Mohon tunggu...
Shelomitha Najwa
Shelomitha Najwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bonjour! Thanks for coming my blog and enjoy reading!✨

Selanjutnya

Tutup

Seni

Kegembiraan dan Kelincahan gadis yang tumbuh menuju dewasa : Filosofi Tarian Nandak Ganjen Kebudayaan Betawi

26 Mei 2024   22:39 Diperbarui: 24 Juni 2024   07:42 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Youtube Agung Bayu Pramana (Tari Nandak Ganjen)

Seperti yang kita ketahui tentang kebudayaan yang terjadi pada masyarakat indonesia  beranekaragam dan banyak memiliki filosofi didalamnya, setiap daerah memiliki kebudayaan yang unik dan mempunyai tradisi masing masing diwariskan dari generasi ke generasi.

Masyarakat betawi memiliki kebudayaan yang tentunya keunikan dari mulai tarian yang tercipta, makna dari setiap gerakan menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat betawi pada zaman tersebut.

00c681cf5d2773ae33da4ceb47a85aee11acc773-6653694fc925c41705560987.jpg
00c681cf5d2773ae33da4ceb47a85aee11acc773-6653694fc925c41705560987.jpg
sumber gambar dinas kebudyaa.jakarta.go.id (Nandak Ganjen)

Nandak ganjen sendiri yaitu 'nandakyang memiliki arti 'menari' dan ganjen yang berarti 'genit'. Nandak ganjen terdapat makna yaitu sebagimana anak  perempuan yang beranjak dewasa bisa artikan pula yaitu anak dewasa yang bertumbuh dengan penuh kelincahan dan juga keceriaan. Selain itu tarian ini melambangkan arti yaitu sedekah bumi yang pengungkapan rasa syukur dan suka cita hingga menampilkan ekspresi kegembiraan tersebut. Tarian ini selain harus berlagak genit,harus juga dibawakan oleh penari dewasa yang dimana si penari akan melakukan tarian tersebut sambil bernyanyi . Jadi dalam tarian nandak ganjen tersebut selain gerakan badan juga dituntut bisa melakukan olah nafas yang baik agar suara yang dikeluarkan keras, utuh, serta bulat saat bernyanyi. 

Tarian Nandak Ganjen tercipta dari seniman betawi yaitu Entong Sukirman atau panggilannya ialah Bang Entong dan Atien Kisam.

 Entong Sukirman beliau lahir pada 14 April 1969, Jakarta Timur tepatnya di kampung Ciracas. Beliau diahirkan juga dari keluarga seniman ayahnya yaitu H.Kisam Djiun dan ibunda nya bernama Hj. Amah yang dikenal sebagai penari topeng betawi. Bang Entong terjun ke dunia kesenian betawi sejak menginjak bangku sekolah menengah pertama sebagai pemain gambang kromong dan melanjutkan sanggar tari yang dibuat oleh sang kakek yang bernama Makimang. 

Beliau menciptakan tari kreasi ini dari percampuran tari cokek dan topeng yang mana tarian ini juga menggunakan topeng sebagai properti pertunjukan.

Mengutip dari laman historia ada seorang seniman betawijuga sama seperti bang entong beliau adalah Andi Supardi, beliau mengatakan bahwa " Tari Topeng tunggal diperankan oleh tokoh Panji, Samba, dan Jingga. Ketiga tokoh tersebut menari dengan gerakan yang berbeda sesuai karakter yang diperankan. Panji memainkan peran sebagai tokoh yang lemah lembut, Samba berkarakter centil dan ceria, sedangkan Jingga berperan gagah dan lebih terlihat kelaki-lakian. Tari Topeng Betawi ini tidak berkaitan dengan cerita Ramayana ataupun Panji yang sering dikaitkan dengan topeng. Tarian topeng lebih menitik beratkan pada sifat manusia"

Gerakan- gerakan yang dalam tarian ini juga banyak mempunyai arti gerakan tersebut yaitu gerak lenggang, gerak kewer, gerak pablang, gerak kembang, gerak hoyog dan yang terakhir gerak mekar .

Menariknya Tarian ini percampuran antara tari topeng dan tari cokek, tarian ini pun di iringi oleh musik dari gambang kromong.

Busana yang digunakan  penari nandak ganjen yaitu bentuk kebaya betawi yang dipadukan dengan  topeng atau toka toka untuk menutupi bagian dada, ada pula ampreng yang berarti untuk menutupi pinggang sampai bagian bawah, ada Andong untuk menutupi pinggang belakang kebawah dan yang terakhir ada selendang. Warna yang digunakan pada tarian nandak ganjen ini tergolong cukup ceria karena memadukan beberapa warna yaitu hijau, kuning, merah, emas dan warna hijau pastel. 

Properti riasan yang digunakan ialah sumpit, sumpit ini bisa diartikan percampuran atau akulturasi dari budaya betawi dan tionghoa, dan ada kipas sebagai pelengkap.

Kita sebagai penerus generasi tidak boleh sekalipun enggan untuk mempelajai atau mengenal tentang budaya yang ada di daerah Indonesia jangan malu untuk belajar, sebab kebragaman tiap daerah unik dan sepatutnya kita mengenalkan kepada masyarakat dan di kancah dunia Tarian daerah ini harus tetap dilestarikan untuk para generasi saat ini agar budaya dari masyarakat betawi ini tetap ada dan menjadi nilai tambah dalam pelestarian budaya di Indonesia. Tarian ini pun juga mengajarkan arti syukur kepada alam semesta untuk selalu menjaga apapun yang telah diturunkan kepada nenek moyang dan leluhur kita. Tidak ada salahnya untuk kita membangun rasa cinta terdahap kebudayaan seni yang ada di Negeri kita ini.

Referensi : 1. Ramdani Wahyu (2023) Menilik tari nandak ganjen betawi tentang remaja ceria dan lincah. Artikel Seni budaya Betawi. 

2. Rudy Haryanto (2021) Gambaran perempuan yang beranjak dewasa. Artikel Kebudayaan Betawi.

3. Melan Eka Lisnawati, 27 September 2022. Dibalik topeng betawi, Artikel historia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun