Mohon tunggu...
Intan DM
Intan DM Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Lakukan apa pun yang kamu suka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan yang Tak Kunjung Reda

19 Oktober 2023   17:15 Diperbarui: 22 Oktober 2023   19:36 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pexels.com 

Cuaca hari ini sangat sulit untuk diprediksi. Padahal siang tadi masih cerah, tetapi awan hitam sudah memenuhi langit sore. Sebentar lagi akan hujan. Ya, akhirnya air-air dari langit itu pun jatuh juga.

Langkah dari gadis SMA itu ia percepat agar bisa menjauh dari gerombolan-gerombolan air yang berjatuhan. Namun, tetap saja ia sudah basah kuyup. Gadis itu berteduh di pinggir jalan, di depan toko roti yang ada tulisan close di belakang pintunya.

Gadis itu merasa kedinginan. Ia terus mengusap-usap telapak tangannya dan berharap hujan segara reda. Namun, hujan itu jadi semakin deras setelah ia meminta doa tadi.

"Yaaah ...," keluhnya sambil memandang jalanan yang digenangi air.

"Hujannya makin deres, ya?"

Sontak, gadis itu terperanjat saat mendengar ucapan yang tiba-tiba itu. Ia pun menoleh ke samping menatap laki-laki yang bertanya kepadanya barusan.

"Hai, Meza!"

"Bikin kaget aja, sih, Dan!" gadis itu memukul lengan Fardan dengan keras.

"Sakit, Za!"

"Kamu tuh, ya, kalo aku jantungan gimana?" ucap Meza dengan nada tinggi.

"Ya, tinggal dibawa ke IGD," balas Fardan tanpa ada rasa takut dipukul oleh Meza lagi.

Benar, Meza memukul lengan cowok itu lagi. Kali ini jauh lebih keras sampai membuat Fardan mengerang kesakitan.

Hujan tak kunjung juga reda. Hawa semakin dingin menjelang pergantian waktu.

Kedua remaja itu masih setia menunggu di depan toko roti. Mereka duduk di salah satu bangku yang tersedia di samping toko tersebut.

"Za?"

Meza tak menjawab, ia hanya menaikkan sebelah alisnya sebagai isyarat kalau ia berkata "apa".

"Kamu pernah denger gak? Kalo di sekitar sini tuh ada cerita kalo hujan gak berhenti-henti menjelang pergantian waktu itu tandanya ada sesuatu." Fardan bercerita dengan ekspresi yang datar.

"Pergantian waktu? Ada sesuatu? Maksudnya?"

"Pergantian waktu tuh maksudnya perubahan waktu sore menjadi malam."

"Terus? Ada sesuatunya itu apa?"

"Kamu gak pernah denger? Bener mau denger?" Meza menggelengkan kepalanya lalu beralih menganggukkan kepalanya.

"Jadi, ada cerita kalo di sini ... ih, ngeri! Ngeri!"

Plak!

"Apaan, sih!" Terkejut dengan ucapan Fardan yang tiba-tiba meninggi, ia pun langsung memukul tubuh cowok yang ada di sampingnya itu.

"Sakit, Za!" teriak Fardan sambil memelototkan matanya berharap Meza takut padanya.

"Tau! Makanya gak usah dipotong-potong kalo cerita!"

"Ayam kali dipotong."

Meza langsung memalingkan wajahnya ke samping sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Dengan ekspresi yang masih cemberut, gadis itu merasakan suasana yang aneh. Jantungnya berdebar lebih kencang, seperti ada sesuatu yang akan terjadi.

Hal yang tak terduga pun tiba-tiba datang. Selepas ia merasakan perasaan tak biasa itu, geledek disertai kilatan cahaya tiba-tiba datang dengan keras sampai membuatnya terkejut. Meskipun ia terkejut, ada sesuatu lagi yang mengalihkan pandangan daripada perasaan takutnya kepada geledek tadi.

"Siapa itu?" celetuk Meza. Fardan pun mengikuti arah pandang dari gadis itu. Namun, tak terlihat siapa-siapa di mata Fardan.

"Siapa?"

"Itu! Ada cewek," tunjuk Meza tanpa berpaling dari cewek yang ia maksud.

"Mana?" Fardan masih kebingungan dengan sikap Meza yang terus bilang kalau ada wanita yang sedang hujan-hujanan.

"Itu!"

Fardan tetap tak tahu apa yang ada di hadapannya. Ia terus memaksa Meza dengan pertanyaan yang sama, "Mana?". Siapa sih wanita itu?

Kilatan petir tiba-tiba datang lagi. Sontak, kedua remaja menyembunyikan wajahnya. Mereka sedikit mundur dari tempat mereka berdiri.

"Loh? Ke mana cewek tadi?"

"Siapa, sih, Za? Cewek siapa?" tanya Fardan geram.

Setelah memalingkan wajahnya ke depan lagi, Meza tidak melihat sosok wanita itu. Sebenarnya sih wanita yang Meza lihat?

Hujan sudah reda pada pukul setengah 6 sore. Mereka pun memutuskan untuk meninggalkan toko roti itu. Karena hampir malam, lampu-lampu jalan sudah menyala mengisi kekosongan. Jalanan tampak sepi sehabis hujan, sepertinya hanya mereka berdua yang melintasi jalan tersebut.

"Bener kamu gak lihat cewek tadi?" tanya Meza.

"Nggak, Za! Aku gak lihat apa-apa," balas Fardan penuh penekanan.

"Cewek itu kayak apa?"

"Dia cantik, putih, rambutnya panjang, sama pake dress warna hitam. Cuma anehnya dia diam aja, padahal tadi 'kan hujan, kenapa dia gak buru-buru buat neduh? Oh, iya, dia tiba-tiba aja hilang pas ada petir tadi, gak tau ke mana." Meza masih bercerita tentang wanita itu. Dari ekspresi si wanita sampai tatapan yang tidak lepas dari dirinya.

Fardan sendiri merasa teringat sesuatu setelah mendengar cerita dari Meza. Tentang hujan di sore hari, seperti yang diceritakan teman laki-lakinya kemarin. Teman laki-lakinya itu bercerita pernah melihat seorang wanita berbaju hitam ketika melintas di daerah ia berteduh tadi. Anehnya lagi, temannya itu melihat sosok wanita itu saat hujan turun di sore hari sama seperti yang Meza alami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun