Pohon-pohon tinggi yang menjulang hingga puluhan bahkan ratusan meter terus mendampingi di kiri kanan jalan kami. Jalanan menanjak dan menurun dengan kecuraman cukup ekstrim juga mewarnai rute ini. Di hari kedua ini, saya dituntut untuk lebih konsentrasi dan sigap dalam menyetir. Jarak tempuh pun lebih jauh. Apalagi perjalanan sempat terhenti karena ada salah satu mobil panitia yang ketinggalan di hutan karena kehabisan bensin. Akhirnya RC memutuskan hanya satu mobil yang akan menjemput, sedangkan sisanya melanjutkan perjalanan ke Tanjung Redeb.
Saat itu hari mulai gelap. Namun, laju kendaraan justru kami pacu lebih kencang karena jalanannya relatif lebih bagus dan sepi. Hanya beberapa kali kami harus melakukan overtaking terhadap truk-truk yang melintas lebih lambat. Kewaspadaan dan kehati-hatian tetap menjadi prinsip utama yang dipegang. Koordinasi dan saling memberikan informasi melalui HT berjalan lebih baik ketimbang kemarin. Setelah enam jam lebih berkendara, akhirnya kami sampai di Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau. Meski hanya kota kecil, Tanjung Redeb cukup ramai. Senang rasanya bisa melihat kota lagi setelah berjam-jam melintasi hutan hujan tropis yang rimbun. Perjalanan darat DRE Kalimantan Etape 1 sejatinya berakhir di sini, namun petualangan seru masih menanti kami di hari-hari selanjutnya.
Hari Ketiga : Pulau Derawan
Di hari ketiga ini, risers hanya menggunakan Datsun Go+ Panca untuk menuju dermaga yang waktu tempuhnya hanya sekitar setengah jam dari hotel. Selanjutnya kami akan menggunakan speed boat menuju Pulau Derawan. Selama hampir dua jam kami berada di kapal, dengan separuh waktu tempuhnya dihabiskan untuk menyusuri Sungai Segah akhirnya kami sampai ke Pulau Derawan. KM Berau 3 yang membawa kami merapat ke dermaga Derawan Dive Resort.
Panitia langsung membagikan kamar untuk para risers. Tidak seperti Tim 2 hingga Tim 5 yang mendapatkan cottege di tepi pantai, kami dari Tim 1 justru ditempatkan di cottege di atas laut. Walaupun terpisah dari rekan-rekan yang lain setidaknya kami mendapatkan sensasi tinggal di atas laut. Dari beranda kamar kami terlihat jelas ikan-ikan yang berenang ke sana kemari. Selain itu, kamar kami juga paling dekat dengan restoran dan spot untuk snorkeling.
Dari gosong karang, para risers melanjutkan ke lokasi snorkeling yang berada tidak jauh dari kamar saya. Bukan hanya risers, sejumlah kru dan rekan-rekan jurnalis juga ikutan snorkeling. Begitu pun dengan Pak Jasmine Lendang (salah satu dari dua polisi yang mengawal kegiatan DRE Kalimantan) yang tak mau ketinggalan nyemplung ke laut. Saya sendiri malah tidak ikutan. Ada juga beberapa risers lain yang memilih hanya melihat dari atas. Ada yang bilang, “Ngapain jauh-jauh ke Derawan kalau tidak snorkeling atau diving?” Sayangnya, saya tidak bisa berenang dan pernah trauma tenggelam sehingga mungkin memiliki aquaphobia. Meski begitu saya tidak menyesal karena keindahan di Pulau Derawan tetap bisa saya nikmati tanpa harus snorkeling.
Hari Keempat : Pulau Kakaban – Tanjung Redeb
Aktivitas di pagi hari diwarnai dengan berburu gambar matahari terbit. Sayangnya, awan beriring persis ada di sebelah timur sehingga agak menghalangi pemandangan sunrise. Selepas sarapan pagi, rombongan DRE langsung check out dan menuju Pulau Kakaban. Para risers yang berniat snorkeling sengaja memilih tidak mandi dulu. Sekitar 50 menit kami diantar oleh KM Berau 3 menuju Pulau Kakaban. Ombak pagi ini lumayan lebih terasa dibanding waktu kami berangkat ke Derawan.
Danau Pulau Kakaban merupakan danau air payau yang terbentuk dari proses geologis jutaan tahun. Danau Kakaban telah ditetapkan sebagai kawasan warisan dunia (World Heritage Area) pada tahun 2004 oleh UNESCO. Di dalamnya terdapat spesies unik, salah satunya adalah ubur-ubur yang tidak menyengat dan tidak beracun. Wisatawan yang snorkeling ke sini bisa bermain dengan ubur-ubur tersebut tanpa harus takut tersengat. Namun, agar tidak membahayakan biota di sana maka tidak diperkenankan menggunakan fin pada saat snorkeling.