Mohon tunggu...
Shely Nurmawati
Shely Nurmawati Mohon Tunggu... Guru - Guru TK ALDERCY ISLMIC SCHOOL SURAKARTA

Hobi membuat APE untuk pembelajaran di kelas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kemampuan Anak Usia 5-6 Tahun dalam Mengenal Permainan Tradisional Cublak-cublak Suweng

9 Desember 2022   21:20 Diperbarui: 9 Desember 2022   21:50 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Meningkatkan kemampuan anak Usia 5-6 Tahun dalam mengenal permainan tradisional melalui permainan cublak-cublak suweng di TK ALDERCY ISLAMIC SCHOOL SURAKARTA. Pada 25 dan 28 November 2022 oleh Shely Nur Mawati S,Pd selaku Guru Pendidikan Anak Usia Dini.

Situasi: 

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

Berdasarkan dari hasil pengamatan di kelompok B1, ada 15 dari 18 anak yang pada saat kegiatan pengenalan permainan tradisional anak-anak tidak mengetahui berbagai macam permainan tradisional di sebutkan guru. Anak lebih menyukai dan mengenal permainan game di HP, dan permainan cetakan pabrik. Terbukti saat guru mengajak anak bermain dakon , akan tidak mengetahui nama permainan tradisional tersebut dan cara memainkannya.  Kemudian guru menjelaskan berbagai macam permainan tradisional yang anak-anak tidak ketahui. Termasuk cublak-cublak suweng, angklek, bekelan, jamuran, dll.

Terdapat faktor penghambat dalam meningkatkan minat anak dipermainan tradisional ini yaitu : kurangnya pemahaman orang tua akan manfaat permainan tradisional, kurangnya alat permainan, tempat bermain yang tidak sesuai dengan jumlah anak (dalam ruangan), keterbatasan guru dengan jumlah anak dalam pengawasan anak ketika bermain,  dan kurangnya pengetahuan guru
dan orang tua tentang berbagai jenis permainan tradisional, dan Kurang nya minat anak.

Berdasarkan masalah di atas maka dapat kami rumuskan bahwa penyebabnya adalah Pengetahuan guru tentang permainan tradisional kurang optimal, sehingga berpengaruh pada pengenalan dan penggunaan media dalam permainan tradisional .Mengenalkan permainan tradisional sangatlah penting untuk melestarikan Budaya Indonesia, ini juga termasuk dalam CP pelajar pancasila yaitu Aku Cinta Indonesia. Dengan permainan tradisional anak menjadi antusias mengikuti kegiatan bermain dan belajar. Permainan tradisional cublak-cublak suweng sudah dilaksanakan di Kelas kami.

Sebagai guru PAUD, memiliki kewajiban untuk meningkatkan perkembangan anak dengan mengacu pada 6 Aspek perkembangan. Maka dari itu sebagai guru, kita harus melakukan inovasi dalam merancang serta mengembangkan perangkat pembelajaran, baik dari segi metode, model, media pembelajaran, sehingga Guru bisa menerapkan model pembelajaran yang tepat, sehingga motivasi dan keaktifan anak dalam pembelajaran meningkat.

Tantangan : 

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat

Tantangan yang dihadapi yakni diantaranya :

- Sebagian besar anak belum mengenal dan sulit dikondisikan untuk mengikuti permainan tradisional cublak-cublak suweng.

- Mencari metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat atau usia perkembangan yang harus dicapai, menciptakan suasana bermain dan belajar yang berbeda agar anak tertarik mengikuti permainan.

-Pengambilan video saatpraktik mengajar kadang mendapat pencahayaan, dan suara kurang jelas.

Tokoh yang berkaitan dengan tantangan yang terjadi

adapun tokoh yang terlibat yaitu:

1.Anita Kusumawati S.Pd selaku perekam video

2. Anak-anak kelas B1

3. Guru (Shely Nur Mawati, S.Pd) yang kesulitan mencari metode pembelajaran yang pas, dan kurangnya pengetahuan guru tentang permainan tradisional dalam penerapan pembelajaran di kelas

Aksi : 

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut yaitu:

  • Guru melakukan kajian literatur, merumuskan/ menentukan solusi, rencana aksi, dan menyusun perangkat pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran yang akan dilaksanakan.
  • Memberikan informasi yang lebih kepada anak-anak tentang macam-macam permainan tradisional khususnya cublak-cublak suweng. Mengajak anak melihat video permainan tradisional di youtube dan mengajak anak mempraktikkan nya.
  • Dalam pengambilan video guru selalu melakukan brefing dengan kameramen sebelum kegiatan di mulai. Dan melakukan evaluasi setelah proses unggah video mentah, serta setelah mendapat evaluasi dari dosen.

Model pembelajaran yang dipakai adalah PBL (Problem Based Learning) yaitu pembelajaran berbasis pemecahan  masalah nyata, dan anak didorong lebih aktif terlibat dalam materi pembelajaran. Ini di lakukan saat anak dikenalkan dan diajak langsung bermain cublak-cublak suweng, anak dapat mengikuti dan disiklus selanjutnya anak menunjukkan peningkatan yang signifikan tentang mengenal permainan tradisional.

Media yang dipakai bermain juga sudah dimodifikasi dengan pom-pom warna-warni dan batu berwarna, serta stik huruf dan kartu huruf sebagai penugasan untuk anak yang tidak bisa menebak batu dengan benar dalam kegiatan cublak-cublak suweng. Metode yang di pakai adalah Demonstrasi, bercakap-cakap dan pemberian tugas.

Penilaian dilakukan saat anak melaukan kegiatan dengan terus memberi motivasi , dan didampingi langsung oleh guru. Penilaian dalam kegiatan ini adalah ceklis dan catatan anekdot. Bagaimana anak mampu mengenal, mengikuti aturan main yang sudah di buat , dan sportif dalam mengikuti permainan.

Adapun langkah-langkah permainannya adalah

Anak duduk melingkar di karpet

Guru mendemonstrasikan langkah-langkah bermain cublak-cublak suweng

Guru mengajak anak untuk menyanyikan lagu cublak-cublak suweng bersama-sama

Anak melakukan permainan bersama-sama (kelompok laki-laki dan perempuan)

Anak menebak siapa yang membawa batu, jika benar anak bergantian main. Jika salah anak menebak kartu huruf yang di ambil

Anak yang membawa batu harus bersiap-siap jaga di tengah. Begitu seterusnya.

Guru menstimulasi anak dengan beberapa kalimat pemantik

Adapun yang terlibat dalam permainan ini adalah semua anak TK B1 dan Guru kelas.

Adapun Link Youtube nya yaitu :    
Alat dan bahan yang diperlukan untuk permainan ini sangat terjangaku, yaitu print out huruf, stik es krim, lem fox dan spidol. Ada juga pompom warna-warni yang di gunakan. Semuanya sangat terjangkau, dan mudah di dapatkan.

Refleksi Hasil dan dampak 

Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif?  Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut.

Setelah melakukan pembelajaran praktik tersebut, guru bisa melihat dampak dan hasil dari kemampuan anak. Hasil kegiatan praktik yang telah saya lakukan berdampak positif dan efektif dalam meningkatkan kemampuan anak kelompok B TK ALDERCY ISLAMIC SCHOOL SURAKARTA dalam mengenal permainan tradisional cublak-cublak suweng.

Hal ini dibuktikan dengan rencana dan pelaksanaan kegiatan yang telah disusun dan berpusat pada anak lebih meningkatkan keaktifan anak saat proses pembelajaran. Anak lebih percaya diri dalam mengikuti kegiatan bermain cublak-cublak suweng. Selain itu pemilihan media pembelajaran dan bahan ajar yang menarik dan dipadukan dengan pembelajaran berbasis TPACK berupa video dengan animasi menarik dapat merangsang anak untuk aktif saat pembelajaran dan menambah pengetahuan anak. Dan terbukti dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap materi pembelajaran.

Dengan penggunakan Model Pembelajaran PBL (Problem base learning) dimana anak akan berlatih menyelesaikan masalahnya secara nyata, dan aktif dalam mencari pengetahuan baru.

Terlihat juga dari hasil penilaian anak bedasarkan pertemuan 1 dan 2 yaitu

Target ketuntasan anak didik pada pertemuan 1 adalah 75%

Pertemuan 1 jumlah anak : 13 Anak

Tidak Tuntas : 3 Anak

Tuntas : 10 Anak

 Presentase yang diperoleh pada Pertemuan 1 adalah 10/13x100 = 76%

Presentase pertemuan 2

Target ketuntasan anak didik pada pertemuan 2 adalah 90%

Pertemuan 2 jumlah anak : 15 Anak

Tidak Tuntas : 1 Anak

Tuntas : 14 Anak

 Presentase yang diperoleh pada Pertemuan 2 adalah 14/15x100 = 93%

 

 Dari hasil penilaian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan .

Setelah dilaksanakan wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah (Hj. Dwi Yastuti, S.E., S.Pd.) , beliau sangat mendukung kegiatan aksi 4 dengan pengenalan permainan tradisional. Melihat anak-anak sangat senang dan antusias mengikuti kegiatan bermain sambil belajar.

Sebagai Guru harus peka dengan masalah perkembangan anak didik nya di kelas. Apa saja yang perlu di ajarkan lebih dalam, pengetahuan-pengetahuan baru yang harus di gali bersama, dan juga memfasilitasi anak untuk tumbuh berkembang sesuai tahapannya. Dalam pembelajaran guru harus mampu menganalisis kebutuhan anak untuk pengembangan dirinya. Memberikan pembelajaran yang asik dan menarik minat anak, memunculkan suasana yang baru dan menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun