Mohon tunggu...
Shelva SalsaBilla
Shelva SalsaBilla Mohon Tunggu... Psikolog - Pelajar

Hi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Identitas di Usia Remaja

2 Maret 2021   19:23 Diperbarui: 2 Maret 2021   20:00 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Remaja tidak disebut lagi anak-anak karena biasanya para remaja sudah memiliki keinginan tersendiri yang kemungkinan berbeda ketika para remaja tersebut masih anak-anak. Apa yang kita pikirkan maupun kita bicarakan pun sudah berbeda. Akan tetapi, bukan berarti para remaja sudah bisa disebut dewasa karena para remaja belum bisa bertanggung jawab secara penuh.

Usia remaja  disebut sebagai masa dimana kita mencari atau membentuk identitas diri kita. Identitas diri merupakan kesadaran mengenai diri sendiri yang bisa diperoleh individu dari penilaian terhadap dirinya. Namun, membentuk identitas diri ini tidaklah mudah karena akan melalui perdebatan atau pertanyaan yang akan muncul nantinya. Tak jarang, kebingungan ketika memikirkan " Sebenarnya cita-citaku apa, ya?" atau menentukan tujuan hidup kita nantinya. Bahkan memikirkan apa yang harus kita lakukan agar kita berguna.

Apabila mengalami hal seperti itu dapat dikatakan sebagai krisis identitas. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikoanalisis sekaligus psikolog perkembangan, yaitu Erik Erison. Krisis identitas ini merupakan tahap untuk membuat keputusan terhadap permasalahan penting yang berkaitan dengan pertanyaan mengenai identitas dirinya.

Selama masa remaja tugas emosional utama seseorang adalah perkembangan rasa diri, atau identitas. Banyak terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif, dan sosial. Jika remaja tidak dapat memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan sosial yang membantu mereka mendefinisikan tentang diri, maka remaja ini dapat mengalami kebingungan identitas. Seorang dengan rasa identitas yang kuat akan terintegrasi bukan terbelah ( Erikson, 1963)

Sebagai contoh, hal ini banyak dialami oleh siswa-siswi kelas 12 SMA. Karena setelah itu, mereka harus menentukan langkah apa yang akan mereka ambil dan bagaimana mereka menggapai hal tersebut. Mereka harus menentukan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja.

Walau begitu, bukan berarti berhenti sampai disitu saja. Jika kita memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, kita  harus memikirkan program studi apa yang akan kita ambil, universitas mana yang akan kita tuju. Saat memilih untuk bekerja pun, tentukan akan bekerja di mana dan menjadi apa.

Terdapat beberapa penyebab mengapa krisis identitas ini terjadi, yaitu;

Pertama, orang tua yang membuat remaja merasa tertekan. Biasanya orang tua menjadi alasan utama seorang remaja merasa tertekan. Hal ini dikarenakan kebanyakan orang tua menuntut anak menjadi apa yang mereka inginkan. Orang tua selalu merasa jika hal yang mereka inginkan itu merupakan sebuah keputusan yang tepat untuk mereka. Padahal tidak semua seperti itu.

Kedua, perselisihan antar saudara. Hal ini dapat menimbulkan rasa iri hati bahkan kedua orang tua yang memperlakukan satu sama lain berbeda. Seperti si A yang lebih unggul dari si B.  Remaja cenderung akan mencari ketenangan di luar rumah.

Ketiga, lemah kepribadian. Memperlihatkan rasa kurang percaya diri, kekecewaan, gangguan emosi, dan kehendak serta cara berpikir yang keliru sehingga para remaja seringkali mudah menyerah, dan daya juang yang masih kurang, ketekunan dalam belajar mengatasi masalah pun masih kurang.

Keempat, kurangnya rasa ingin tahu.Kebanyakan kita sebagai remaja cenderung kebingungan dan bertanya-tanya sendiri. Akan tetapi, kita tidak mencari solusi dari kebingungan yang kita alami tersebut. Bahkan tidak mengenali diri sendiri.

Kelima, sikap tertutup.Tidak menceritakan hal yang kita alami kepada orang yang lebih paham mengenai hal tersebut.

jika kita mengalami krisis identias, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis identitas tersebut, yaitu ;

Pertama, kita bisa bercerita kepada orang yang lebih paham, seperti di sekolah terdapat guru bimbingan konseling, orang tua di rumah ataupun orang lain yang lebih paham mengenai hal tersebut.

Kedua, mulai mengenali diri sendiri, mencari tau karena saat ini sudah banyak sarana untuk bisa mengenal diri sendiri di internet.

Ketiga, menentukan apa yang mengendalikanmu. Kebanyakan hal yang mengendalikan adalah hubungan kita dengan orang lain. Perbaiki hubungan tersebut jika membuatmu lebih buruk.

Keempat, cari tahu apa hal yang kamu sukai dan kelebihan yang kamu miliki.

Kelima, Membayangkan seperti kita di masa depan nanti. Kesuksesan dan kebahagiaan yang akan datang menghampiri.

Krisis identitas sebenarnya wajar saja terjadi pada sebagian besar remaja.  Akan tetapi, kita juga harus berusaha mencari jalan keluar atas permasalahan yang terjadi dan tidak berdiam diri saja. Bahkan terus dihantui kebingungan. Menurut apa yang saya ketahui, jika kita tidak memikirkan sekarang nantinya bisa saja tidak sukses. Mencari tahu banyak hal yang nantinya akan menjawab kebingungan dengan pengalaman yang kita alami. Walaupun menghadapi krisis identitas ini memang tidaklah mudah dan tidak singkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun