmin, besok aku mau liburan jadinya aku gak masuk. Paling seminggu sih, kamu jangan kangen aku ya! Nanti aku masuk lagi kok!"

Namun dia berbohong padaku karena nyatanya dia tidak pernah masuk sekolah lagi. Dia juga berbohong, dia tidak pernah pergi liburan, saat itu dia justru pergi ke rumah sakit untuk operasi Whipple, sebuah operasi yang dilakukan untuk pasien penderita kanker pankreas. Aku ingat bagaimana wajah tegar Ibu Reva saat menceritakan semua itu padaku.

Ibu Reva juga bilang, bahwa operasinya memang berjalan lancar dan keadaan Reva membaik selama 3 hari pasca operasi. Akan tetapi takdir berkata lain, keadaannya semakin memburuk hingga membuat Reva pergi untuk selamanya.

Sejak kepergian Reva, hidupku mulai terasa seperti dulu. Sendirian dan tidak memiliki teman, namun Reva pernah berkata "kamu cari temen lagi dong selain aku, nanti kalo aku gak masuk kamu main sama siapa?"

Berkat ucapan itu, perlahan aku mencoba untuk bergaul dengan beberapa teman sekelasku. Meski aku hanya bisa berteman dengan dua orang saja dan hasilnya tidak buruk, aku bisa menjaga pertemanan itu sampai sekarang.

Lili dan Raya, mereka teman-temanku sedari SD. Mereka sangat baik, walau kadang menyebalkan juga sih. Lili dengan sifat humorisnya dan Raya yang cerdas namun tidak pelit contekan. Hehe.

Kini sudah 9 tahun sejak kepergian Reva, tapi kenangan bersamanya yang singkat itu tidak akan pernah terlupakan. Rasanya seperti kebersamaanku dengan Reva memiliki ruang memori yang bersifat permanen dan tidak bisa dihapus. Bukan tidak bisa dihapus, lebih tepatnya aku tidak ingin menghapus memori itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun