Pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan adalah fokus dari SDG 12. SDG 12 mendorong pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali sebagai cara untuk mengurangi produksi sampah. Untuk mencapai tujuan ini di Indonesia, diperlukan kerja sama dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor publik dan bisnis, organisasi masyarakat sipil, dan lembaga pendidikan. Mahasiswa memainkan peran yang sangat penting karena mereka dapat menggunakan advokasi dan edukasi untuk mempengaruhi komunitas dan teman sebayanya.
Menerapkan Kerangka Kerja Program 10 Tahun untuk Pola Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan (Target 12.1), menurunkan produksi limbah secara signifikan (Target 12.5), dan memastikan bahwa setiap orang memiliki akses terhadap informasi yang relevan untuk pembangunan berkelanjutan (Target 12.8) merupakan beberapa tujuan utama SDG 12 (United Nations, 2018). Mahasiswa dapat berkontribusi pada pengembangan budaya berkelanjutan yang melampaui komunitas lokal mereka dengan secara aktif terlibat dalam proyek-proyek yang mendukung tujuan-tujuan ini.
Peran Mahasiswa dalam Mengatasi Sampah Plastik
Mahasiswa dapat memulai inisiatif pendidikan untuk meningkatkan kesadaran akan dampak sampah plastik di komunitas dan kampus mereka. Mahasiswa dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengurangi penggunaan plastik dengan mengadakan lokakarya dan seminar tentang praktik-praktik berkelanjutan, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai atau menerapkan gaya hidup tanpa sampah. Kampanye yang menyoroti alternatif pengganti plastik sekali pakai, misalnya, memiliki kekuatan untuk mengubah perilaku konsumen secara drastis. Dengan membuat kampanye ini lebih mudah diakses dan efektif, latihan interaktif atau teknik narasi yang menarik dapat meningkatkan keampuhannya.
Mahasiswa dapat mempraktikkan jawaban yang dapat diterapkan untuk dilema plastik dengan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Selain membantu mengurangi sampah yang ada, merencanakan kampanye bersih-bersih di pantai atau sungai terdekat juga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab di antara penduduk setempat. Untuk meningkatkan dampaknya, LSM dan pemerintah kota dapat membantu upaya-upaya tersebut. Mahasiswa juga dapat bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan terdekat untuk mendorong praktik-praktik ramah lingkungan, termasuk mendorong restoran untuk menggunakan kemasan yang dapat terurai secara hayati atau memberikan diskon kepada pelanggan yang membawa wadah yang dapat digunakan kembali.
Di tingkat kota dan nasional, mahasiswa dapat mempromosikan peraturan lingkungan yang lebih ketat. Mereka dapat mengadvokasi undang-undang yang mendukung teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dengan cara ikut serta dalam forum atau organisasi mahasiswa yang membahas isu-isu lingkungan. Prinsip-prinsip teori tata kelola pemerintahan bertingkat, yang memprioritaskan kerja sama antara berbagai tingkat pemerintahan, sejalan dengan advokasi ini (Partelow et al., 2020). Selain itu, mahasiswa dapat mendiskusikan temuan penelitian atau kekhawatiran masyarakat tentang polusi plastik dalam konsultasi publik atau acara kemasyarakatan.
Mendorong mahasiswa untuk melakukan penelitian pengelolaan sampah dapat menghasilkan solusi kreatif yang sesuai dengan lingkungan regional. Inisiatif penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa yang menyelidiki bahan yang dapat terurai secara hayati atau teknik daur ulang yang inovatif sebagai pengganti plastik tradisional dapat didanai oleh universitas. Mahasiswa dapat, misalnya, mencari sumber sampah organik di sekitar yang dapat diubah menjadi bahan kemasan yang dapat terurai secara hayati atau membuat aplikasi yang membantu pengguna dalam menemukan fasilitas daur ulang di daerah mereka.
Masalah sampah plastik di Indonesia adalah masalah serius yang membutuhkan tanggapan segera dari semua lapisan masyarakat. Melalui pendidikan, keterlibatan masyarakat, lobi perubahan kebijakan, dan inovasi, mahasiswa memiliki kesempatan khusus untuk memberikan kontribusi besar dalam mencapai SDG 12. Mahasiswa dapat berhasil mengorganisir sumber daya dan pemangku kepentingan menuju praktik konsumsi dan produksi yang berkelanjutan dengan menerapkan konsep-konsep teori tata kelola lingkungan-seperti tata kelola polisentris dan aksi kolektif-untuk digunakan. Partisipasi mereka tidak hanya meningkatkan kesadaran tetapi juga memberikan kemampuan kepada masyarakat untuk memerangi sampah plastik secara efektif. Pada akhirnya, mengembangkan budaya berkelanjutan di kalangan mahasiswa sangat penting untuk membawa perubahan jangka panjang dalam strategi pengelolaan sampah plastik di Indonesia. Mahasiswa, yang akan menjadi pemimpin dan inovator di masa depan, memiliki imajinasi dan semangat untuk memelopori proyek-proyek yang mendorong kebiasaan konsumsi yang bijaksana dan melindungi lingkungan untuk generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya