Pandemi Covid-19 memberikan implikasi ekonomi, sosial, dan politik hampir di sehuruh negara, termasuk di Indonesia. Pembatasan aktivitas masyarakat sebagai upaya penanganan pandemi Covid-19 telah menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan secara nasional. Sektor yang terkena dampak selama pandemi Covid-19 adalah transportasi, pariwisata, perdagangan, kesehatan dan sektor rumah tangga. Sektor usaha yang mendapatkan dampak signifikan adalah pariwisata dan transportasi.
Dampak ekonomi akibat pandemi Covid19 juga dirasakan sektor UMKM. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi diketahui bahwa 1.785 koperasi dan 163.713 pelaku UMKM terdampak pandemi Covid 19. Kebanyakan koperasi yang terkena dampak Covid-19 bergerak pada bidang kebutuhan sehari-hari, sedangkan sektor UMKM yang paling terdampak yakni makanan dan minuman. Beberapa permasalahan yang dihadapi mereka diantaranya dampak penurunan omset penjualan, dampak permodalan, dan dampak pendistribusian.
Oleh karena itu dibutuhkan adanya langkah strategis untuk bertahan dimasa pandemi, salah satunya dengan cara digital marketing dan E-commerce.
Di tengah pandemi COVID-19 penjualan secara langsung umumnya mengalami penurunan yanng disebabkan oleh adanya penerapan PPKM sehingga masyarakat lebih memilih untuk berdiam diri di rumah.
Menanggapi hal tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memperluas jaringan dengan memanfaatkan digital marketing dan penjualan melalui e-commerce sehingga UMKM tetap dapat menjalankan usaha dan menjangkau banyak konsumen serta memperluas pangsa pasar.
KKN Back To Village UNEJ 2021 di Desa Paowan, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo yang dilakukan oleh salah satu mahasiswanya bernama Shella Nur Safitri, dengan mengambil tematik Pemberdayaan Wirausaha Masyarakat Terdampak Pandemi Covid19 melakukan digital marketing, penjualan melalui e-commerce, dan pembukuan usaha sebagai langkah bertahan UMKM dimasa pandemi.
Menurut Shella Nur Safitri dimasa pandemi covid-19 para pelaku UMKM dituntut untuk memikirkan ide-ide kreatif dan inovatif agar tetap bertahan maka UMKM harus mampu memaksimalkan pemanfaatan digital marketing. Di Era Revolusi Industri 4.0 para pelaku UMKM memang sudah seharusnya melakukan penjualan melalui e-commerce dengan alasan selain untuk bertahan, dan dapat mengembangkan pasar baru yang lebih besar.
Sasaran yang didampingi oleh Shella Nur Safitri adalah usaha keripi ikan ibu Tiyama. Ibu Tiyama adalah seorang pelaku usaha keripik ikan yang berjualan dengan menjajakan dagangannya di wisata pantai Pasir Putih Situbondo. Usaha yang di tekuni beliau sudah cukup lama.
Beliau mengolah sendiri ikan yang di dapatnya dari nelayan di daerah pesisir Panarukan. Proses produksi dilakukan mulai dari proses penerimaan bahan baku, proses pembersihan dan pemisahan tulang ikan (pemfilletan), proses pembuatan adonan tepung, proses penggorengan, hingga proses pengemasan beliau lakukan bersama dengan suaminya.
Beberapa permasalahan yang dihadapi beliau diantaranya selama ini usaha penjualan keripik ikan yang dimilikinya dilakukan secara konvensional dan sangat sederhana, promosi yang dilakukan hanya sebatas dari mulut ke mulut (personal selling) yang berasal dari pembeli yang sudah pernah datang membeli keripik ikan tersebut.
Ditambah sejak adanya PPKM tempat wisata pantai Pasir Putih Situbondo ditutup sehingga mengakibatkan omset penjualan turun drastis. Masalah yang kedua adalah tidak adanya pembukuaan usaha sehingga keuntungan yang didapat setiap kali produksi tidak dapat di ketahui, hanya mengandalkan sebatas perkiraan.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village di Desa Paowan, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo ini, dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2021 sampai 9 September 2021, dengan 2 fokus diantaranya membantu pemasaran produk melalui media sosial dan E-commerce dan edukasi serta pelatihan pentingnya pembukuan usaha.
Pada minggu pertama, dilakukan observasi dan melakukan pendekatan pada sasaran dengan cara membaur untuk mengetahui situasi dan kondisi sasaran. Minggu kedua, yaitu mengikuti proses produksi dan penjualan.
Selanjutnya pada minggu ketiga dilakukan pelatihan dan pendampingan kepada sasaran. Pelatihan dilakukan dengan pemaparan materi kepada sasaran, diantranya tentang Pengertian Sosial Media Marketing, Pengertian E-commerce, Kelebihan Pemasaran Online, Strategi Pemasaran Online, Contoh Caption Yang Menarik, Pengenalan Aplikasi Edit Foto, Cara Menggunakan Aplikasi Canva.
Hal tersebut bertujuan agar usaha tersebut mendapat gambaran tentang pentingnya pengembangan bisnis di dunia online.
Diharapkan dengan adanya pelatihan yang diberikan ini dapat membantu usaha keripik ikan tersebut mengembangkan dan mengoptimalisasi bisnisnya secara offline maupun online di media sosial Instagram dan E-commerce Shopee agar omset penjualan bertambah dan naik.
Program kerja yang kedua yakni bersama dengan sasaran melakukan pembukuaan usaha untuk menghitung biaya produksi serta keuntungan yang di dapat.
Pembukuaan dapat dilakukan secara manual atau melalui aplikasi “Buku Kas”. Pembukuan ini penting untuk dilakukan karena beberapa alasan: Untuk mengetahui arus keluar masuk uang yang ada di dalam bisnis atau usaha yang sedang kita jalankan.
Mengetahui posisi modal yang terpakai dan modal yang telah kembali. Minggu keempat, dilakukan evaluasi untuk mengetahui kekurangan-kekurangan selama proses penyelesaian masalah berlangsung serta tersusunnya rekomendasi atau saran untuk perbaikan kedepan. (Shella Nur Safitri / 180910301093 / KELOMPOK 67/PAOWAN/Akhmad Munif Mubarok, S.Sos., M.Si)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H