Hal senada disampaikan Romo Sandy. “Media sepertinya sudah terkooptasi. Warga dituding tak tahu diri karena sudah disediakan rusun. Warga di sana walaupun mungkin tidak mengenyam pendidikan tinggi, tapi jelas mereka lebih tahu apa yang mereka butuhkan,” ujarnya.
Ia mengkritik cara pandang yang tidak mengedepankan empati. “Rusun bisa jadi solusi untuk tempat tidur. Tapi, warga di sana yang sebagian besar bekerja di sektor informal lebih butuh ruang untuk kerja (berproduksi), kalau tidur justru bisa di mana saja,” ia menambahkan.
Diakui atau tidak, Ahok telah berhasil menghegemoni wacana yang berkembang di publik. Konsekuensi dari wacana dominan itu adalah pandangan yang lebih luas jadi terhalang sehingga publik tidak memiliki alternatif dalam membaca suatu persoalan. Produksi wacana dominan ini didukung oleh media mainstream baik secara sadar karena kepentingan tertentu maupun cuma ikut-ikutan saja.
Untungnya sudah ada media sosial dan media alternatif berupa user generated content (termasuk Kompasiana di dalamnya) yang bisa memproduksi wacana tandingan. Pada akhirnya kembali kepada warga untuk cerdas dalam memilah informasi dan menyikapinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H