Pilkada 2018 diikuti oleh tiga paslon yaitu Ali Mazi-Lukman Abunawas (didukung Golkar dan Nasdem), Asrun-Hugua (Gerindra, PDIP, PKS, PAN, dan Hanura), dan Rusda Mahmud-Sjafei Kahar (Demokrat, PPP, dan PBB). Pasangan Ali Mazi-Lukman akhirnya terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur definitif.
Dua tahun berselang, Teguh ditugaskan menjadi Penjabat Sementara (Pjs.) di Kalimantan Utara yang juga akan menyelenggarakan pilkada. Ada tiga paslon yaitu Udin Hianggio-Undunsyah (diusung Hanura dan PKB), Irianto Lambrie berpasangan dengan Irwan Sabri (Nasdem, Golkar, PKS, PAN, Perindo dan PBB), serta Zainal Arifin Paliwang-Yansen Tipa Padan (Demokrat, PDIP, Gerindra dan PPP). Hasilnya, Zainal Arifin-Yansen yang memenangkan pilkada.
Ada yang menarik dari dua penyelenggaraan pilkada tersebut. Pemenangnya justru tidak berasal dari pasangan yang didukung partai terbanyak. Di Kaltara bahkan Pj. Gubernur petahana (Irianto Lambrie) kalah di pilkada. Pilkada berjalan lancar dan tidak ada isu kecurangan, khususnya terkait dengan netralitas ASN.
Dengan rekam jejak tersebut tidak heran kalau Presiden Joko Widodo memilih Teguh sebagai Pj. Gubernur DKI Jakarta menggantikan Heru Budi Hartono yang habis masa jabatannya (Oktober 2022-Oktober 2024).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H