Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Review Buku “Hidup yang Lebih Berarti”]: Karena Inspirasi Bisa Datang dari Siapa Saja

22 April 2016   15:09 Diperbarui: 22 April 2016   15:17 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasiana bersama Bank BTPN menggelar acara coverage berupa bedah buku bertajuk “Hidup yang Lebih Berarti: Sosok Inspiratif untuk Dayakan Indonesia". Buku ini berisi kisah 20 sosok inspiratif dari kalangan warga biasa yang ditulis 20 orang Kompasianer. Peserta yang hadir di acara ini pun tak ketinggalan mendapat inspirasi.

 [caption caption="Andri Darusman, Pepih Nugraha dan Nurulloh dalam acara Bedah Buku "Hidup yang Lebih Berarti", Kamis (21/04) di Menara BTPN"][/caption]Setengah jam sebelum acara dimulai –persis seperti yang disampaikan admin Kompasiana saat konfirmasi via telepon—saya sudah sampai di Menara Kadin di Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Gedungnya megah dan terlihat masih baru. Setelah terpukau dengan kecanggihan electronic gate dan lift yang hanya bisa diakses dengan kartu khusus, saya kembali berdecak kagum melihat Beranda, ruang pertemuan dengan desain futuristik yang akan digunakan di lantai 27.

Bahkan, Nurulloh, content and community manager Kompasiana yang pagi itu didapuk menjadi moderator turut mengomentari Beranda Menara BTPN. “Tadi saya bilang ke Kang Pepih, coba dong kantor kita dibikin begini. Bawa lemari deh saya, betah nggak pulang-pulang,” kelakarnya.

[caption caption="Suasana Beranda Menara BTPN tempat acara bedah buku berlangsung. credit photo by Kang Pepih (diunduh dari FB Kang Pepih)"]

[/caption]Sambil menunggu acara inti dimulai, saya dan Kompasianer lain yang hadir lebih awal menyaksikan tayangan video mengenai program Dayakan Indonesia dari BTPN (Bank Tabungan Pensiunan Nasional). Akhirnya, acara pun dimulai saat Nurulloh mempersilakan dua pembicara pertama yaitu Andri Darusman selaku Daya Head Bank BTPN dan Pepih Nugraha sebagai COO Kompasiana maju ke depan.

“Nggak harus lulus dari Harvard dulu kan, untuk bisa memberdayakan masyarakat,” kata Andri Darusman pada saat acara mulai berlangsung. Daya Head BTPN itu menceritakan filosofi dari program Dayakan Indonesia. “Orang-orang biasa pun bisa memberi dampak positif bagi warga lain,” lanjutnya.

Pemahaman itulah yang melatarbelakangi program Dayakan Indonesia dari BTPN untuk bekerjasama dengan Kompasiana menerbitkan buku “Hidup yang Lebih Berarti: Sosok Inspiratif untuk Dayakan Indonesia”. Sebelumnya, BTPN pernah menerbitkan buku lain namun berisi figur yang memang sudah populer di masyarakat. Karena ingin mengangkat cerita tentang warga biasa, dipilihlah Kompasianer untuk menulis alih-alih penulis profesional.

Bagi Kang Pepih, persoalan siapa yang menulis tidak lebih penting ketimbang isi dari tulisannya. “Tiga hal yang harus diperhatikan penulis dan pembaca adalah : penting, menarik dan bermanfaat,” ucap Kang Pepih. Menurutnya, buku yang ditulis 20 Kompasianer ini telah memenuhi tiga aspek tersebut terutama karena bisa memberi manfaat bagi pembaca. “Misi dari penerbitan buku ini adalah mendiseminasikan semangat pemberdayaan,” tegas Andri Darusman.

Dalam sesi selanjutnya, hadir dua orang pembicara lagi yaitu Ibu Majawati Oen (salah satu Kompasianer penulis buku tersebut) dan Pak Taryat (salah satu dari 20 sosok inspiratif). Bu Maya cerita tentang kisah dua orang inspiratif yang ia tulis, sementara Pak Taryat berbagi cerita perjuangannya merintis usaha Alia Chocolate dan Cokelat Nuhun.

[caption caption="Buku "Hidup yang Lebih Berarti" dari Kompasiana dan Dayakan Indonesia"]

[/caption]Senang rasanya ketika tahu bahwa buku tersebut ada di dalam goodie bag yang dibagikan untuk peserta. Sesampainya di rumah, saya langsung buka plastik pembungkus buku tersebut dan membacanya. Meski belum tuntas, saya tak sabar menuliskan ulasannya ini. Cerita yang ada di buku ini tersebar mulai dari kisah tentang pengusaha makanan, kerajinan, bahkan sampai usaha sedot limbah manusia dan pupuk organik. Para inspiratornya pun beragam, baik dari jenis kelamin hingga rentang usia.

Dilihat dari akronimnya, BTPN memang menyasar para pensiunan. Salah satu sosok inspiratif yang diangkat dalam tulisan ini pun merupakan pensiunan. Ia adalah Pak Suwono, seorang pensiunan dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo. Kisah yang dituliskan Mas Nanang Diyanto ini bisa dibaca di halaman 25-36 dengan judul “Suwono Ubah Kotoran Manusia Jadi Pupuk Organik”. Ada juga cerita tentang Pak Munadji, seorang pensiunan guru agama di Kota Salatiga yang berbisnis pohon ara atau pohon tin (halaman 103-116).

Sementara kisah tentang pemberdayaan hadir dalam tulisan “Anik Sriwatih Gigih Berdayakan Mantan ‘Pekerja’ Lokalisasi Dupak Bangunsari” dan “Dominggus Nones: Tidak Lulus SD, Koordinasi 3.505 Petani dengan Omzet Rp. 31,5 M”. Masih banyak kisah lain yang tidak kalah seru dan tentunya inspiratif. Siapapun yang membeli dan membaca buku setebal 190 halaman ini dijamin tak akan rugi.

Benang merah yang mengikat semua sosok di buku ini adalah fakta bahwa mereka merupakan pelaku UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) yang menjadi mitra Daya dari Bank BTPN. Terus terang saya mungkin bakal tidak percaya membaca kisah-kisah di buku ini jika tidak bertemu langsung dengan Pak Taryat di acara bedah buku.

Selama ini, yang saya tahu kelompok pekerja informal seperti pengusaha UKM dan masyarakat berpenghasilan rendah tidak dilirik oleh perbankan. Mereka dianggap non-bankable. Bank biasanya memilih ‘main aman’ dengan menggelontorkan kredit konsumsi (KPR, kredit kepemilikan kendaraan, ataupun kredit tanpa agunan), yang notabene dinikmati oleh kelas menengah.

BTPN memilih untuk berbeda. Selain fokus pada sasaran nasabah utamanya yaitu pensiunan, BTPN juga mendukung penuh UKM di Indonesia. Fokus dan konsisten menggarap segmen masyarakat berpenghasilan rendah termasuk pelaku UMKM dan masyarakat prasejahtera produktif (mass market), BTPN meyakini nasabah mass market tidak hanya membutuhkan akses finansial, tetapi juga pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan kualitas hidup mereka.

Guna meningkatkan kualitas Program Daya, BTPN menggandeng Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (SB-IPB) untuk ikut menyusun kurikulum pelatihan yang dibutuhkan nasabah. Sebagai bentuk apresiasi kepada Nasabah BTPN yang telah menyelesaikan empat modul pelatihan Daya dalam kurun waktu setahun, BTPN dan IPB kembali menggelar acara wisuda nasabah. Pada 2014, BTPN telah menggelar wisuda nasabah di empat kota yakni Palembang, Banjarmasin, Semarang dan Bogor yang diikuti oleh 300 nasabah. Setahun berikutnya, wisuda juga digelar di empat kota yaitu Medan, Makassar, Kediri dan Bogor.

“Saya mendapat kesempatan berbagai pelatihan lewat program Daya. Bahkan, saya diwisuda ketika menyelesaikan pelatihan tersebut. Ini merupakan sebuah kehormatan untuk saya,” ungkap Pak Taryat dalam acara kemarin. Ia dan istrinya kini jadi mengerti bagaimana membuat pencatatan cashflow, melakukan promosi dan pemasaran yang efektif. 

Tidak cukup sampai di situ, BTPN melalui Dayakan Indonesia turut membantu membukakan pasar yang lebih luas bagi mitranya. “Saya sempat pameran di JCC. Saya mah senang, tinggal datang bawa barang saja ke situ,” beber Pak Taryat. Selain melalui metode konvensional seperti pameran, Daya juga bekerjasama dengan bukalapak.com sehingga mitra mereka bisa memiliki market place sendiri berupa microsite bernama PasarDaya.

Dari buku “Hidup yang Lebih Berarti” dan penuturan langsung para narasumber dalam acara bedah buku, sungguh saya mendapatkan inspirasi dan pelajaran berharga. Dengan semangat pemberdayaan, bangsa dan negara Indonesia memiliki peluang besar untuk berjaya. Salam Dayakan Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun