Mohon tunggu...
Shendy Adam
Shendy Adam Mohon Tunggu... Dosen - ASN Pemprov DKI Jakarta

seorang pelayan publik di ibu kota yang akan selalu Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan Sekali Seumur Hidup Bersama Datsun

19 Januari 2016   10:15 Diperbarui: 4 Februari 2016   10:58 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pohon-pohon tinggi yang menjulang hingga puluhan bahkan ratusan meter terus mendampingi di kiri kanan jalan kami. Jalanan menanjak dan menurun dengan kecuraman cukup ekstrim juga mewarnai rute ini. Di hari kedua ini, saya dituntut untuk lebih konsentrasi dan sigap dalam menyetir. Jarak tempuh pun lebih jauh. Apalagi perjalanan sempat terhenti karena ada salah satu mobil panitia yang ketinggalan di hutan karena kehabisan bensin. Akhirnya RC memutuskan hanya satu mobil yang akan menjemput, sedangkan sisanya melanjutkan perjalanan ke Tanjung Redeb.

Saat itu hari mulai gelap. Namun, laju kendaraan justru kami pacu lebih kencang karena jalanannya relatif lebih bagus dan sepi. Hanya beberapa kali kami harus melakukan overtaking terhadap truk-truk yang melintas lebih lambat. Kewaspadaan dan kehati-hatian tetap menjadi prinsip utama yang dipegang. Koordinasi dan saling memberikan informasi melalui HT berjalan lebih baik ketimbang kemarin. Setelah enam jam lebih berkendara, akhirnya kami sampai di Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau. Meski hanya kota kecil, Tanjung Redeb cukup ramai. Senang rasanya bisa melihat kota lagi setelah berjam-jam melintasi hutan hujan tropis yang rimbun. Perjalanan darat DRE Kalimantan Etape 1 sejatinya berakhir di sini, namun petualangan seru masih menanti kami di hari-hari selanjutnya.

 

Hari Ketiga : Pulau Derawan

Di hari ketiga ini, risers hanya menggunakan Datsun Go+ Panca untuk menuju dermaga yang waktu tempuhnya hanya sekitar setengah jam dari hotel. Selanjutnya kami akan menggunakan speed boat menuju Pulau Derawan. Selama hampir dua jam kami berada di kapal, dengan separuh waktu tempuhnya dihabiskan untuk menyusuri Sungai Segah akhirnya kami sampai ke Pulau Derawan. KM Berau 3 yang membawa kami merapat ke dermaga Derawan Dive Resort.

Panitia langsung membagikan kamar untuk para risers. Tidak seperti Tim 2 hingga Tim 5 yang mendapatkan cottege di tepi pantai, kami dari Tim 1 justru ditempatkan di cottege di atas laut. Walaupun terpisah dari rekan-rekan yang lain setidaknya kami mendapatkan sensasi tinggal di atas laut. Dari beranda kamar kami terlihat jelas ikan-ikan yang berenang ke sana kemari. Selain itu, kamar kami juga paling dekat dengan restoran dan spot untuk snorkeling.

Selepas makan siang, kami bergegas menuju gosong karang. Kalau tidak cepat-cepat, kami tidak akan bisa ke sana. Dalam beberapa jam lagi, gosong karang tersebut akan ‘hilang’ ditelan pasang air laut. Tim dokumentasi dari kompas.com sempat melakukan pengambilan gambar dengan menggunakan drone di sini. Para risers dengan riang gembira mengikuti instruksi yang diberikan oleh tim dokumentasi agar hasil gambarnya sesuai yang diharapkan.

Dari gosong karang, para risers melanjutkan ke lokasi snorkeling yang berada tidak jauh dari kamar saya. Bukan hanya risers, sejumlah kru dan rekan-rekan jurnalis juga ikutan snorkeling. Begitu pun dengan Pak Jasmine Lendang (salah satu dari dua polisi yang mengawal kegiatan DRE Kalimantan) yang tak mau ketinggalan nyemplung ke laut. Saya sendiri malah tidak ikutan. Ada juga beberapa risers lain yang memilih hanya melihat dari atas. Ada yang bilang, “Ngapain jauh-jauh ke Derawan kalau tidak snorkeling atau diving?” Sayangnya, saya tidak bisa berenang dan pernah trauma tenggelam sehingga mungkin memiliki aquaphobia. Meski begitu saya tidak menyesal karena keindahan di Pulau Derawan tetap bisa saya nikmati tanpa harus snorkeling.

 

Hari Keempat : Pulau Kakaban – Tanjung Redeb

Aktivitas di pagi hari diwarnai dengan berburu gambar matahari terbit. Sayangnya, awan beriring persis ada di sebelah timur sehingga agak menghalangi pemandangan sunrise. Selepas sarapan pagi, rombongan DRE langsung check out dan menuju Pulau Kakaban. Para risers yang berniat snorkeling sengaja memilih tidak mandi dulu. Sekitar 50 menit kami diantar oleh KM Berau 3 menuju Pulau Kakaban. Ombak pagi ini lumayan lebih terasa dibanding waktu kami berangkat ke Derawan.

Dari kejauhan Pulau Kakaban sudah memikat. Air lautnya sangat jernih. Kombinasi warna biru muda kehijauan dan pasir putih sangat mempesona. Rupanya itu belum seberapa, karena Pulau Kakaban menyembunyikan keindahan yang lebih lagi di dalamnya. Untuk menjangkaunya, kami harus melintasi tangga-tangga yang melintasi perbukitan dan karang di pulau tersebut. Sekitar 10 menit berjalan, pandangan ke arah danau yang ada di Pulau Kababan mulai tersibak dari balik-balik pohon. Semakin dekat ke danau, semakin indah pemandangannya.

Danau Pulau Kakaban merupakan danau air payau yang terbentuk dari proses geologis jutaan tahun. Danau Kakaban telah ditetapkan sebagai kawasan warisan dunia (World Heritage Area) pada tahun 2004 oleh UNESCO. Di dalamnya terdapat spesies unik, salah satunya adalah ubur-ubur yang tidak menyengat dan tidak beracun. Wisatawan yang snorkeling ke sini bisa bermain dengan ubur-ubur tersebut tanpa harus takut tersengat. Namun, agar tidak membahayakan biota di sana maka tidak diperkenankan menggunakan fin pada saat snorkeling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun